AS Mau Kerahkan 1.000 Tentara Bangun Pelabuhan Gaza, Awal Pengusiran Total Rakyat Palestina?
Pasukan Amerika Serikat di Timur Tengah. Sebuah dokumen berisi perintah Pentagon dilaporkan memberi instruksi agar tentara AS yang berada di Irak bersiaga jika dibutuhkan untuk dikerahkan langsung dalam Perang Gaza membantu Israel melawan Hamas. 
16:20
9 Maret 2024

AS Mau Kerahkan 1.000 Tentara Bangun Pelabuhan Gaza, Awal Pengusiran Total Rakyat Palestina?

Pembangunan pelabuhan sementara, “yang bertujuan untuk mempercepat bantuan ke Gaza,” diperkirakan memakan waktu sekitar 60 hari.

Begitu kata Mayor Jenderal Angkatan Udara Patrick Ryder, juru bicara Pentagon, terkait niat Amerika Serikat (AS) membuat pelabuhan dadakan di pantai Gaza dengan dalih untuk percepatan proses pengiriman bantuan.

Ryder menambahkan, misi tersebut akan memerlukan keterlibatan sekitar 1.000 tentara AS.

Dia juga merinci kalau operasi militer AS ini secara luas akan mencakup tentara angkatan darat dan pelaut militer.

Namun, dalam tontonan militer AS yang megah ini, bertabur tentara dan pelaut di belakangnya, juru bicara tersebut meyakinkan kalau tidak ada satupun pasukan yang akan menginjakkan kaki di pantai Gaza.

Bahkan, katanya, untuk sesaat pun para prajurit AS ini tidak akan mengamankan dermaga yang tidak terlalu penting ke pantai tersebut.

Dia menyebut, operasi pembangunan akan dilakukan di lepas pantai.

"Setelah mulai beroperasi, sistem pelabuhan diharapkan dapat memfasilitasi “pengiriman harian sekitar 2 juta makanan ke warga Gaza,” klaim Ryder.

Kepala perawat di rumah sakit Al-Shifa Gaza City melaporkan pengiriman bantuan via udara yang dilakukan Amerika Serikat telah memakan korban jiwa, hingga menewaskan lima orang dan melukai 10 lainnya. Kepala perawat di rumah sakit Al-Shifa Gaza City melaporkan pengiriman bantuan via udara yang dilakukan Amerika Serikat telah memakan korban jiwa, hingga menewaskan lima orang dan melukai 10 lainnya. (Alarabiya)

Dalih Pengusiran Total Rakyat Palestina dari Gaza?

Patut dicatat, Amerika Serikat adalah sekutu utama Israel dalam perang genosida yang sedang berlangsung terhadap warga Palestina di Gaza.

Negara yang telah mengirimkan senjata bernilai miliaran dolar ke Israel sejak awal perang genosida melawan Gaza tentu saja memiliki kemampuan untuk memberikan tekanan pada entitas pendudukan tersebut, menyerukan gencatan senjata segera dan masuknya bantuan kemanusiaan tanpa batas.

Kalau mau simpel, AS bisa saja menekan Israel untuk membuka blokade seluas-luasnya agar bantuan lewat jalur darat selekasnya sampai ke Gaza.

Mesir dan Yordania sudah menyatakan dengan tangan terbuka bersedia membuka perbatasan mereka jika bantuan via jalur darat punya peluang untuk dilakukan.

Masalahnya, Israel, baik militer maupun rakyatnya memblokade jalur darat tersebut.

Militer Israel (IDF) berdalih, Hamas akan sangat mungkin memanfaatkan peluang itu untuk mereorganisir kekuatan.

Sementara warga pemukim Yahudi Israel, memblokade jalur bantuan darat atas niat menghukum kolektif semua penghuni Gaza atas serangan Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 silam.

Analisis lain, pemukim Yahudi mendompleng operasi militer IDF untuk tujuan perluasan pemukiman mereka di Jalur Gaza.

Pemberian bantuan kemanusiaan -makanan dan kebutuhan pokok- via airdrops akhirnya jadi opsi yang diambil sejumlah negara, termasuk AS.

Namun, efektivitas penerjunan bantuan ini terbilang rendah karena banyaknya jumlah pengungsi Gaza.

Terlebih, pengiriman bantuan ini berisiko justru melukai warga Gaza di mana insiden baru-baru ini menunjukkan kalau parasut palet bantuan tidak berfungsi dan malah menimpa warga yang mengakibatkan kematian.

KELAPARAN - Ribuan warga Palestina menunggu datangnya truk bantuan yang ditujukan bagi jutaan pengungsi Gaza yang kelaparan. Pada Kamis (29/2/2024), tentara Israel menembaki kerumuman warga Palestina yang sedang menunggu datangnya bantuan ini, menghasilkan tragedi Tepung Berdarah yang menewaskan 112 warga sipil Palestia di Gaza Utara. KELAPARAN - Ribuan warga Palestina menunggu datangnya truk bantuan yang ditujukan bagi jutaan pengungsi Gaza yang kelaparan. Pada Kamis (29/2/2024), tentara Israel menembaki kerumuman warga Palestina yang sedang menunggu datangnya bantuan ini, menghasilkan tragedi Tepung Berdarah yang menewaskan 112 warga sipil Palestia di Gaza Utara. (tangkap layar/Photo Credit: AP Photo/Mahmoud Essa)

Kritikan itu rupanya membuka celah bagi AS untuk menggaungkan niat pembangunan pelabuhan sementara di lepas pantai Gaza tersebut.

Namun, warga Palestina telah menyatakan keraguannya mengenai rencana Uni Eropa mengenai koridor laut dan rencana AS untuk membangun dermaga.

Muncul kekhawatiran, tindakan AS tersebut dapat menjadi awal dari kehadiran militer internasional di tanah Palestina dan pengusiran warga Palestina dengan berbagai dalih.

Dalam kontradiksi yang jelas, meskipun Ryder mengklaim kalau pihak yang bertanggung jawab mengamankan lokasi pendaratan untuk sistem pelabuhan tersebut masih belum jelas, Presiden AS Joe Biden mengatakan kepada wartawan bahwa Israel akan bertanggung jawab untuk memberikan keamanan untuk pelabuhan sementara tersebut, The Times of Israel melaporkan .

Jika terbukti benar, pendudukan yang sama di balik pembunuhan massal, pemusnahan massal, kelaparan, kelaparan, puluhan ribu orang terluka, anak-anak yatim piatu, dan pengungsian paksa di Gaza akan bertanggung jawab atas keamanan pelabuhan yang dimaksudkan untuk membiarkan bantuan masuk.

Para pejabat Israel belum mengkonfirmasi rincian ini, meskipun mereka menyambut baik pengumuman Biden tentang koridor maritim untuk bantuan.

Namun Ryder menyebutkan bahwa Washington sedang berdiskusi dengan negara-negara mitra dan Israel, pihak yang berada di balik seluruh bencana ini, untuk menyelesaikan rincian ini.

(oln/*berbagaisumber)

Tag:  #kerahkan #1000 #tentara #bangun #pelabuhan #gaza #awal #pengusiran #total #rakyat #palestina

KOMENTAR