



Orang yang Sangat Egois Tapi Tidak Menyadarinya, Biasanya Menunjukkan 8 Perilaku Ini Menurut Psikologi
Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti pernah bertemu dengan seseorang yang seolah selalu menjadi pusat perhatian dalam setiap percakapan. Mereka tampak percaya diri, terbuka, bahkan terlihat cerdas secara emosional.
Namun tanpa disadari, sikap mereka sering kali berpusat hanya pada diri sendiri. Orang seperti ini tidak selalu berniat buruk—mereka hanya terjebak dalam pola pikir yang disebut egocentric bias, yakni kecenderungan untuk melebih-lebihkan peran dan kepentingan diri sendiri dalam kehidupan orang lain.
Fenomena ini umum terjadi dan bisa muncul tanpa disadari. Orang yang terlalu fokus pada dirinya sendiri cenderung sulit memahami perasaan orang lain, sering kali membuat percakapan terasa berat sebelah.
Dilansir dari laman Global English Editing, berikut adalah delapan perilaku umum yang biasanya ditunjukkan oleh orang yang sebenarnya sangat self-absorbed atau terlalu terpaku pada diri sendiri tanpa menyadarinya.
1. Mendominasi Percakapan Tapi Menganggap Dirinya “Menarik”
Mereka sering terlihat ceria dan penuh energi, tapi lama-lama kamu akan menyadari bahwa setiap obrolan selalu kembali pada diri mereka.
Mereka kerap memotong pembicaraan, menimpali dengan pengalaman pribadi, atau menutup cerita orang lain dengan kisah yang lebih besar. Dalam pikirannya, mereka sedang “berbagi”, padahal yang terjadi adalah perebutan perhatian.
2. Mengira Ekspresi Diri Sama dengan Keistimewaan
Orang yang benar-benar sadar diri berbagi untuk terhubung. Namun orang yang terlalu fokus pada diri sendiri berbagi untuk tampil.
Mereka sering menonjolkan hal-hal pribadi seperti rutinitas kebugaran, perjalanan spiritual, atau pencapaian pribadi hanya untuk membangun citra diri yang sempurna.
3. Menganggap Perbedaan Pendapat Sebagai Serangan
Perbedaan pandangan bagi mereka bukan hal biasa, tapi ancaman. Mereka mudah tersinggung ketika dikritik dan menganggap setiap masukan sebagai bentuk penolakan.
Ini adalah ciri khas dari kepribadian dengan narcissistic fragility, yaitu kepekaan berlebihan terhadap kritik karena harga diri yang rapuh.
4. Menolong Hanya Jika Bisa Meningkatkan Citra Diri
Mereka mungkin terlihat dermawan, tetapi kebaikan itu sering kali bersyarat. Mereka hanya membantu ketika ada keuntungan sosial atau pengakuan publik.
Begitu tidak ada penonton, perhatian mereka pun hilang. Bagi orang seperti ini, kebaikan bukan tentang empati, melainkan tentang validasi.
5. Mengambil Alih Cerita dan Emosi Orang Lain
Ketika kamu curhat, mereka segera menimpali dengan pengalaman mereka sendiri. Alih-alih mendengarkan, mereka menjadikan ceritamu sebagai panggung untuk emosi mereka.
Psikolog menyebut ini sebagai empathic hijacking, di mana seseorang secara tidak sadar menjadikan empati sebagai alat untuk kembali membicarakan dirinya sendiri.
6. Mengabaikan Batasan Orang Lain
Mereka menganggap aturan dan batasan bersifat fleksibel, apalagi jika itu menghalangi keinginannya.
Misalnya, tetap mengirim pesan larut malam meski kamu sudah bilang ingin istirahat. Saat ditegur, mereka cenderung meremehkan atau menuduhmu berlebihan. Sikap ini muncul dari rasa berhak yang tinggi.
7. Lebih Mencari Kekaguman Daripada Kedekatan Emosional
Bagi mereka, dikagumi lebih penting daripada dipahami. Mereka nyaman dengan pujian, tapi takut membuka diri secara emosional.
Hubungan dengan tipe ini sering terasa intens di awal, tapi dangkal di kedalaman. Mereka ingin disukai, tapi enggan terlihat rapuh.
8. Bicara Tentang Pertumbuhan Diri, Tapi Enggan Dikritik
Mereka senang mengutip buku motivasi, membicarakan penyembuhan batin, atau menggunakan istilah psikologi populer.
Namun begitu diberi masukan, mereka menolak atau berkelit. Dengan kata lain, mereka menyukai ide tentang “perubahan”, tapi tidak siap untuk prosesnya.
Tag: #orang #yang #sangat #egois #tapi #tidak #menyadarinya #biasanya #menunjukkan #perilaku #menurut #psikologi