Netanyahu Siap Tanggung Perang Skala Besar usai Iran-Hizbullah Ancam Israel
"Perluasan perang di Jalur Gaza menjadi konflik regional adalah risiko yang saya akui, namun saya siap menanggungnya," katanya kepada majalah TIME, Kamis (8/8/2024).
Sebelumnya, Netanyahu menegaskan tujuan militer Israel di Jalur Gaza adalah meraih kemenangan telak atas Hamas, hingga Hamas tidak lagi menjadi ancaman bagi Israel.
"Kita tidak hanya menghadapi Hamas, tapi poros Iran yang terintegrasi, dan kita harus mengatur diri kita sendiri untuk mempertahankan diri dalam skala yang lebih luas," katanya.
Pernyataan Netanyahu merujuk pada kelompok perlawanan seperti Hizbullah, Houthi Yaman, Perlawanan Islam di Irak, dan kelompok lainnya yang diyakini dikoordinasi oleh Iran melalui Pasukan Quds Garda Revolusi Iran (IRGC).
Dalam wawancara itu, Netanyahu juga meminta maaf kepada warga Israel atas jebolnya pertahanan Israel ketika Hamas meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023.
"Saya menyampaikan permintaan maaf saya atas serangan 7 Oktober. Saya sangat menyesal hal seperti ini terjadi. Saya lebih memilih liputan media yang buruk daripada berita kematian yang bagus," katanya.
Lebih lanjut, Netanyahu menekankan bahwa Israel ingin Hamas lengser dari pemerintahannya di Jalur Gaza dan digantikan dengan pemerintahan sipil.
Ia menjelaskan bahwa pemerintahan sipil itu nantinya akan didukung oleh negara-negara Arab.
“Saya ingin melihat pemerintahan sipil dijalankan oleh penduduk Gaza, mungkin dengan dukungan mitra regional. Saya juga ingin, setelah Hamas meninggalkan kekuasaan, meminta negara-negara Arab untuk membantu mendirikan sebuah entitas yang tidak mengancam Israel," ujarnya, dikutip dari Khaberni.
Saat ini, Israel menghadapi ancaman dari Iran dan Hizbullah setelah membunuh Komandan Hizbullah, Fuad Shukr di Beirut pada Selasa (30/7/2024) malam dan Kepala Biro Politik Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran pada Rabu (31/7/2024) pagi waktu fajar.
Sekutu setia Israel, Amerika Serikat (AS), mengirim sejumlah kapal perang dan jet tempurnya ke Israel di tengah memanasnya situasi di kawasan tersebut, menurut laman Departemen Pertahanan AS (Pentagon) pada Jumat (2/8/2024).
Jumlah Korban di Jalur Gaza
Saat ini, Israel masih melancarkan agresinya di Jalur Gaza, jumlah kematian warga Palestina meningkat menjadi lebih dari 39.677 jiwa dan 91.645 lainnya terluka sejak Sabtu (7/10/2023) hingga Rabu (7/8/2024), dan 1.147 kematian di wilayah Israel, dikutip dari Anadolu Agency.
Sebelumnya, Israel mulai membombardir Jalur Gaza setelah gerakan perlawanan Palestina, Hamas, meluncurkan Operasi Banjir Al-Aqsa pada Sabtu (7/10/2023) untuk melawan pendudukan Israel dan kekerasan di Al-Aqsa sejak tahun 1948.
Israel memperkirakan kurang lebih ada 120 sandera yang hidup atau tewas dan masih ditahan Hamas di Jalur Gaza, setelah pertukaran 105 sandera dengan 240 tahanan Palestina pada akhir November 2023.
(Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)
Berita lain terkait Konflik Palestina vs Israel
Tag: #netanyahu #siap #tanggung #perang #skala #besar #usai #iran #hizbullah #ancam #israel