Mengenal Kataib Hizbullah, Kelompok Militan Syiah Irak yang Didukung Iran
Anggota milisi perlawanan Kataib Hizbullah di Irak dalam sebuah parade militer. Faksi perlawanan ini menyebut akan terus menyerang entitas Amerika Serikat hingga pasukan pendudukan angkat kaki dari Irak. - Berikut ini penjelasan mengenai Kataib Hizbullah, kelompok militan syiah Irak yang didukung Iran. 
12:20
8 Februari 2024

Mengenal Kataib Hizbullah, Kelompok Militan Syiah Irak yang Didukung Iran

Berikut ini penjelasan mengenai Kataib Hizbullah, kelompok militan syiah Irak yang didukung Iran.

Kataib Hizbullah adalah milisi utama di Irak yang beroperasi di bawah komando langsung Iran.

Diwartakan Washington Institute, kelompok ini mengerahkan berbagai sel yang bertanggung jawab atas operasi kinetik, media, dan sosial, beberapa di antaranya dibiayai oleh negara Irak.

Didirikan pada 2007, Kataib Hizbullah berupaya untuk membentuk pemerintahan yang berpihak pada Iran di Irak, mengusir pasukan Amerika Serikat (AS) dan koalisi dari negara tersebut, serta memajukan kepentingan Iran di seluruh Timur Tengah.

Dikutip dari DNI.GOV, Kataib Hizbullah dianggap sebagai kelompok yang menimbulkan ancaman besar bagi personel diplomatik dan militer AS di Irak dan Suriah.

Kataib Hizbullah juga pernah mengambil bagian dalam operasi tempur melawan ISIS di Irak dan pasukan anti-pemerintah di Suriah.

Kelompok militan syiah Irak yang didukung Iran ini dibagi menjadi staf Brigade ke-45, ke-46, dan ke-47 di Komite Mobilisasi Populer Irak, yang dibentuk pada 2014, untuk melawan ISIS dan menjadi bagian resmi dari aparat keamanan Irak pada tahun 2016.

Kataib Hizbullah beroperasi di Irak dan Suriah, juga di Bahrain, Iran, Lebanon, dan Arab Saudi.

Memiliki anggota hampir 10.000 orang, Kataib Hizbullah dipimpin oleh Abu Mahdi al-Muhandis.

Abu Mahdi al-Muhandis sendiri punya warga negara ganda, yakni Irak-Iran.

Ia terbunuh dalam serangan pesawat tak berawak (drone) AS pada 2020, bersama dengan komandan Pasukan Quds Iran, Qassem Soleimani, di bandara internasional Baghdad, lapor CNBC.

Kataib Hizbullah memanfaatkan jaringan medianya untuk menyebarkan propaganda anti-AS dan pro-Iran di Irak; menyerang personel dan fasilitas AS menggunakan alat peledak rakitan, roket, dan sistem pesawat tak berawak (UAS); serta menculik serta membunuh saingan dalam negerinya.

Kelompok ini memiliki berbagai senjata dan peralatan lainnya, termasuk kendaraan lapis baja, artileri, alat penetrator bahan peledak, sistem pertahanan udara portabel, rudal, dan senapan sniper.

Kataib Hizbullah telah menerima pelatihan ekstensif, pendanaan, dukungan logistik, senjata, dan intelijen dari Korps Garda Revolusi Islam – Pasukan Quds Iran, yang memiliki pengaruh terhadap operasi kelompok tersebut.

Mereka juga menerima pelatihan dan senjata dari Hizbullah Lebanon.

Ditetapkan sebagai teroris asing oleh AS

Departemen Luar Negeri AS menetapkan Kataib Hizbullah sebagai organisasi teroris asing pada Juli 2009 karena menyerang pasukan AS dan mengganggu stabilitas Irak.

Pemimpin umum Kataib Hizbullah, Ahmad al-Hamidawi, dinobatkan sebagai Teroris Global Khusus pada Februari 2020.

Komandan Kataib Hizbullah Tewas dalam Serangan AS di Baghdad Irak

Dikutip dari Jerusalem Post, komandan Kataib Hizbullah tewas dalam serangan AS pada Rabu (7/2/2024), militer AS mengungkapkan.

"Pasukan AS melakukan serangan sepihak di Irak sebagai tanggapan atas serangan terhadap anggota militer AS, menewaskan komandan Kataib Hizbullah yang bertanggung jawab merencanakan dan berpartisipasi langsung dalam serangan terhadap pasukan AS di wilayah tersebut," ungkap pernyataan militer.

Pernyataan itu menambahkan tidak ada indikasi adanya korban sipil.

Dua sumber keamanan, yang berbicara tanpa menyebut nama, mengatakan komandannya (yang tewas) adalah Abu Baqir al-Saadi.

Renggut nyawa 3 tentara AS

Dilansir Counterextremism, Kataib Hizbullah melancarkan serangan pesawat tak berawak (drone) ke pos terdepan Amerika di Yordania, Tower 22, pada Senin (29/1/2024).

Serangan itu menewaskan tiga tentara AS dan melukai sedikitnya 40 orang.

Tentara yang terbunuh kemudian diidentifikasi sebagai Spesialis Breonna Alexsondria Moffett, Sarsan William Jerome Rivers, dan Spesialis Kennedy Ladon Sanders.

Presiden AS, Joe Biden, menuduh “kelompok militan radikal yang didukung Iran yang beroperasi di Suriah dan Irak” melakukan serangan itu.

Sementara, menurut Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS , John Kirby, Kataib Hizbullah mendukung militan yang melakukan penyerangan.

Menurut laporan media, IRI mengaku bertanggung jawab atas serangan pada 29 Januari.

Di tanggal 30 Januari, Kataib Hizbullah mengumumkan akan menghentikan operasi militer dan keamanan terhadap pasukan AS.

Keesokan harinya, Biden mengonfirmasi peran IRI dalam serangan tersebut

Mengenal Tower 22

Sejauh ini, informasi publik tentang Tower 22, pos terdepan AS ini terbatas, Times of Israel melaporkan.

Tower 22 berlokasi di titik strategis di Yordania, yakni sisi paling timur laut, yang berbatasan antara Suriah dan Irak.

Menurut laporan media, Tower 22 berfungsi sebagai pusat pasokan untuk garnisun al-Tanf AS di dekatnya yang terletak di seberang perbatasan Suriah.

Al-Tanf berperan penting dalam perang melawan ISIS dan mengambil peran sebagai bagian dari strategi AS untuk membendung pembangunan militer Iran di Suriah timur.

Setidaknya 350 tentara Angkatan Darat dan Angkatan Udara AS juga ditempatkan di sana.

Namun tidak jelas jenis senjata yang disimpan, pertahanan udara yang digunakan, dan apa yang sebenarnya salah hingga jadi target serangan.

(Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

Editor: Pravitri Retno W

Tag:  #mengenal #kataib #hizbullah #kelompok #militan #syiah #irak #yang #didukung #iran

KOMENTAR