



Intel Israel Salah Terus, Komandan Batalyon Timur-Utara Hamas Muncul Saat Prosesi Penyerahan Jenazah
Hal itu lantaran kembali terjadinya kesalahan dalam informasi intelijen yang sudah diumumkan IDF terkait pengeleminasian pimpinan-pimpinan kelompok gerakan Hamas.
Baca juga: Komandan Al Qassam di Beit Hanoun Olok-olok Israel Cuma Dapat Batu, IDF Akui Lakukan Kesalahan
Channel Hebrew 14 Israel, melaporkan kalau komandan Batalyon Timur dan Utara di Brigade Khan Younis, Rafa'a Salameh, yang sebelumnya dinyatakan tewas oleh IDF, terlihat berpartisipasi dalam penyerahan jenazah keempat sandera Israel, di Khan Younis, Gaza Selatan, Kamis (20/2/2025).
IDF menyatakan - merujuk pada informasi intelijen- dikutip Anadolu, Rafa'a Salameh dieleminasi pada Minggu (14/7/2024) silam lewat pengeboman serangan udara di Gaza Selatan.
Anadolu menyatakan, pengeboman itu juga menewaskan 90 orang Palestina saat ledakan dari serangan tersebut menyasar tenda-tenda pengungsian.
Kemunculan Rafaa Salamah ini dinilai kembali mencoreng kredibilitas intelijen Israel yang digaungkan sebagai satu di antara terbaik di dunia.
Selama perang Gaza, penyebab Israel gagal sepenuhnya mencapai target perang satu di antaranya adalah lantaran kegagalan intelijen untuk bisa memetakan Gaza secara utuh.
Upaya infiltrasi yang dilakukan Israel, dikabarkan belum bisa masuk secara aktif ke dalam organisasi Hamas.

Para Sandera Israel Tewas Justru Oleh Bom IDF
Pada prosesi penyerahan jenazah para sandera Israel itu, Hamas menyiapkan panggung yang berhias spanduk-spanduk perlawanan yang menentang tuntutan pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, menurut media Ibrani.
Brigade Al-Qassam, sayap militer Hamas, bersama dengan faksi perlawanan Palestina lainnya, menyerahkan jenazah empat tawanan 'Israel' kepada Palang Merah di Gaza.
"Dalam pernyataan resminya, Hamas menekankan bahwa perlawanan tersebut menjamin martabat para korban tewas dan menghormati perasaan keluarga mereka selama penyerahan jenazah, meskipun ada apa yang digambarkannya sebagai pengabaian pendudukan Israel terhadap kehidupan mereka saat mereka masih hidup," tulis laporan RNTV, Kamis.
Brigade tersebut juga mengecam Pendudukan Israel karena mengebom tempat-tempat penahanan tawanan, yang mengakibatkan kematian mereka, dan meminta pertanggungjawaban pemerintah 'Israel' karena menghalangi negosiasi pertukaran tawanan.
Selain itu, Al Qassam mengecam Perdana Menteri Israel Netanyahu karena berupaya mengalihkan tanggung jawab atas kematian para tawanan.
"Pernyataan tersebut menegaskan kembali bahwa pertukaran tawanan adalah satu-satunya cara untuk membawa pulang tawanan dalam keadaan hidup dan memperingatkan agar tidak menggunakan kekuatan militer, yang akan menyebabkan lebih banyak korban," kata laporan RNTV.
Malu Besar
Bukan kali ini saja citra intelijen Israel sebagai satu di antara unit militer paling valid dalam pengumpulan data dan spionase kembali tercoreng.
Badan dan unit intelijen Israel juga menghadapi malu besar soal keberadaan komandan Batalyon Pantai gerakan Hamas, Haitham Al-Hawajri.
Sebagai informasi, pada 3 Desember 2023 silam, tentara pendudukan Israel (IDF) merujuk pada informasi intelijen Israel, mengumumkan telah mengeleminasi Al-Hawajri dalam sebuah serangan.
"Namun dalam sebuah adegan yang menggemparkan bagi pendudukan Israel, Al-Hajri baru-baru ini muncul saat pembebasan tahanan Israel Keith Segal, di mana ia berfoto dengan para petempur milisi perlawanan Palestina dan berjalan-jalan bebas tanpa menyembunyikan wajahnya," tulis laporan Khaberni, dikutip Kamis (6/2/2025).
Hal ini setidaknya merupakan insiden ketiga di mana seorang pemimpin militer senior Hamas muncul setelah Israel mengumumkan pembunuhannya.
"Menghadapi rasa malu intelijen ini, tentara pendudukan Israel dan Shin Bet mengakui kesalahannya, dan menjelaskan bahwa pengumuman sebelumnya didasarkan pada informasi intelijen yang kemudian terbukti tidak akurat," kata laporan itu.

