



Netanyahu Sibuk Gempur Gaza, Ekonomi Israel Jeblok, Lebih Parah daripada Perkiraan Pakar
Menurut laporan dari Financia Times, anjloknya produk domestik bruto (PDB) Israel ternyata jauh lebih buruk daripada perkiraan pakar.
Perkiraan itu dibuat tatkala pemerintah Israel memobilisasi 300.000 warganya untuk bergabung dengan Pasukan Pertahanan Israel (IDF).
Perang di Gaza telah berlangsung selama 6 bulan dan korban tewas di pihak Palestina telah mencapai lebih dari 29.000.
Akan tetapi, hingga kini negara Yahudi itu belum memperlihatkan tanda-tanda akan mengurangi serangannya di Gaza.
Dikutip dari Morocco World News, Israel terus menggelontorkan dana untuk mesin perangnya.
Jumlah pengeluaran pemerintah meningkat hingga 88 persen dalam 3 bulan setelah perang meletus pada bulan Oktober 2023. Adapun pengeluaran nasional anjlok hingga 27 persen.
Awal bulan ini sebuah perusahaan layanan keuangan asal Amerika Serikat (AS) bernama Moody menurunkan peringkat kredit (credit rating) Israel.
Credit rating mencerminkan kelayakan kredit dan tingkat risiko pemerintah suata negara dalam memenuhi kewajiban finansialnya.
Peringkat kredit Israel turun dari A1 ke A2 karena adanya kekhawatiran akan dampak perang di Gaza dan risiko konflik panjang.
Agresi Israel juga berisiko memicu ketidakstabilan di kawasan Timur Tengah.
Di samping itu, dugaan kejahatan perang di Israel memunculkan banyak kampanye boikot yang menargetkan perusahaan Israel serta perusahaan yang mengungkapkan dukungannya kepada Israel.
Perusahaan makanan cepat saji McDonald’s dan Starbucks adalah dua di antara perusahaan yang menjadi target utama dalam kampanye boikot itu.
Sejak perang di Gaza meletus, Starbucks mengalami kerugian hingga miliaran dolar dan mengurangi prediksi penjualan tahunannya.
Starbucks mengakui bahwa penjualannya di Asia Barat terdampak. Selain itu, adanya dukungan kepada Palestina juga berdampak terhadap penjualannya di seluru AS.
Adapun McDonald’s dilaporkan gagal mencapai target penjualannya untuk pertama kalinya dalma empat tahun. Nilai saham perusahaan itu juga turun 4 persen karena penjualan juga turun.
Netanyahu bersumpah lanjutkan perang
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersumpah akan melanjutkan perang di Gaza meski Israel kini mendapatkan tekanan dari masyarakat internasional dan rakyat Israel sendiri.
“Ada banyak tekanan terhadap Israel dari dalam negeri dan di luar negeri untuk menghentikan perang sebelum kami mencapai seluruh tujuan kami, termasuk kesepakatan pembebasan sandera dengan cara apa pun,” demikian kata Netanyahu di akun media sosial X miliknya pada hari Selasa, (20/2/2024).
“Kami berkomitmen untuk melanjutkan perang hingga semua tujuan tercapai, termasuk melenyapkan Hamas, membebaskan semua sandera, dan memastikan bahwa Gaza tak lagi menjadi ancaman bagi Israel,” katanya menambahkan.
Dikutip dari Anadolu Agency, pekan lalu keluarga warga Israel yang disandera Hamas mengkritik Netanyahu karena meminta delegasi israel tidak kembali ke Mesir untuk pembicaraan lebih lanjut dengan Hamas mengenai kesepakatan pembebasan sandera.
Israel meyakini masih ada 134 warga Israel yang disandera di Gaza setelah tentara Israel berhasul membebaskan dua warga Israel yang ditahan di Kota Rafah.
Adapun pada hari Selasa lalu AS memveto upaya terakhir Dewan Keamanan PBB demi mewujudkan gencatan gencatan senjata di Gaza.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, per hari Selasa total kematian di Gaza akibat serangan Israel sudah mencapai 29.195 jiwa. Adapun sebanyak 69.170 lainnya dilaporkan terluka.
(Tribunnews/Febri)
Tag: #netanyahu #sibuk #gempur #gaza #ekonomi #israel #jeblok #lebih #parah #daripada #perkiraan #pakar