Benjamin Netanyahu Tantang Tekanan AS, Tegaskan Israel Tak Butuh Izin Serang Gaza dan Lebanon
- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali menegaskan posisi kerasnya terhadap gencatan senjata yang tengah berlangsung di Gaza dan Lebanon.
Dalam pernyataan tegas yang terkesan menantang pada Minggu (26/10), dia menolak anggapan Israel membutuhkan restu negara mana pun untuk melancarkan serangan, termasuk dari sekutu utamanya, Amerika Serikat.
“Israel adalah negara merdeka. Kami akan membela diri dengan cara kami sendiri dan akan terus menentukan nasib kami sendiri,” kata Netanyahu dalam rapat kabinetnya di Yerusalem. “Kami tidak membutuhkan persetujuan siapa pun untuk itu. Keamanan kami ada di tangan kami sendiri.”
Pernyataan tersebut datang hanya beberapa hari setelah serangkaian kunjungan pejabat tinggi AS ke Tel Aviv, termasuk Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan Penasihat Keamanan Nasional Jake Sullivan.
Washington berupaya memperkuat pelaksanaan gencatan senjata yang baru saja disepakati antara Israel dan kelompok Hamas, namun eskalasi di lapangan terus berlanjut.
Seperti juga sudah diberitakan sebelumnya, lada Sabtu (25/10), militer Israel mengumumkan telah melakukan 'serangan terbatas' terhadap seorang individu di Gaza Tengah yang dituduh berencana menyerang pasukan Israel.
Meski demikian, serangan itu kembali memicu tudingan pelanggaran gencatan senjata yang tengah berlaku dengan dukungan AS.
Menurut keterangan militer, target tersebut merupakan anggota kelompok Jihad Islam Palestina. Namun, kelompok tersebut membantah tudingan itu dan menyebut klaim Israel sebagai fitnah tanpa dasar.
“Tidak ada rencana serangan seperti yang mereka tuduhkan. Ini hanyalah dalih untuk melanjutkan agresi,” demikian pernyataan resmi Jihad Islam Palestina, tanpa mengonfirmasi apakah anggotanya menjadi korban dalam serangan tersebut.
Saksi mata di Nuseirat, Gaza Tengah, mengatakan mereka melihat drone menembakkan rudal ke arah sebuah mobil hingga terbakar. Tim medis setempat melaporkan empat orang luka-luka, tanpa korban jiwa.
Di sisi lain, tank-tank Israel juga dilaporkan menembaki wilayah timur Kota Gaza, namun militer Israel belum memberikan tanggapan resmi. Demikian mengutip Arab News.
Gencatan senjata yang didukung AS itu telah berjalan lebih dari dua tahun sejak perang di Jalur Gaza meletus pada Oktober 2023, tetapi kedua pihak terus saling menuduh melakukan pelanggaran.
Serangan Israel akhir pekan ini memperlihatkan rapuhnya kesepakatan yang disebut sebagai 'gencatan bersyarat' tersebut.
Di tengah ketegangan itu, media Israel melaporkan pemerintah mengizinkan pejabat Mesir masuk ke Gaza untuk membantu menemukan jenazah sandera yang diyakini masih berada di wilayah tersebut.
Langkah ini disebut sebagai perubahan kebijakan, karena Israel sebelumnya melarang masuknya pihak asing ke zona konflik. Sebagai bagian dari kesepakatan gencatan, Hamas sebelumnya menyatakan akan menyerahkan semua sandera yang mereka culik dalam serangan 7 Oktober 2023. Namun, hingga kini sisa jenazah 13 sandera masih belum ditemukan.
Sikap keras Netanyahu dianggap menantang tekanan diplomatik dari Washington, yang berusaha menstabilkan kawasan dan mencegah perang terbuka dengan Lebanon.
Namun, pernyataannya juga menandakan bahwa Israel tidak akan menahan diri jika merasa terancam, bahkan di bawah kesepakatan internasional sekalipun.
Meski belum ada tanggapan resmi dari Kantor Perdana Menteri Israel terkait izin masuknya pejabat Mesir maupun tudingan pelanggaran gencatan, pernyataan Netanyahu menggarisbawahi satu pesan utama: Israel akan bertindak sepihak jika menganggap keamanan nasionalnya dipertaruhkan.
Tag: #benjamin #netanyahu #tantang #tekanan #tegaskan #israel #butuh #izin #serang #gaza #lebanon