7 Kebiasaan Orang yang Tetap Stabil Secara Finansial, Apa pun yang Terjadi dalam Hidup Mereka
Ilustrasi. (Pexels.com)
23:54
28 Juni 2025

7 Kebiasaan Orang yang Tetap Stabil Secara Finansial, Apa pun yang Terjadi dalam Hidup Mereka

 

Selama bertahun-tahun, banyak orang menyamakan stabilitas finansial dengan penghasilan tinggi atau warisan keluarga. Padahal, kenyataannya jauh dari itu. 

Orang-orang yang paling tangguh secara keuangan biasanya punya pola pikir yang konsisten dan kebiasaan kecil yang mereka lakukan berulang-ulang, bahkan saat hidup tidak berjalan sesuai rencana.

Bukan soal keberuntungan. Bukan pula soal bakat membuat anggaran. Tapi soal pilihan-pilihan sederhana yang dilakukan secara konsisten. 

Dilansir dari VegOut, berikut tujuh kebiasaan yang kerap ditemukan pada orang-orang yang tetap tenang secara finansial, meski diterpa badai kehidupan

Entah itu kehilangan pekerjaan, sakit mendadak, putus cinta, atau tagihan tak terduga dari dokter hewan.

1. Mereka Membuat Keputusan dengan Memikirkan “Diriku di Masa Depan”

Kedengarannya klise, tapi ini jarang benar-benar dilakukan. Sebagian besar orang membuat keputusan keuangan berdasarkan emosi saat itu. Entah saat lelah, stres, merasa pantas, atau sekadar ingin cepat.

Berbeda dengan orang yang stabil. Mereka terbiasa berhenti sejenak dan bertanya, "Apakah diriku di masa depan akan berterima kasih... atau malah marah karena keputusan ini?"

Pertanyaan sederhana itu bisa mengubah arah. Misalnya, alih-alih menghabiskan bonus untuk staycation impulsif, mereka mungkin menabung setengahnya untuk kenaikan sewa bulan depan. 

Mereka tetap menikmati hidup, tapi menyaring pengeluaran dengan lensa jangka panjang. Kadang keputusan yang bijak bukan yang menyenangkan saat ini, tapi yang menyelamatkan di masa depan.

2. Mereka Tidak Menganggap Anggaran Sebagai Hukuman

Orang yang stabil secara finansial tidak membuat anggaran karena suka membatasi diri, mereka melakukannya agar pikirannya lebih tenang.

Dengan tahu ke mana uang pergi, kamu tak perlu jadi detektif setiap kali saldo rekening mengecil. Anggaran bukan alat pengekang, tapi semacam "izin" untuk bernapas lebih lega.

Anggaran yang baik bisa membuatmu siap menghadapi biaya mendadak, entah itu belanja sekolah atau tagihan rumah sakit. Bukan karena semuanya selalu lancar, tapi karena ada sistem yang siap menyesuaikan.

3. Mereka Membuat Sistem yang “Membosankan” dan Membiarkannya Jalan Sendiri

Otomatisasi adalah senjata rahasia mereka. Mereka tidak menunggu inspirasi datang untuk mulai menabung atau bayar utang. Semuanya sudah dijalankan sistem.

Contohnya:

  • Transfer otomatis ke dana darurat

  • Setoran rutin ke rekening pensiun

  • Pembayaran tagihan yang langsung terjadwal

Nominalnya tidak perlu besar. Bahkan 100 ribu rupiah per minggu pun bisa membangun jaring pengaman dalam waktu beberapa bulan. Yang penting adalah momentum—dan momentum datang dari sistem, bukan motivasi.

4. Mereka Bertanya “Bagaimana Jika?” Sebelum Jadi Masalah Nyata

Kebiasaan mental yang kurang dihargai: memikirkan kemungkinan terburuk sebelum terjadi. Bukan karena pesimis, tapi karena siap.

Pertanyaan seperti:

  • Bagaimana kalau kehilangan pekerjaan bulan depan?

  • Bagaimana jika mobil rusak tiba-tiba?

  • Apa yang terjadi kalau harus cuti karena sakit?

Pola pikir ini membantu menemukan titik lemah sebelum semuanya meledak. Mungkin kamu baru sadar belum siap bertahan dua minggu tanpa gaji dan kesadaran itu bisa mendorongmu membangun dana darurat tiga bulan ke depan.

Lebih baik bersiap sekarang daripada menyesal nanti.

5. Mereka Menganggap Obrolan soal Uang sebagai Bagian dari Rutinitas

Kalau topik keuangan bikin pasanganmu menghindar, kamu tidak sendiri. Tapi pasangan atau keluarga yang stabil secara keuangan punya satu kesamaan: mereka membicarakan uang secara rutin, bukan saat krisis.

Mereka:

  • Saling berbagi akses akun

  • Membahas pengeluaran yang akan datang

  • Membuat keputusan keuangan bersama

Bahkan orang yang hidup sendiri pun melakukannya. Cukup 30 menit setiap minggu untuk mengecek akun, melacak tagihan, dan membuat catatan kecil. Rutinitas kecil ini memberi rasa kontrol, bukan kecemasan.

6. Mereka Tahu Bedanya “Bangkrut” dan “Sekadar Lagi Bokek”

Ini halus tapi penting. Orang yang stabil secara finansial tidak membesar-besarkan masa sulit. Ketika budget hiburan habis karena tagihan mendadak, mereka tidak langsung merasa gagal.

Mereka tahu: kemunduran itu kejadian, bukan identitas. Entah itu PHK, tagihan medis, atau bisnis yang gagal, mereka tetap bisa bangkit. 

Bukan karena tidak stres, tapi karena mereka tidak membiarkan kegagalan sementara mencap harga diri mereka.

Seperti kata seorang teman, "Yang kosong rekening banknya, bukan harga dirinya."

7. Mereka Menjaga Energi Mental Seperti Menjaga Uang Karena Itu Sama Pentingnya

Manajemen keuangan bukan cuma soal angka, tapi juga soal perhatian. Terlalu banyak aplikasi, spreadsheet, dan tips media sosial justru bikin kewalahan.

Sebaliknya, orang yang stabil secara finansial memilih satu sistem sederhana dan menaatinya.

Contohnya: Google Doc satu halaman untuk pendapatan, pengeluaran, dan tujuan. Tidak ada dasbor mewah. Tidak ada kalkulator ribet. Hanya sesuatu yang mudah dijaga dan tidak bikin lelah secara mental.

Saat sistemmu sederhana dan konsisten, kamu punya lebih banyak ruang mental untuk fokus ke hal lain yang juga penting dalam hidupmu.

Kebiasaan-kebiasaan ini tidak terlihat mencolok. Tidak dramatis. Tapi diam-diam, merekalah yang membuat seseorang tetap bertahan ketika hidup tak memberi jeda.

Dan kabar baiknya? Kamu tidak butuh penghasilan besar atau gelar keuangan untuk memulainya. Yang dibutuhkan hanyalah komitmen kecil, dilakukan berulang kali.

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #kebiasaan #orang #yang #tetap #stabil #secara #finansial #yang #terjadi #dalam #hidup #mereka

KOMENTAR