



Apa Itu Resiliensi? Bekal Penting agar Anak Tumbuh Kuat secara Mental
- Berbicara tentang kesehatan mental tidak lepas dari resiliensi, yang mana istilah tersebut masih kurang familiar bagi sebagian orang. Apa itu resiliensi?
“Resiliensi adalah kemampuan untuk bertahan, tetap menyalakan api harapan. Kemudian kemampuan untuk beradaptasi menggunakan apa yang ada dalam diri, dan bangkit untuk menjadi lebih baik,” jelas Guru Besar PAUD dan Kesejahteraan Sosial di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Maila Dinia Husni Rahiem, saat ditemui di Jakarta, Minggu (12/10/2025).
Saat ini, resiliensi sering digaungkan kepada anak-anak, agar mereka tumbuh menjadi sosok yang kuat secara mental. Sebab, mereka sadar mereka memiliki kemampuan untuk bertahan dalam situasi yang sulit.
Mereka memiliki harapan bahwa apa pun situasi sulit yang dihadapi, akan ada kebaikan setelah kemalangan.
Mereka pun bisa fleksibel dalam menyesuaikan diri menggunakan apa yang dimiliki agar bisa bangkit.
“Misalnya anak menjadi korban bullying. Dia menerima bahwa dia mengalami kejadian ini, tapi dia menyalakan api harapan ‘saya bisa tidak menjadi korban, saya harus tidak menjadi korban lagi’,” tutur Prof. Maila.
Ketika seorang korban perundungan memutuskan untuk mengatakan kepada para pelaku perundungan bahwa ia tidak menyukai tindakan mereka, dan melaporkannya ke orangtua dan guru, langkah tersebut termasuk sebagai adaptasi.
“Walaupun dibilang ‘pengaduan’, itu sebenarnya proses adaptasi, proses menyelamatkan diri. Kemudian, baru dia bangkit kembali,” ujar Prof. Maila.
Guru Besar PAUD dan Kesejahteraan Sosial di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. Maila Dinia Husni Rahiem, saat ditemui di Jakarta, Minggu (12/10/2025).
Anak bisa bangkit kembali usai mengalami situasi apa pun yang menyulitkan hidupnya, ketika mendapat dukungan dari orangtuanya, yaitu sesimpel mendengarkan anak ketika mereka mengungkapkan perasaannya.
Mendengarkan anak membuat ayah dan ibu lebih memahami apa yang mereka butuhkan, agar bisa bersemangat kembali, dan tidak jatuh dalam keterpurukan, usai mengalami masa sulit.
“Ketika anak mendapatkan kesempatan untuk didengarkan, dia sudah mendapatkan 55 persen terhindar dari depresi. Support itu menurunkan risiko-risiko yang berdampak pada kesehatan mental, seperti depresi, kecenderungan untuk bunuh diri, dan lain-lain,” pungkas Prof. Maila.
Tag: #resiliensi #bekal #penting #agar #anak #tumbuh #kuat #secara #mental