Terobosan Baru dalam Pengobatan Gangguan Retina
Diperkirakan sekitar 5 hingga 6 juta orang di Indonesia mengalami berbagai tingkat gangguan penglihatan, dan salah satu penyebab utama kebutaan adalah kerusakan pada retina.
Kondisi ini menuntut perhatian lebih, terutama karena banyak kasus yang sebenarnya dapat dicegah atau ditangani lebih baik dengan deteksi dini dan terapi tepat.
Dalam upaya memperkuat pengetahuan dan kolaborasi antar tenaga medis, Roche Retina Summit digelar pada tanggal 1-2 November di Jakarta.
Kegiatan ini mempertemukan para ahli retina dari seluruh Indonesia dengan pakar internasional untuk membahas terobosan terbaru dalam penanganan penyakit retina, termasuk pemanfaatan data klinis terkini yang berpotensi meningkatkan kualitas hidup pasien dengan gangguan retina.
"Penyelenggaraan Roche Retina Summit adalah bentuk komitmen kami terhadap pasien dengan gangguan penglihatan," kata Sanaa Sayagh, Presiden Direktur Roche Indonesia.
"Dengan memfasilitasi diskusi seputar data Faricimab terbaru, kami tidak hanya berbagi inovasi ilmiah terdepan, tetapi juga menegaskan komitmen kami dalam mentransformasi standar perawatan retina," tambahnya.
Penyakit retina, seperti Degenerasi Makula terkait Usia (Age-related Macular Degeneration/AMD) dan Edema Makula Diabetik (Diabetic Macular Edema/DME), merupakan penyebab utama gangguan penglihatan dan kebutaan di seluruh dunia.
Penyakit progresif ini tidak hanya menurunkan kualitas hidup pasien tetapi juga menambah beban sosial-ekonomi yang signifikan.
Ahli retina mata dari Singapura Dr.Yuen Yew Sen di acara Roche Retina Summit di Jakarta tanggal 1-2 November 2025.
Pengobatan Faricimab sebgai terobosan penting
Pengobatan dengan Faricimab menjadi terobosan penting dalam pengobatan retina. Obat injeksi ini disuntikkan langsung ke dalam mata (injeksi intravitreal) untuk mengobati penyakit retina yang disebabkan oleh pertumbuhan pembuluh darah abnormal yang tidak sehat dan kebocoran cairan seperti AMD basah dan DME.
Roche Retina Summit menyoroti hasil studi global terbaru yang menunjukkan efikasi kuat dan durabilitas yang lebih panjang dari Faricimab.
Data tersebut memperkuat potensi Faricimab untuk secara signifikan mengurangi beban pengobatan bagi pasien dengan memungkinkan interval pengobatan yang lebih panjang—hingga empat bulan sekali bagi lebih dari 60 persen pasien.
Chief Medical Director di JEC Eye Hospital & Clinics, Dr.Elvioza Sp.M(K) yang turut berbicara dalam salah satu sesi memaparkan hasil studi SALWEEN tentang manfaat Faricimab dalam mengaobati polip pada pembuluh darah di sekitar retina mata.
“Pada Studi SALWEEN ini, Faricimab dapat menghilangkan polip 61 persen dan sekitar 83 persen interval injeksi bisa diperpanjang hingga tiga bulan atau lebih,” kata dr.Elvioza.
Dr. Yuen Yew Sen, dokter spesialis bedah retina dari Universitas Nasional Uveitis Singapura, menyoroti dampak signifikan Faricimab bagi pasien RVO ("stroke mata").
“Penanganan dini sangat penting untuk penyumbatan stroke mata. Menunda pengobatan dapat mengakibatkan kerusakan penglihatan yang permanen, atau perbaikan tajam penglihatan yang tidak optimal meskipun bengkaknya akhirnya sembuh,” papar Dr.Yuen.
Roche Retina Summit ditutup dengan komitmen bersama untuk terus mendorong kolaborasi dan edukasi guna meningkatkan ekosistem perawatan mata di Indonesia, memastikan pasien mendapatkan akses ke diagnosis dini dan terapi inovatif yang mereka butuhkan.