Analisis: Apakah Iran Membiarkan Hizbullah Bertempur Sendirian Melawan Israel?
Para pejuang dari kelompok Syiah Lebanon, Hizbullah, berparade dalam sebuah upacara 
08:20
25 September 2024

Analisis: Apakah Iran Membiarkan Hizbullah Bertempur Sendirian Melawan Israel?

Iran tampaknya tidak terlalu ikut campur dalam konfrontasi terbaru antara Israel dan Hizbullah di Lebanon, menurut analis.

Pada hari Senin (23/9/2024), Israel mengintensifkan serangannya terhadap Hizbullah yang didukung Iran, dengan menyerang target-target di Lembah Bekaa Selatan dan Timur Lebanon.

Iran menuduh Israel mencoba memancingnya ke dalam konflik yang akan memiliki konsekuensi yang tidak dapat diubah, dilansir Al Jazeera.

Presiden Iran, Masoud Pezeshkian berkata: "Kami ingin hidup dalam damai, kami tidak menginginkan perang."

"Israel-lah yang berusaha menciptakan konflik habis-habisan ini."

"Kami tahu lebih dari siapa pun bahwa jika perang yang lebih besar meletus di Timur Tengah, itu tidak akan menguntungkan siapa pun di seluruh dunia," katanya.

Dalam sebuah wawancara dengan CNN, presiden berkata: "Kita tidak boleh membiarkan Lebanon menjadi Gaza lain di tangan Israel."

"Hizbullah tidak dapat berdiri sendiri melawan negara yang dipertahankan, didukung, dan dipasok oleh negara-negara Barat – negara-negara Eropa, dan Amerika Serikat."

Presiden Iran, Masoud Pezeshkian. Presiden Iran, Masoud Pezeshkian. (Tehran Times)

Meski mengecam serangan Israel, Iran belum memutuskan untuk mengirim pasukannya ke Lebanon.

Para pengamat politik terbagi pendapatnya, apakah Iran benar-benar telah meninggalkan Hizbullah dan siap menukarnya dengan keuntungan politik, atau apakah hubungan ideologis mereka tidak bisa diputuskan.

Fares Soaid: Hizbullah dibiarkan begitu saja

Mantan anggota parlemen Lebanon, Fares Soaid, mengungkapkan keprihatinan skenario yang terjadi di Gaza selama hampir setahun terulang di Lebanon.

"Hari-hari mendatang akan terungkap apakah Iran memimpin Poros Perlawanan melawan Israel atau apakah Iran memerangi Tel Aviv melalui sekutu-sekutunya, sementara Iran benar-benar fokus pada negosiasi dengan Amerika Serikat," katanya kepada Asharq Al-Awsat.

"Hari demi hari, semakin jelas bahwa anggota proksi regional Iran tewas saat berperang melawan Israel untuk meningkatkan posisi negosiasi Teheran dengan Washington," jelasnya.

"Rakyat Lebanon merasakan bahwa Hizbullah, yang dulu membanggakan dukungan Iran untuknya, kini berperang sendirian. Seolah-olah Hizbullah dibiarkan begitu saja, sementara Iran mengurus dokumen-dokumennya dengan Barat," tambahnya.

Ikatan tidak putus semudah itu

Sementara itu, pakar geopolitik Ziad al-Sayegh mengatakan meskipun Iran tidak terlibat langsung dalam pertempuran sengit antara Israel dan Hizbullah, bukan berarti bahwa Iran meninggalkan Hizbullah.

Ia mengatakan kepada Asharq Al-Awsat bahwa naif untuk percaya bahwa ikatan di antara mereka dapat dengan mudah diputuskan.

Sebab, keduanya memiliki ikatan ideologis yang dalam.

Orang-orang di Lebanon percaya bahwa kegagalan Iran untuk bereaksi terhadap perkembangan berbahaya terbaru di Lebanon, dimulai dengan serangan terhadap perangkat komunikasi Hizbullah dan pembunuhan komandan unit senior Radwan minggu lalu, berarti Iran telah meninggalkan kelompok tersebut dan membiarkannya menghadapi nasibnya sendiri.

16 anggota Pasukan Radwan Hizbullah termasuk 2 senior yang tewas dalam serangan udara Israel di pinggiran Beirut, Lebanon, pada Jumat (20/9/2024) malam. 16 anggota Pasukan Radwan Hizbullah termasuk 2 senior yang tewas dalam serangan udara Israel di pinggiran Beirut, Lebanon, pada Jumat (20/9/2024) malam. (Kolase X)

Bertahan hidup dengan mengorbankan Hizbullah

Soaid menekankan kepemimpinan Iran berusaha untuk bertahan dalam perang ini.

Iran mungkin mencapai kesepakatan dengan mengorbankan Hizbullah di Lebanon, Houthi di Yaman, dan Pasukan Mobilisasi Rakyat di Irak.

"Ini bukan pertama kalinya partai Lebanon mengaitkan nasibnya dengan partai asing dan salah bertaruh," tambahnya. 

Hal ini mirip dengan Gerakan Nasional Lebanon yang 'mengikat nasibnya' dengan pemimpin Fatah Palestina, Yasser Arafat, pada tahun 1970-an

“Presiden Suriah Hafez al-Assad memutuskan untuk melenyapkan Fatah, memulai prosesnya dengan membunuh Kamal Jumblatt dari Lebanon dan Presiden yang baru terpilih Bashir al-Gemayel,” kata Soaid.

Arafat tidak dapat melindungi Jumblatt dan tidak ada kekuatan asing yang mampu menyelamatkan Gemayel, jelasnya.

"Pasukan regional menggunakan kekuatan internal, bukan sebaliknya," katanya. 

"Situasi saat ini menunjukkan bahwa Hizbullah mengikuti perintah Teheran dan Garda Revolusi Iran, bukan sebaliknya," tambahnya.

(Tribunnews.com, Tiara Shelavie)

Editor: Nanda Lusiana Saputri

Tag:  #analisis #apakah #iran #membiarkan #hizbullah #bertempur #sendirian #melawan #israel

KOMENTAR