Kataib Hezbollah Umumkan Tidak akan Serang Amerika Lagi setelah 3 Tentara AS Tewas di Yordania
Pejuang mengibarkan bendera Irak dan kelompok paramiliter, termasuk al-Nujaba dan Kataib Hezbollah, saat pemakaman lima militan yang tewas sehari sebelumnya di Irak utara, pada 4 Desember 2023, di Baghdad. 
17:20
31 Januari 2024

Kataib Hezbollah Umumkan Tidak akan Serang Amerika Lagi setelah 3 Tentara AS Tewas di Yordania

- Kelompok milisi Kataib Hizbullah yang didukung Iran mengumumkan penghentian operasi permusuhan terhadap pasukan AS, Al Jazeera melaporkan.

AS sebelumnya berjanji akan meminta pertanggungjawaban Iran setelah kematian 3 tentaranya.

Pada 28 Januari lalu, 3 tentara AS tewas dalam serangan udara yang menargetkan pangkalan militer AS yang disebut Tower 22.

Tower 22 terletak di Yordania, dekat perbatasan Suriah dan Irak.

Upaya de-eskalasi Kataib Hizbullah diumumkan pada Selasa (30/1/2024) malam waktu setempat.

Dikatakan mereka tidak ingin mempermalukan pemerintah Irak, basis kelompok mereka.

Namun niat tersebut disambut dengan skeptisisme di Amerika Serikat.

Dari kiri ke kanan: Sersan William Jerome Rivers (46) dari Carrollton, Georgia; Spc Kennedy Ladon Sanders (24) dari Waycross, Georgia; Spc Breonna Alexsondria Moffett (23) dari Savannah, Georgia. Mereka adalah 3 tentara AS yang tewas dalam serangan drone Perlawanan Islam di Irak di Tower 22 di pos terdepan militer AS di Yordania pada Minggu (28/1/2024). Dari kiri ke kanan: Sersan William Jerome Rivers (46) dari Carrollton, Georgia; Spc Kennedy Ladon Sanders (24) dari Waycross, Georgia; Spc Breonna Alexsondria Moffett (23) dari Savannah, Georgia. Mereka adalah 3 tentara AS yang tewas dalam serangan drone Perlawanan Islam di Irak di Tower 22 di pos terdepan militer AS di Yordania pada Minggu (28/1/2024). (X)

Pentagon menuduh telah terjadi tiga serangan lainnya sejak kematian 3 tentara AS itu.

Berbicara pada hari Selasa (30/1/2024) di Washington, DC, Presiden AS Joe Biden mengaitkan serangan tersebut dengan Iran.

“Saya menganggap mereka bertanggung jawab dalam artian mereka memasok senjata kepada pelakunya,” katanya.

Namun, Biden menyatakan tidak menginginkan perang yang lebih luas di wilayah tersebut.

Sementara itu pada hari Rabu (31/1/2024), kepala Garda Revolusi Iran Hossein Salami menegaskan bahwa Iran akan merespons dengan cara yang sama jika AS mengambil tindakan untuk menyerang negaranya.

“Kami mendengar ancaman datang dari para pejabat Amerika, kami memberi tahu mereka bahwa mereka telah menguji kami dan kami sekarang saling mengenal, tidak ada ancaman yang tidak dibalas,” katanya, menurut kantor berita semi-resmi Tasnim.

Iran sering mengatakan kelompok perlawanan bertindak sendiri dalam menanggapi kejahatan Israel di Gaza.

Kelompok perlawanan regional tidak menerima perintah dari Iran, dan Iran juga tidak berperan dalam keputusan mereka untuk melakukan operasi pembalasan demi membela rakyat Palestina, ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri Nasser Kan'ani, Senin (29/1/2024), mengutip PressTV.

Lebih lanjut Nasser Kan'ani mengatakan, sejak awal serangan Israel ke Gaza pada awal Oktober lalu, Iran telah berulang kali memperingatkan bahaya perluasan ruang lingkup konflik di wilayah tersebut akibat serangan Israel yang terus berlanjut dan dukungan penuh AS terhadap Israel.

Kan'ani menekankan bahwa tekanan AS dan pelanggaran terus menerus terhadap kedaulatan nasional Irak dan Suriah serta serangan bom terhadap kelompok dan masyarakat Irak, Suriah dan Yaman telah memperburuk ketidakstabilan di kawasan itu.

Ia menekankan pentingnya menjaga perdamaian, stabilitas dan keamanan di kawasan.

Iran percaya bahwa mengakhiri serangan Israel di Gaza serta segera melakukan gencatan senjata dapat mempersiapkan landasan bagi pemulihan perdamaian di wilayah tersebut, kata Kan’ani.

“Iran memantau perkembangan di kawasan dengan kesiapan dan kewaspadaan dan tanggung jawab atas konsekuensi tuduhan provokatif terhadap Iran berada di tangan para pelaku klaim tidak berdasar tersebut,” tambahnya.

Tentang Kataib Hezbollah

Masih mengutip Al Jazeera, Kataib Hizbullah adalah elemen paling kuat dalam kelompok yang disebut Perlawanan Islam di Irak, yang telah melakukan lebih dari 150 serangan terhadap pasukan AS di Irak dan Suriah sejak 7 Oktober.

AS sejauh ini merespons serangan mereka dengan serangan udara dan menjatuhkan sanksi terhadap kelompok-kelompok yang didukung Iran di Irak, khususnya Kataib Hezbollah.

Dalam pernyataannya pada hari Selasa (30/1/2024), Sekretaris Jenderal Kataib Hizbullah Abu Hussein al-Hamidawi menyebut bahwa banyak sekutunya, khususnya Iran, sering menolak eskalasi terhadap pasukan pendudukan Amerika di Irak dan Suriah.

Mahmoud Abdelwahed dari Al Jazeera mengatakan pernyataan itu bertujuan untuk meringankan atau mengurangi beban yang dihadapi pemerintah di Irak sejak awal serangan ini.

Respons keras dari Partai Republik AS

Sementara itu, sejumlah anggota Partai Republik yang berhaluan keras meminta tindakan militer yang lebih tegas terhadap Iran.

Senator Lindsey Graham meminta pemerintahan Biden untuk menyerang sasaran-sasaran penting di Iran.

Serangan itu, menurut Graham, tidak hanya sebagai pembalasan atas terbunuhnya pasukan AS tetapi juga sebagai pencegahan terhadap agresi di masa depan.

Roger Wicker, petinggi Partai Republik di Komite Angkatan Bersenjata Senat, juga menyerukan untuk menyerang langsung sasaran-sasaran Iran dan kepemimpinannya.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Editor: Wahyu Gilang Putranto

Tag:  #kataib #hezbollah #umumkan #tidak #akan #serang #amerika #lagi #setelah #tentara #tewas #yordania

KOMENTAR