Di Balik Kisah Anak Korban Tsunami Aceh yang Sukses, Pentingnya Pendampingan
Penelitian Prof. Maila Dinia dari UIN Jakarta ungkap, anak korban tsunami Aceh bisa tumbuh sukses jika mendapat pendampingan yang tepat.(Dok. Unsplash/Lucas Metz)
09:40
15 Oktober 2025

Di Balik Kisah Anak Korban Tsunami Aceh yang Sukses, Pentingnya Pendampingan

- Trauma masa lalu dan lingkungan yang kurang memadai termasuk faktor penyebab seorang anak tumbuh menjadi sosok sukses atau tidak. Khususnya pada anak korban tsunami Aceh tahun 2004. 

Hal ini terungkap dalam penelitian Guru Besar PAUD dan Kesejahteraan Sosial di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Maila Dinia Husni Rahiem, berjudul “The Child Victims of the Aceh Tsunami: Stories of Resilience, Coping and Moving on with Life” yang dipublikasikan tahun 2018.

Dalam menyusun penelitian tersebut, Prof. Maila dan peneliti lainnya, Steven Eric Krauss, mewawancarai 27 orang berusia 17-24 tahun pada tahun 2017, yang ketika menjadi korban tsunami Aceh pada tahun 2004 masih berusia anak-anak.

“Yang menariknya, ada beberapa anak yang thriving (maju), sukses dalam hidupnya, mendapat beasiswa, ada yang menjadi dokter, banyak yang sudah tamat kuliah. Tapi, ada juga yang hanya menjadi tukang parkir dan lain-lain,” kata Prof. Maila saat ditemui Kompas.com di Jakarta, Minggu (12/10/2025).

Pengaruh trauma dan lingkungan pada tumbuh kembang anak

Pendampingan orang dewasa yang tepat cukup berpengaruh

Penelitian Prof. Maila Dinia dari UIN Jakarta ungkap, anak korban tsunami Aceh bisa tumbuh sukses jika mendapat pendampingan yang tepat.Dok. Unsplash/ Husniati Salma Penelitian Prof. Maila Dinia dari UIN Jakarta ungkap, anak korban tsunami Aceh bisa tumbuh sukses jika mendapat pendampingan yang tepat.

Dari 27 korban tsunami Aceh yang diwawancarai, sebagian kehilangan kedua orangtuanya saat bencana melanda, sedangkan sebagian kehilangan salah satu orangtuanya.

Menurut Prof. Maila, apa yang membuat seorang anak bisa tumbuh menjadi sukses atau tidak saat dewasa, adalah mereka didampingi oleh orang dewasa yang tepat.

Dalam wawancara tersebut, ada yang mengungkapkan bahwa dirinya merasa seperti barang karena harus berpindah dari satu keluarga ke keluarga lainnya, lantaran kedua orangtuanya tewas saat tsunami melanda.

“Itu struggling-nya (perjuangannya) luar biasa, sampai ada banyak yang akhirnya memutuskan untuk tinggal sendiri saja dari usia 13 tahun. Tinggal sendiri di rumah sendiri. Akhirnya kan mereka tanpa pengawasan,” ucap Prof. Maila.

Namun, bukan berarti korban yang kehilangan kedua orangtuanya tumbuh menjadi sosok yang tidak sukses, sedangkan korban yang masih memiliki salah satu figur orangtua tumbuh sukses.

Korban yang kehilangan kedua orangtuanya bisa tumbuh sukses ketika didampingi oleh orang dewasa yang tepat, entah itu saudara atau tetangga.

Korban yang masih memiliki salah satu figur orangtua pun bisa tumbuh tidak sukses karena orang dewasa yang mendampinginya mungkin kurang tepat.

“Benang merahnya adalah siapa yang mendampingi. Rata-rata, mereka yang thriving dan merasa hidupnya oke adalah ada yang mendampingi dan menunjukkan support (dukungan) emosional,” ujar Prof. Maila.

“Menunjukkan support emosional itu penting banget, tapi bukan hanya dari keluarga, ada juga yang dari support tetangga karena tetangga adalah komunitas kita,” sambungnya.

Mengenal Kampung Yatim Piatu

Bagaimana contoh pendampingan orang dewasa yang tepat?

Guru Besar PAUD dan Kesejahteraan Sosial di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Maila Dinia Husni Rahiem, saat ditemui di Jakarta, Minggu (12/10/2025).kompas.com / Nabilla Ramadhian Guru Besar PAUD dan Kesejahteraan Sosial di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Maila Dinia Husni Rahiem, saat ditemui di Jakarta, Minggu (12/10/2025).

Prof. Maila mengungkapkan kehadiran “Kampung Yatim Piatu”, sebuah desa yang memiliki banyak anak yatim piatu karena orangtuanya meninggal akibat tsunami.

Desa tersebut merupakan gambaran nyata dari kalimat “it takes a village to raise a child”. Sebabm para orang dewasa yang masih di kampung tersebut saling menguatkan diri untuk mendukung anak-anak tersebut, termasuk memberi dukungan emosional.

Support yang erat, dengan model mungkin kegiatan-kegiatan RT (Rukun Tetangga) atau kemasyarakatan, banyak yang dari cerita mereka itu mereka survive (hidup), memiliki profesi, dan juga pendidikan yang sampai ke perguruan tinggi,” uja Prof. Maila.

Dukungan dan ikatan yang erat antara orang dewasa dengan anak-anak tersebut menciptakan sosok anak yang bisa bertahan menghadapi beragam situasi, sampai mereka tumbuh menjadi orang dewasa yang sukses.

Tag:  #balik #kisah #anak #korban #tsunami #aceh #yang #sukses #pentingnya #pendampingan

KOMENTAR