Ibu Harus Tahu! Kenali Gejala, Penyebab dan Cara Penanganan ADHD
Caption foto: Ilustrasi penderita ADHD. (Sumber: freepik).
06:52
24 Maret 2024

Ibu Harus Tahu! Kenali Gejala, Penyebab dan Cara Penanganan ADHD

 

- Gejala Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) pada anak, diketahui mencakup kesulitan konsentrasi, perilaku hiperaktif, dan impulsif.

Gejala ADHD, biasanya terlihat sejak dini dan lebih mencolok saat situasi berubah, seperti mulai sekolah.

Kasus ADHD biasanya terdeteksi pada usia 6-12 tahun. Anak-anak dengan ADHD sering merasa rendah diri, kesulitan bersosialisasi, dan memiliki prestasi akademik rendah.

Lebih umum pada laki-laki, dengan gejala yang berbeda; laki-laki cenderung hiperaktif, sedangkan perempuan cenderung tidak fokus.

Penyebab pasti ADHD belum diketahui, tetapi faktor genetik, kelainan saraf, dan kelahiran prematur berperan. Biologis memainkan peran besar dalam risiko ADHD.

Apa Itu ADHD?

Dikutip dari halodoc.com, Minggu (24/3), Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) adalah kondisi medis yang ditandai oleh perilaku impulsif dan hiperaktif. Gejalanya membuat kesulitan bagi anak-anak untuk berkonsentrasi pada satu hal.

Meskipun lebih umum pada anak-anak, gejala ADHD dapat berlanjut hingga usia remaja dan dewasa. ADHD memiliki tiga subtipe:

  1. Hiperaktif-impulsif dominan: Menampilkan masalah hiperaktivitas dan perilaku impulsif.

  2. Inatentif dominan: Kesulitan dalam mempertahankan perhatian, cenderung tidak fokus.

  3. Kombinasi hiperaktif-impulsif dan inatentif: Menampilkan gejala hiperaktif, impulsif, dan kurangnya perhatian.

Apa Penyebab ADHD?

Penyebab pasti ADHD masih belum dipahami sepenuhnya oleh para ahli. Namun, gangguan kesehatan mental ini diduga terkait dengan ketidakseimbangan neurotransmitter di otak.

Beberapa kondisi yang diduga mempengaruhi timbulnya ADHD pada anak meliputi:

  1. Genetika

Genetika tetap menjadi faktor utama dalam terjadinya ADHD hingga saat ini. Kondisi ini cenderung bersifat familial, dimana kelainan ini sering ditemukan dalam keluarga.

Para ahli sering menduga bahwa genetika dari salah satu atau kedua orang tua memiliki peran krusial dalam perkembangan ADHD.

  1. Fungsi dan struktur otak

Penelitian menggunakan pemindaian otak telah mengidentifikasi beberapa perbedaan potensial dalam otak individu dengan ADHD dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami kondisi tersebut.

Ditemukan bahwa beberapa area otak mungkin memiliki ukuran yang lebih kecil pada individu dengan ADHD, sementara area lainnya dapat lebih besar dari biasanya.

Studi juga menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam tingkat neurotransmitter di otak pada individu dengan ADHD. Selain itu, kemungkinan bahwa bahan kimia otak tidak berfungsi dengan optimal juga menjadi dugaan lainnya.

  1. Pemaparan neurotoksin selama kehamilan

Selain itu, terdapat dugaan hubungan antara ADHD dan paparan bahan kimia neurotoksin tertentu seperti timbal dan beberapa jenis pestisida.

Paparan timbal pada anak dapat memengaruhi tingkat pendidikan mereka serta berkaitan dengan gejala kurang perhatian, hiperaktivitas, dan impulsivitas.

Di sisi lain, paparan pestisida organofosfat juga dikaitkan dengan gangguan mental ini, yang merupakan zat kimia yang sering digunakan pada rumput dan produk pertanian.

Studi menunjukkan bahwa bahan kimia organofosfat memiliki potensi untuk memberikan dampak negatif pada perkembangan saraf anak.

  1. Merokok dan konsumsi alkohol selama kehamilan

Merokok aktif atau terpapar asap rokok pasif selama kehamilan juga berhubungan dengan perilaku ADHD pada anak.

Selain itu, paparan alkohol dan obat-obatan selama kehamilan juga meningkatkan risiko anak mengalami kondisi serupa.

Apa Gejala ADHD?

Disampaikan alodokter.com, gejala pokok ADHD termasuk kesulitan dalam mempertahankan fokus, impulsif, dan tingkat aktivitas yang tinggi. 

Orang dengan ADHD cenderung gelisah dan seringkali lupa akan tindakan yang dilakukan. Kesulitan belajar, seperti kesulitan dalam membaca atau menulis, juga sering terjadi.

ADHD biasanya mulai terjadi pada anak di bawah usia 12 tahun, tetapi seringkali gejalanya sudah terlihat sejak usia 3 tahun. Kondisi ADHD yang dimulai pada masa kanak-kanak cenderung berlanjut hingga masa dewasa.

Penanganan dan Pencegahan ADHD

Penanganan ADHD dapat melibatkan penggunaan obat-obatan atau terapi psikologis. Penting untuk dicatat bahwa orang tua, keluarga, pengasuh, dan guru juga membutuhkan panduan untuk menangani anak dengan ADHD.

Meskipun ADHD tidak dapat disembuhkan sepenuhnya, penanganan yang tepat dapat membantu mengurangi gejala dan memungkinkan penderita menjalani kehidupan yang normal.

Meskipun tidak ada cara untuk mencegah ADHD pada anak, ibu hamil dapat mengurangi risiko dengan menghindari rokok, alkohol, dan obat-obatan terlarang, terutama selama kehamilan. Penting juga untuk menjauhkan anak dari asap rokok dan paparan zat beracun lainnya.

***

Editor: Novia Tri Astuti

Tag:  #harus #tahu #kenali #gejala #penyebab #cara #penanganan #adhd

KOMENTAR