Serangan AS dan Koalisinya terhadap Houthi Kebanyakan Gagal, Laut Merah akan Tetap 'Panas'
Anggota Houthi berpatroli di Laut Merah dan menunjukkan solidaritasnya terhadap warga Gaza, 4 Januari 2024. Serangan AS terhadap Houthi kebanyakan mengalami kegagalan. 
17:30
15 Januari 2024

Serangan AS dan Koalisinya terhadap Houthi Kebanyakan Gagal, Laut Merah akan Tetap 'Panas'

– Sebagian besar serangan Amerika Serikat (AS) dan koalisinya terhadap kelompok Houthi di Yaman dilaporkan berakhir dengan kegagalan.

Serangan-serangan itu, tidak bisa membuat militer Houthi melemah secara signifikan.

Kegagalan serangan tersebut, diperkirakan membuat AS dan koalisinya belum bisa mencegah serangan Houthi terhadap kapal-kapal terafiliasi dengan Israel di Laut Merah.

Dilansir Russian Today yang mengutip The New York Times, serangan AS pada hari Jumat, (12/1/2024), memang mengenai 90 persen target.

Serangan itu juga merusak lebih dari 60 tempat drone dan rudal.

Meski demikian, Houthi masih bisa mempertahankan sekitar 70 hingga 80 persen kemampuan militernya.

Selain itu, beberapa peralatan militer Houthi juga bisa dipindahkan sehingga peralatan itu bisa disembunyikan.

Dikutip dari The Times, upaya mencari lokasi target serangan di Yaman ternyata lebih sulit daripada yang diperkirakan koalisi AS.

Usaha AS untuk menyerang Houthi baru menjadi penting setelah perang Hamas-Israel meletus tanggal 7 Oktober 2023.

Houthi yang kini menguasai sebagian besar wilayah Yaman telah menyuarakan dukungannya kepada Hamas di Gaza.

Dalam beberapa pekan terakhir, Houthi menyerang kapal-kapal terafiliasi dengan Israel yang melewati Laut Merah.

Sejumlah pejabat AS yang diwawancarai The New York Times mengatakan, AS mungkin bakal melancarkan serangan lain terhadap Houthi setelah menganalisis hasil serangan sebelumnya.

Koran kenamaan asal AS itu juga menyebut, AS dan koalisinya bersiap menghadapi aksi pembalasan Houthi.

Ketika melancarkan serangan pada Jumat dini hari, AS dan Inggris dibantu oleh Australia, Bahrain, Kanada, dan Belanda.

Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, mengeklaim serangan itu sukses.

Serangan itu ditanggapi beragam di negara-negara Uni Eropa. Beberapa anggota Uni Eropa memilih respons yang lebih lunak dalam mengatasi krisis keamanan di Timur Tengah.

Sementara itu, Rusia menyebut, serangan itu ilegal karena telah melanggar Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan serangan itu juga berisiko mengganggu proses rekonsiliasi Yaman dan mendestabilisasi kawasan Timur Tengah.

Houthi akan membalas dendam

Di sisi lain, Houthi bersumpah akan menyerang seluruh pangkalan militer Amerika Serikat (AS) dan Inggris di Timur Tengah jika kedua negara itu terus menggempur Yaman.

Brigjen Abdullah bin Amer, salah satu pejabat tinggi Houthi, mengatakan AS dan Inggris akan membayar mahal serangan ke Yaman.

“Washington dan London harus mengakui tanggung jawab mereka karena memperburuk situasi di Laut Merah, dan militerisasi perairan itu,” ujar bin Amer saat diwawancarai Al Jazeera, dikutip dari Mehr News.

“Keduanya harus siap membayar mahal, dan menanggung semua dampak merugikan dalam agresi secara terbuka ini.”

Bin Amer juga memperingatkan AS dan Inggris untuk tidak meneruskan serangan ke Yaman.

“Kami (Angkatan Bersenjata Yaman) akan menargetkan pangkalan militer mereka di seluruh kawasan itu (Timur Tengah) jika AS dan Inggris meningkatkan serangan [terhadap Yaman]," kata bin Amer.

Dia mengatakan, ledakan terjadi di sejumlah kota di Yaman, termasuk di Ibu Kota Sanaa dan kota pelabuhan Hudaydah.

Kata dia, pasukan Yaman akan membalas serangan itu.

“Kami akan meneruskan operasi kami di Laut Merah hingga agresi Israel ke Gaza berakhir,” ujarnya.

Adapun serangan AS dan Inggris itu adalah serangan udara dan serangan yang dillancarkan dari kapal perang serta kapal selam.

“Agresi Amerika-Zionis-Inggris terhadap Yaman dengan melancarkan sejumlah serbuan ke Ibu Kota Sanaa, Hudaydah, Saada, dan Dhamar,” kata pejabat Houthi bernama Abdul Qader al-Mortada di media sosial X.

Sementara itu, Wakil Menteri Luar negeri di Pemerintahan Keselamatan Nasional Yaman, Hussein al-Ezzi, AS dan Inggris akan membayar mahal serangan itu.

“Washington dan London harus bersiap membayar mahal. Negara kami didera serangan udara, kapal perang, dan kapal laut. Tak diragukan lagi, serangan itu akan sangat merugikan mereka,” ujar al-Ezzi.

Adapun juru bicara militer Houthi, Yahya Saree, mengatakan ada 73 serangan terhadap lima wilayah yang berada di bawah kendali mereka.

Saree menyebut, ada lima orang yang tewas, sedang korban luka ada lima. Dia tidak merinci identitas korban.

“AS dan Inggris memikul tanggung jawab atas agresi kejahatan terhadap rakyat Yaman, dan hal itu akan dibalas dan dihukum,” ujar Saree memperingatkan.

(Tribunnews/Febri)

Editor: Suci BangunDS

Tag:  #serangan #koalisinya #terhadap #houthi #kebanyakan #gagal #laut #merah #akan #tetap #panas

KOMENTAR