Bukan Kesalahan Pertama
Al-Hajri bukan satu-satunya pemimpin lapangan gerakan Hamas yang muncul setelah pembunuhannya diumumkan Israel.
Sebulan sebelumnya, Hussein Fayyad, komandan Batalyon Beit Hanoun Hamas, terlihat menghadiri pemakaman warga Palestina di Gaza utara.
Padahal, Israel mengklaim telah membunuhnya Mei tahun lalu saat membombardir Jabalia, Gaza Utara.
Tentara pendudukan Israel menggambarkan Fayyad sebagai orang yang bertanggung jawab atas peluncuran banyak rudal anti-tank dan mortir ke pemukiman Israel selama perang Gaza.
Pada pemakaman tersebut, Fayyad memberikan pidato di mana ia berbicara tentang “kemenangan Gaza atas tentara pendudukan Israel,”.
Pidato ini mengonfirmasi kemunculannya baru-baru ini, kalau dia masih hidup, setelah gencatan senjata Gaza terjadi.
"Setelah kemunculan Fayyad, tentara dan Shin Bet sekali lagi dipaksa untuk mengakui bahwa penilaian intelijen mereka mengenai eleminasi Fayyad, salah," tulis Khaberni.
Peristiwa serupa lainnya terjadi dengan Mahmoud Hamdan, komandan batalyon lingkungan Tel al-Sultan di Rafah, yang juga dikenal sebagai pengawal pribadi martir pemimpin Hamas, Yahya Sinwar.
"Awalnya, tentara pendudukan Israel mengumumkan pembunuhannya dalam serangan udara, tetapi kemudian, setelah Sinwar syahid pada September 2024, ternyata Hamdan tetap hidup hingga akhirnya benar-benar meninggal dalam bentrokan lain dengan pasukan pendudukan Israel," papar laporan tersebut.

Validitas dan Kredibilitas Intelijen Israel Kini Dipertanyakan
Kesalahan demi kesalahan ini berujung pada tercorengnya kredibilitas dan validitas informasi intelijen dari unit intel militer Israel.
"Meskipun tentara pendudukan Israel berulang kali mengklaim telah membunuh lebih dari 100 pemimpin terkemuka Hamas, mulai dari komandan batalion dan brigade hingga pemimpin senior seperti Mohammed Deif, Marwan Issa, dan Yahya Sinwar, kesalahan intelijen baru-baru ini telah menimbulkan keraguan tentang kredibilitas laporan ini," menurut surat kabar Israel berbahasa Ibrani, Yedioth Ahronoth.
Surat kabar berbahasa Ibrani itu menunjukkan bahwa Hamas masih memiliki pemimpin terkemuka di Jalur tersebut yang berkontribusi dalam membangun kembali kekuatan gerakan tersebut.
Di antara mereka adalah Mohammed Sinwar, yang diyakini menggantikan saudaranya Yahya sebagai pemimpin gerakan, serta pemimpin brigade seperti Mohammed Shabana, komandan Brigade Rafah, dan Izz al-Din Haddad, komandan Brigade Gaza.

Surat kabar itu menjelaskan kalau semakin tinggi pangkat pemimpin Hamas yang menjadi sasaran Israel, semakin besar jumlah 'modal' dan 'amunisi; yang digunakan Israel untuk memastikan pembunuhan tersebut.
"Di samping itu Israel harus berpeluh demi mengintensifkan upaya intelijen untuk mengonfirmasi keberhasilan operasi militer pengeleminasian target tersebut," kata laporan tersebut.
Karena alasan ini, Israel ragu untuk segera mengumumkan pembunuhan para pemimpin terkemuka Hamas dan Hizbullah.
"Hasilnya, verifikasi pengeleminasian target operasi IDF memerlukan waktu berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu," papar ulasan tersebut.
Surat kabar itu menunjukkan kalau sepanjang perang Gaza, kritik meningkat soal klaim tentara pendudukan Israel mengenai angka "astronomis" yang diumumkan mengenai jumlah martir (petempur yang gugur) dari pejuang Hamas.
"Komandan lapangan IDF misalnya, mengklaim kalau beberapa laporan mengklaim bahwa satu batalyon militer Israel menewaskan 60 pejuang milisi Palestina di Beit Lahia dalam satu minggu, atau 150 di Shujaiya, tanpa bukti yang jelas untuk mengonfirmasi kebenaran angka-angka ini," kata laporan tersebut.
Menurut sumber militer Israel yang mengatakan kepada Yedioth Ahronoth, siapa pun (dari kelompok perlawanan Palestina) yang menjadi sasaran IDF di zona pertempuran didaftarkan pada “daftar pembunuhan,” tanpa memeriksa apakah ia benar-benar terbunuh atau hanya terluka.
Menurut Yedioth Ahronoth, jumlah pejuang Hamas yang tersisa pada awal gencatan senjata per Januari 2025 diperkirakan sekitar 10.000 pejuang.
Gerakan ini juga mampu merekrut dan melatih ratusan pejuang baru dalam beberapa bulan terakhir.
Surat kabar berbahasa Ibrani tersebut menilai kalau insiden ini mencerminkan serangkaian kegagalan intelijen Israel yang mengaburkan keakuratan informasi yang diandalkan tentara pendudukan Israel dalam agresi militernya melawan Hamas di Jalur Gaza.
Kegagalan Israel mencapai target perang meski sudah 'habis-habisan' dalam 15 bulan agresi, diduga juga karena kelemahan unit intelijen mereka yang tidak mampu masuk ke dalam jaringan Hamas.
"Saat perang berlanjut, pertanyaan yang muncul adalah berapa banyak pemimpin yang diklaim Israel telah dibunuh, tetapi mereka mungkin muncul kembali di masa mendatang," tulis sindiran ulasan tersebut soal keraguan mereka terhadap apa yang diumumkan pihak militer Israel.
(oln/RNTV/khbrn/*)
Tag: #intel #israel #salah #terus #komandan #batalyon #timur #utara #hamas #muncul #saat #prosesi #penyerahan #jenazah