Selandia Baru Akan Basmi Kucing Liar demi Selamatkan Spesies Asli
- Pemerintah Selandia Baru menetapkan target untuk memusnahkan seluruh kucing liar di negaranya pada 2050.
Langkah ini diambil untuk melindungi keanekaragaman hayati dan mengatasi ancaman terhadap spesies asli yang hanya ditemukan di negara tersebut.
Dalam pernyataannya, pemerintah menyebut keberadaan kucing liar semakin mengancam kelangsungan hidup satwa endemik seperti burung, kelelawar, kadal, dan serangga. Kucing liar juga diketahui menyebarkan penyakit dan menimbulkan kerugian ekonomi.
Kucing liar masuk program Predator Free 2050
Menteri Konservasi Tama Potaka mengungkapkan, kucing liar resmi ditambahkan ke dalam daftar target program Predator Free 2050. Program ini sebelumnya mencakup musang, cerpelai, tikus, dan possum.
Dalam wawancara dengan Radio New Zealand, Potaka menyebut kucing liar sebagai stone cold killers atau "pemangsa tanpa belas kasihan".
“Mereka memangsa untuk bertahan hidup,” ujarnya.
Potaka menjelaskan, kucing liar yang dimaksud adalah kucing yang tidak bergantung pada manusia untuk bertahan hidup, berbeda dengan kucing peliharaan yang dirawat oleh pemiliknya.
Beberapa metode eradikasi sedang dipertimbangkan, seperti penggunaan umpan sosis beracun dan penyemprotan racun dari perangkat otomatis yang dipasang di pohon.
Rincian strategi lengkap akan diumumkan dalam pembaruan dokumen Predator Free 2050 yang direncanakan rilis pada Maret 2026.
Ilustrasi kucing liar.Menurut Potaka, pengendalian populasi kucing liar menjadi langkah penting untuk memulihkan ekosistem dan meningkatkan keanekaragaman hayati di Selandia Baru.
“Untuk meningkatkan keanekaragaman hayati, warisan lanskap, dan menciptakan tempat yang ingin kita lihat, kita harus menyingkirkan beberapa pemangsa ini,” ujarnya, dikutip dari CNN, Jumat (21/11/2025).
Ia menambahkan, masyarakat Selandia Baru ingin kawasan lindung, pantai, dan jalur hutan kembali dipenuhi suara burung, bukan predator invasif.
Kementerian Konservasi mencatat bahwa kucing liar telah menyebar ke berbagai wilayah di Aotearoa, mulai dari lahan pertanian hingga hutan, dan memberikan tekanan besar pada spesies asli.
Salah satu dampak nyata terlihat di dekat kota Ohakune, tempat lebih dari 100 kelelawar berekor pendek (short-tailed bats) ditemukan mati dalam waktu satu minggu akibat serangan kucing liar.
Kucing liar juga berperan dalam hampir punahnya burung southern dotterel di Pulau Stewart, serta menyebarkan toksoplasmosis yang membahayakan lumba-lumba, manusia, dan hewan ternak.
Didukung mayoritas publik dan organisasi konservasi
Rencana pemusnahan kucing liar ini disambut luas oleh masyarakat dan organisasi konservasi.
Pemerintah melaporkan bahwa dari sekitar 3.400 masukan yang diterima dalam konsultasi publik terbaru, lebih dari 90 persen mendukung pengelolaan populasi kucing liar.
CEO Predator Free New Zealand Trust, Jessi Morgan, menyambut baik langkah tersebut. Dalam tulisannya di media The Post, ia menyebut keputusan pemerintah sejalan dengan keinginan publik.
“Pada Juni lalu, ketika Departemen Konservasi membuka konsultasi Predator Free 2050 dan bertanya kepada publik mengenai kucing liar, responsnya jelas: Kucing liar memang harus masuk dalam daftar target,” tulisnya.
Sementara itu Potaka menegaskan, kebijakan ini tidak akan berdampak pada pemilik kucing rumahan.
“Selandia Baru penuh dengan pemilik kucing, dan kucing rumahan bukan bagian dari target Predator Free,” ujarnya.
Ia menambahkan, praktik pemeliharaan kucing yang bertanggung jawab tetap penting dalam perlindungan satwa liar, seperti melakukan sterilisasi, memasang microchip, dan menjaga agar kucing peliharaan tidak berkeliaran bebas di alam.
Langkah tegas Selandia Baru ini menandai komitmen negara tersebut untuk menjaga kelestarian flora dan fauna khasnya dari ancaman predator invasif, sekaligus membuka ruang diskusi global soal penanganan kucing liar yang kian kompleks.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Inas Rifqia Lainufar | Editor: Inas Rifqia Lainufar)
Tag: #selandia #baru #akan #basmi #kucing #liar #demi #selamatkan #spesies #asli