Presiden Hungaria Mundur Imbas Kabulkan Grasi Terpidana yang Tutupi Kasus Pelecehan Seksual
Presiden Hungaria yang baru terpilih Katalin Novak berfoto setelah dia mengambil sumpahnya sebagai perwakilan parlemen Hungaria menyetujui pengangkatannya sebagai presiden baru di gedung parlemen di Budapest pada 10 Maret 2022. - Parlemen Hungaria memilih Katalin Novak, sekutu dekat Perdana Menteri Viktor Orban, sebagai presiden wanita pertama anggota Uni Eropa. (Photo by Attila KISBENEDEK / AFP) 
20:50
11 Pebruari 2024

Presiden Hungaria Mundur Imbas Kabulkan Grasi Terpidana yang Tutupi Kasus Pelecehan Seksual

Presiden Hungaria, Katalin Novak, mengumumkan mundur dari jabatanya setelah munculnya berbagai demo terkait pemberian grasi atau pengampunan terhadap seorang pria yang menjalani hukuman akibat menutupi kasus pelecehan seksual di sebuah panti asuhan.

Dalam video pengumuman pengunduran dirinya yang dikutip pada Minggu (11/2/2024), awalnya, Novak menjelaskan pemberian grasi merupakan tugas yang sensitif baginya sebagai Presiden.

"Karena (pemberian grasi) mencakup pengambilan keputusan tentang kehidupan sesorang berdasarkan permintaan grasi dan informasi yang tersedia," ujarnya dalam video pengumuman tersebut, dikutip dari Reuters.

Novak menjelaskan pemberian grasi terhadap pria tersebut dilakukannya pada April 2023 lalu.

Dia mengungkapkan alasannya mengabulkan permohonan grasi lantaran terpidana diyakini tidak mengekspolitasi anak-anak di panti asuhan tersebut.

"Saya memutuskan untuk memberikan grasi pada bulan April lalu dengan keyakinan bahwa terpidana tidak mengeksploitasi kerentanan anak-anak yang dia awasi," ujarnya.

Namun, Novak mengakui kesalahnnya dengan mengabulkan permohonan grasi terpidana tersebut lantaran justru memicu keraguan masyarakat Hungaria atas upaya pemerintah dalam memerangi pelaku pelecehan seksual di bawah umur atau pedofilia.

"Saya melakukan kesalahan karena pengampunan dan kurangnya alasan kondusif untuk memicu keraguan tentang toleransi nol yang berlaku untuk pedofilia," tuturnya.

Lebih lanjut, Novak berharap kepada Presiden Hungaria penggantinya tidak melakukan kesalahan serupa seperti dirinya.

Namun, sambungnya, jika presiden penggantinya melakukan kesalahan serupa, maka diharapkan untuk mengakui dan mengundurkan diri.

"Namun, jika terjadi kesalahan, Presiden harus mengaku akuntabilitasnya, mengambil tanggung jawab, dan bahkan mempertimbangkan untuk mengundurkan diri dari jabatannya," ujarnya.

Novak pun meminta maaf kepada seluruh pihak yang menyayangkan keputusannya untuk memberikan grasi terhadap terpidana.

"Saya meminta maaf kepada pihak-pihak yang mungkin tersinggung dan kepada semua korban yang mungkin merasa bahwa saya tidak membela mereka."

"Saya secara konsisten mengadvokasi perlindungan anak-anakn dan keluarga," tegasnya.

Sebelumnya, pemberian grasi oleh Novak terhadap terpidana yang menutupi kasus pelecehan seksual pertama kali muncul lewat pemberitaan media lokal Hungaria pada pekan lalu.

Berita tersebut pun langsung menggemparkan publik Hungaria serta oposisi dari partai yang menanungi Novak.

Alhasil, Novak serta Menteri Kehakiman, Judit Varga, didesak untuk mundur dari jabatannya.

Para demonstran pun turun ke jalan untuk menuntut keduanya mundur sebagai pejabat publik.

Sebelum Novak, Varga telah terlebih dahulu mengundurkan diri dari jabatannya.

"Saya mengundurkan diri dari jabatan publik. Saya mengundurkan diri dari mandat saya sebagai anggota parlemen dan juga posisi teratas dalam daftar partai Eropa," ujarnya.

Partai yang menaungi Novak dan Varga, Fidesz mengapresiasi keputusan mereka untuk mundur.

Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Partai Fidesz, Mate Kocsis.

(Tribunnews.com/Yohanes Liestyo Poerwoto)

Editor: Pravitri Retno W

Tag:  #presiden #hungaria #mundur #imbas #kabulkan #grasi #terpidana #yang #tutupi #kasus #pelecehan #seksual

KOMENTAR