Tekan Prevalensi Merokok, Apa Iya Produk Tembakau Alternatif Bisa Jadi Solusi?
Ilustrasi: Vape sebagai alternatif penghantar nikotin selain tembakau. (Ocean Recovery).
14:12
1 April 2024

Tekan Prevalensi Merokok, Apa Iya Produk Tembakau Alternatif Bisa Jadi Solusi?

  Prevalensi merokok merupakan masalah global yang harus segera diselesaikan dengan berbagai ragam solusi inovatif untuk menciptakan perbaikan kualitas kesehatan publik. Salah satunya yang diyakini bisa menekan prevalensi merokok adalah dengan memanfaatkan produk tembakau alternatif.   Kebutuhan akan tembakau alternatif bisa ditemui pada rokok elektronik (vape) dan produk tembakau yang dipanaskan, sebagai opsi yang lebih efektif bagi perokok dewasa yang selama ini kesulitan untuk beralih dari kebiasaan merokok.    Aktivis Pengurangan Bahaya Merokok dari Inggris, Clive Bates menjelaskan bahwa jumlah perokok di dunia saat ini telah mencapai 1,1 miliar jiwa.   

  “Kita benar-benar dapat melakukan sesuatu untuk mengatasi hal tersebut,” kata dia merujuk pada produk tembakau alternatif sebagai salah satu solusinya, seperti dikutip dari Inquirer  Senin (1/4).   Senada dengan Bates, mantan Direktur Layanan Alkohol dan Obat-Obatan di Rumah Sakit St. Vincent di Australia, Dr. Alex Wodak, menilai perlu adanya upaya progresif untuk menanggulangi masalah rokok tersebut.    “Orang-orang merokok demi nikotin, namun mereka mati karena penolakan terhadap pengurangan risiko,” tegasnya.   

  Cara untuk beralih sekaligus terhindar dari risiko akibat merokok dapat dilakukan dengan memanfaatkan produk tembakau alternatif yang menerapkan konsep pengurangan risiko.    Praktisi kesehatan dari Australia, Dr. Carolyn Beaumont, mengatakan lebih dari separuh pasiennya, yang berusia 30 tahun hingga 50 tahun, telah beralih ke produk tembakau alternatif. Mereka beralih ke produk lebih rendah risiko tersebut untuk mengurangi risiko masalah kesehatan akibat merokok.   “Sekitar 80 persen pasien yang telah menggunakan produk tembakau alternatif tidak kembali ke kebiasaannya merokok,” ujarnya, membuktikan efektivitas dari produk tembakau alternatif agar perokok dapat beralih dan menghentikan kebiasaan merokok.  

  Berdasarkan hasil riset Universitas Bern berjudul “Electronic Nicotine-Delivery Systems for Smoking Cessation” yang dipublikasikan di New England Journal of Medicine pada Februari 2024, pemanfaatan produk tembakau alternatif meningkatkan keberhasilan berhenti merokok (abstinence) sebesar 21 persen.    Pada kelompok yang menggunakan produk tembakau alternatif, tingkat keberhasilan berhenti merokok mencapai 53 persen. Adapun tingkat keberhasilan berhenti merokok di kelompok yang tidak memaksimalkan produk tembakau alternatif sekitar 32 persen.   Tercatat, Inggris dan Swedia telah berhasil menurunkan jumlah perokoknya berkat dukungannya terhadap penggunaan produk tembakau alternatif. Menurut laporan Office for National Statistic (ONS), proporsi perokok di Inggris pada tahun 2022 adalah 12,9 persen atau setara 6,4 juta orang.   

  Angka tersebut turun jika dibandingkan tahun 2021 yang sekitar 13,3 persen atau setara 6,6 juta orang. Adapun Swedia menjadi negara bebas asap rokok pertama di Eropa dengan prevalensi merokok 5,16 persen, yang dari sebelumnya 11 persen pada tahun 2015.    Dalam kesempatan terpisah, Ketua Asosiasi Ritel Vape Indonesia (Arvindo), Fachmi Kurnia Firmansyah, mengungkapkan, pemerintah Indonesia diharapkan juga memaksimalkan potensi produk tembakau alternatif untuk menurunkan angka perokok.    “Kami berharap agar pemerintah Indonesia mau merujuk ke negara-negara yang telah berhasil mengoptimalkan produk tembakau alternatif sebagai salah satu langkah menekan prevalensi merokok dan penyakit yang disebabkan karena kebiasaan merokok,” ucapnya.  

  Sementara dikutip dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes), merokok merupakan kegiatan yang berdampak buruk tidak hanya bagi diri sendiri, tetapi juga orang lain atau keluarga yang ada di sekitarnya baik dalam waktu singkat maupun jangka panjang. Perlu diketahui, bahwa di dalam rokok terkandung lebih dari 4.000 jenis bahan kimia yang berbahaya bagi tubuh.   Data terakhir pada tahun 2020, The Tobacco Atlas menempatkan Indonesia pada peringkat ke tiga jumlah perokok terbesar di dunia setelah Tiongkok dan India. Institute for Health Metrix and Evolution pada tahun 2019 melaporkan rokok tembakau beresiko meningkatkan risiko kanker trakea, bronkus, dan paru-paru sebesar 59,6 %, 59 % mengakibatkan penyakit paru obstruksi kronik, 28 % memicu gangguan jantung, dan 19 % mengakibatkan diabetes mellitus.   Kemenkes juga melaporkan jumlah perokok di Indonesia menunjukkan tren peningkatan dalam kurun 2013 hingga 2019. terutama pada usia anak dan remaja. Dalam kurun waktu 5 tahun perokok usia anak dan remaja meningkat sekitar 2 % lebih.  

  Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas tahun 2013, prevalensi perokok pada usia 10 hingga 18 tahun berjumlah 7,2 % naik menjadi 9,1 % pada 2018. Jumlah itu sejalan dengan hasil survei dari Global Youth Tobacco pada tahun 2019 bahwa peningkatan prevalensi perokok kepada usia sekolah 13 sampai 15 tahun naik dari 18 % menjadi 19 %.   Sekitar satu dari 10 anak berusia 10-18 tahun di Indonesia adalah perokok saat ini menandakan salah satu tingkat merokok tertinggi di kalangan remaja secara global. Jumlahnya kian bertambah. Meskipun ada larangan membeli tembakau untuk mereka yang berusia di bawah 18 tahun, lebih dari 40 persen pelajar Indonesia berusia 13-15 tahun telah mengkonsumsi produk tembakau, menurut Survei Tembakau Pemuda Global 2019.

Editor: Banu Adikara

Tag:  #tekan #prevalensi #merokok #produk #tembakau #alternatif #bisa #jadi #solusi

KOMENTAR