8 Tanda Orang yang Tumbuh di Keluarga Kelas Menengah dan Pekerja Keras Menurut Psikologi
Tanda seseoang tumbuh dari keluarga kelas menengah dan pekerja keras menurut psikologi. (Freepik/ freepik)
12:14
26 Februari 2025

8 Tanda Orang yang Tumbuh di Keluarga Kelas Menengah dan Pekerja Keras Menurut Psikologi

 

 Lingkungan keluarga membentuk pola pikir, kebiasaan, dan sikap seseorang dalam menghadapi kehidupan. Mereka yang tumbuh di keluarga kelas menengah dan pekerja keras umumnya memiliki karakteristik tertentu yang membedakan mereka dari individu lain.

Pola asuh tertentu di dalam keluarga menciptakan kepribadian yang unik dalam diri mereka. Beberapa tanda khas menunjukkan bahwa seseorang dibesarkan dalam lingkungan kelas menengah dan pekerja keras.

Dilansir dari psikologi.

  1. Memahami nilai uang

Dalam keluarga kelas menengah, uang bukanlah sesuatu yang bisa dihabiskan begitu saja. Jika kamu menginginkan sesuatu yang istimewa seperti sepeda baru atau sepatu terkini, kemungkinan besar kamu harus menabung atau menunggu momen khusus seperti ulang tahun.

Orang tua bekerja keras untuk setiap rupiah yang dihasilkan dan mereka memastikan kamu memahami hal tersebut dengan baik. Mungkin sejak kecil kamu sudah diajari bagaimana membandingkan harga di supermarket atau mengapa mematikan lampu bisa menghemat tagihan listrik.

  1. Pakaian bekas menjadi gaya hidup

Jarang mendapatkan pakaian baru adalah pengalaman umum bagi anak-anak dari keluarga kelas menengah. Memakai baju bekas saudara atau sepupu yang lebih tua menjadi hal biasa yang tidak terlalu dipermasalahkan.

Jika barang masih dalam kondisi baik, mengapa harus membuang uang untuk membeli yang baru? Pelajaran berharga dari tradisi ini adalah menjadi praktis dan menghargai apa yang dimiliki. Sekarang sebagai orang dewasa, kamu mungkin masih menerapkan pola pikir ini dengan lebih menghargai kualitas daripada tren dan membuat barang-barang bertahan selama mungkin.

  1. Makan di luar sebagai peristiwa istimewa

Dalam rumah tangga kelas menengah, makan di restoran bukanlah kegiatan sehari-hari melainkan disimpan untuk acara khusus atau sebagai kejutan yang jarang terjadi. Sebagian besar makanan dibuat di rumah karena memasak sendiri jauh lebih terjangkau dan praktis.

Penelitian menunjukkan bahwa keluarga yang makan bersama dengan hidangan buatan rumah cenderung lebih sehat dan memiliki hubungan yang lebih kuat. Ketika makan di luar bukanlah kebiasaan normal, kamu belajar lebih menghargainya saat kesempatan itu tiba.

  1. Liburan berarti perjalanan darat, bukan resor

Bagi keluarga kelas menengah, liburan jarang berarti terbang ke resor mewah atau destinasi eksotis. Sebaliknya, liburan biasanya melibatkan perjalanan darat yang panjang, bekal makanan dari rumah, dan penginapan murah—atau bahkan menginap di rumah kerabat untuk menghemat uang.

Perjalanan keluarga lebih tentang menciptakan kenangan, bukan menghabiskan uang secara berlebihan. Kamu mungkin masih ingat bagaimana berdesakan di mobil sejak fajar, berhenti di objek wisata pinggir jalan, dan makan sandwich yang dikemas orangtuamu dalam kotak pendingin.

  1. Kerja keras menjadi kewajiban, bukan sesuatu yang perlu dihargai

Dalam keluarga kelas menengah pekerja keras, melakukan bagianmu bukanlah sesuatu yang mendapat pujian khusus—itu hanyalah apa yang seharusnya kamu lakukan. Entah itu pekerjaan rumah, membantu adik-adik, atau mendapatkan pekerjaan paruh waktu segera setelah cukup umur, tanggung jawab adalah bagian dari gaya hidup.

Tidak ada piala partisipasi untuk melakukan apa yang diharapkan. Kamu belajar bahwa kerja keras bukan tentang mencari pengakuan—melainkan tentang berkontribusi, memastikan semua anggota keluarga mendapatkan apa yang mereka butuhkan.

  1. Uang terkadang menjadi sumber stres

Ada saat-saat ketika keuangan menjadi ketat, dan bahkan sebagai anak, kamu bisa merasakannya. Mungkin dari cara orangtuamu ragu-ragu sebelum mengiyakan permintaan tambahan, atau percakapan lirih tentang tagihan yang berhenti ketika kamu masuk ke ruangan.

Kamu belajar sejak dini bahwa uang tidak muncul begitu saja—harus dihasilkan, dihemat, dan dikelola dengan hati-hati. Kamu menjadi sadar akan harga barang, dan mungkin bahkan merasa bersalah meminta sesuatu yang bukan kebutuhan pokok. Namun, melalui semua itu, keluargamu tetap bertahan dengan baik.

  1. Perbaiki dahulu sebelum mengganti

Membuang barang rusak bukanlah pilihan pertama di rumahmu. Jika sesuatu rusak, insting pertama adalah memperbaikinya—entah itu menjahit pakaian yang sobek, memplester tas ransel yang usang, atau mencari solusi untuk peralatan yang rusak sebelum mempertimbangkan penggantinya.

Kamu mungkin tumbuh menyaksikan orangtua atau kakek-nenekmu mengutak-atik barang, bertekad untuk membuatnya bertahan sedikit lebih lama. Belajar cara menambal, merekatkan, menjahit, atau mengencangkan beberapa sekrup bukan hanya tentang menghemat uang—melainkan tentang kecerdikan dan kemandirian

  1. Rasa syukur sebagai gaya hidup

Kamu mungkin tidak memiliki segalanya, tapi kamu memiliki cukup—dan kamu diajarkan untuk bersyukur karenanya. Baik itu makanan buatan rumah, hadiah yang penuh perhatian, atau sekadar atap di atas kepalamu, kamu belajar menghargai apa yang kamu miliki daripada meratapi apa yang tidak kamu miliki.

Kerja keras keluargamu membuat segalanya mungkin, dan itu bukanlah sesuatu yang dianggap remeh. Kamu melihat upaya di balik setiap pengorbanan, setiap shift kerja yang panjang, setiap keputusan keuangan yang hati-hati.

 

***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #tanda #orang #yang #tumbuh #keluarga #kelas #menengah #pekerja #keras #menurut #psikologi

KOMENTAR