Kenali Istilah Steatorrhea: Tinja Berminyak yang Jadi Tanda Gangguan Pencernaan Serius
Seseorang yang hendak buang air besar (dok. freepik)
14:07
13 November 2025

Kenali Istilah Steatorrhea: Tinja Berminyak yang Jadi Tanda Gangguan Pencernaan Serius

Pernahkah kamu memperhatikan tinja yang tampak mengapung, berminyak, atau berbau sangat tidak sedap? Kondisi ini dikenal dengan istilah steatorrhea, dan meskipun terkadang muncul setelah makan makanan berlemak tinggi, hal ini juga bisa menjadi tanda adanya gangguan pada hati, pankreas, atau sistem pencernaan lainnya.

Dilansir melalui Medical News Today, steatorrhea adalah kondisi ketika tinja mengandung terlalu banyak lemak yang tidak tercerna. Biasanya, tinja terdiri dari sisa makanan, protein, serat, garam, lendir, serta sel-sel mati yang dibuang oleh tubuh. Namun, pada steatorrhea, proses penyerapan lemak tidak berjalan optimal sehingga lemak menumpuk dan ikut keluar bersama kotoran.

Tinja pada penderita steatorrhea sering kali tampak berbusa, berwarna pucat, mengapung, dan sulit dibersihkan saat disiram. Selain penampakannya yang berbeda, baunya pun cenderung lebih tajam dibanding tinja normal.

Kondisi ini bisa bersifat sementara, misalnya setelah makan banyak makanan berlemak, namun jika berlangsung terus-menerus, bisa menandakan adanya gangguan medis serius yang memerlukan penanganan dokter.

Penyebab Steatorrhea

Steatorrhea umumnya tidak berbahaya jika terjadi sesekali, terutama setelah mengonsumsi makanan tinggi lemak, serat, atau minyak tertentu. Beberapa makanan yang sering memicu tinja berminyak antara lain kacang utuh dengan kulit, ikan berlemak, makanan berminyak, bayam, produk gandum utuh, serta minyak mineral dan minyak jarak.

Selain faktor makanan, kebiasaan mengonsumsi alkohol secara berlebihan juga bisa menyebabkan steatorrhea, terutama pada peminum berat yang sudah lama melakukannya.

Namun, jika kondisi ini berlangsung lama, penyebabnya bisa berkaitan dengan gangguan kesehatan seperti kekurangan enzim pencernaan, masalah penyerapan nutrisi, atau penyakit pada sistem pencernaan. Beberapa penyakit yang dapat memicu steatorrhea antara lain pankreatitis kronis, kanker pankreas, cystic fibrosis, penyakit Crohn, celiac disease, infeksi bakteri usus seperti Clostridium difficile, hingga infeksi parasit seperti giardiasis.

Selain itu, gangguan hati seperti primary biliary cholangitis dan primary sclerosing cholangitis juga dapat berkontribusi terhadap munculnya lemak berlebih dalam tinja. Dalam beberapa kasus, obat-obatan tertentu dapat menyebabkan efek samping serupa, sehingga konsultasi dengan dokter sangat disarankan sebelum mengonsumsi obat jangka panjang.

Gejala dan Komplikasi

Steatorrhea biasanya ditandai dengan tinja yang longgar, berbuih, berlemak, dan sulit dibilas. Pada kasus ringan, gejala ini bisa menimbulkan ketidaknyamanan ringan seperti perut kembung, nyeri, dan rasa penuh di perut. Warna tinja sering kali tampak lebih terang, bisa berupa cokelat muda, kekuningan, kehijauan, atau oranye.

Namun, bila berlangsung lama, kondisi ini dapat menyebabkan malnutrisi dan dehidrasi karena tubuh kehilangan kemampuan menyerap nutrisi penting. Akibatnya, penderita bisa mengalami penurunan berat badan, anemia, serta kekurangan vitamin A, D, E, K, dan B12.

Pada anak-anak, steatorrhea kronis dapat menghambat pertumbuhan. Sementara pada orang dewasa, dapat menyebabkan tulang rapuh (osteoporosis), mudah memar, gangguan koordinasi otot, kejang, serta peningkatan risiko kanker pankreas dan kanker usus besar.

Jika kondisi ini tidak segera ditangani, penderita juga bisa mengalami komplikasi hati seperti sirosis, asites (penumpukan cairan di perut), hingga gagal hati. Karena itu, penting untuk tidak mengabaikan gejala yang muncul.

Diagnosis dan Pengobatan

Untuk mendiagnosis steatorrhea, dokter biasanya akan meninjau riwayat kesehatan pasien, menanyakan pola makan, serta melakukan pemeriksaan laboratorium. Salah satu tes utama adalah fecal fat test yang mengukur jumlah lemak dalam tinja.

Metode yang umum digunakan adalah tes lemak feses 72 jam. Sebelum tes dilakukan, pasien diminta mengonsumsi 100 gram lemak per hari selama tiga hari, lalu mengumpulkan sampel tinja untuk dianalisis. Hasil normal menunjukkan ekskresi lemak kurang dari 7 gram per hari. Jika lebih dari itu, pasien dikategorikan mengalami steatorrhea.

Apabila hasilnya positif, dokter dapat melanjutkan dengan pemeriksaan tambahan seperti tes pencitraan atau biopsi untuk mencari penyebab dasarnya.

Penanganan steatorrhea tergantung pada penyebab dan tingkat keparahannya. Pada kasus ringan, membatasi konsumsi makanan pemicu, terutama yang tinggi lemak atau serat, bisa membantu mengurangi gejala. Namun, perubahan pola makan sebaiknya dilakukan dengan panduan dokter atau ahli gizi.

Pada kasus berat, terapi medis mungkin diperlukan. Misalnya, pasien dengan gangguan pankreas dapat diberikan terapi pengganti enzim pencernaan (Pancreatic Enzyme Replacement Therapy), sedangkan penderita small intestinal bacterial overgrowth (SIBO) mungkin membutuhkan antibiotik. Untuk pasien celiac disease, diet bebas gluten merupakan pilihan utama.

Dokter akan menentukan jenis pengobatan yang paling sesuai berdasarkan penyebab dan kondisi tubuh pasien.

Kapan Harus ke Dokter

Tinja berminyak yang muncul terus-menerus bukanlah hal yang normal. Jika gejala tidak kunjung membaik setelah beberapa hari, segera konsultasikan ke dokter. Pemeriksaan dini dapat membantu menemukan penyebab yang mendasari dan mencegah komplikasi serius seperti kekurangan gizi dan kerusakan organ.

Dokter akan membantu menyesuaikan rencana perawatan yang mencakup diet, obat-obatan, serta pemantauan jangka panjang agar fungsi pencernaan kembali optimal. (*)

Editor: Siti Nur Qasanah

Tag:  #kenali #istilah #steatorrhea #tinja #berminyak #yang #jadi #tanda #gangguan #pencernaan #serius

KOMENTAR