Sakit dan Trauma Akibat Infus Gagal? USG Jadi Solusi Aman Akses Pembuluh Darah!
- Pelatihan di Bintaro mengajarkan teknik pemasangan akses vaskular dengan USG untuk pasien DIVA agar lebih aman dan tepat.
- Dr. Irvan Setiawan menegaskan, USG membantu melihat pembuluh darah secara real-time dan mencegah komplikasi.
- Edukasi ini diharapkan meningkatkan kesadaran tenaga medis dalam menjaga keselamatan pasien.
Data menunjukkan bahwa sekitar 11% pasien dewasa dan hingga 30% pasien anak di ruang gawat darurat mengalami Difficult Intravenous Access (DIVA), di mana pembuluh darah sulit ditemukan atau diakses.
Kondisi ini sering terjadi pada pasien anak, pasien kemoterapi, maupun pasien dengan riwayat pemasangan infus berulang. Sehingga sering menyebabkan keterlambatan terapi, peningkatan kebutuhan kateter vena sentral (Central Venous Catheter, CVC), serta stres bagi pasien maupun tenaga medis.
DIVA juga dikaitkan dengan meningkatnya angka komplikasi seperti perdarahan, infeksi, dan kegagalan pemasangan. Setiap tusukan yang gagal bukan hanya menambah rasa sakit dan kecemasan pasien, tapi juga menurunkan efisiensi pelayanan medis.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, kini teknologi ultrasonografi (USG) menjadi andalan utama dalam dunia medis. Hal inilah menjadi fokus utama dalam pelatihan klinis bertajuk “Ultrasound-Guided Vascular Access Insertion” yang digelar pada 1 November 2025 di Kedai Om George, Bintaro Jaya, Tangerang Selatan.
Kegiatan ini dihadiri oleh tenaga kesehatan dari berbagai institusi yang antusias meningkatkan kompetensi mereka dalam teknik pemasangan akses vaskular dengan panduan USG.
Menurut dr. Irvan Setiawan, Dokter Anestesi dan Intensivis dari RS Premier Bintaro yang juga menjadi salah satu inisiator kegiatan ini, tujuan utama pelatihan adalah meningkatkan keselamatan dan keberhasilan prosedur akses vaskular.
“Tugas kita di sini adalah memastikan akses vaskular bisa membantu penggunaan obat-obatan yang memang harus diberikan secara sentral. Tidak semua obat bisa digunakan lewat infus perifer biasa. Ada yang bisa menyebabkan iritasi, bahkan nekrosis jika salah penanganan,” jelas dia.
Melalui pendekatan USG, kata dia, tenaga medis kini dapat melihat pembuluh darah secara real-time, termasuk vena yang tidak terlihat atau tersembunyi di bawah kulit.
Teknik ini terbukti meningkatkan keberhasilan pada tusukan pertama sekaligus menurunkan risiko komplikasi seperti perdarahan, infeksi, atau cedera saraf.
“Dengan USG, kita bisa membedakan mana vena dan mana arteri, melihat struktur pembuluh, serta menilai kondisinya. Ini bukan hanya soal teknis, tapi soal keselamatan pasien,” tegas dr. Irvan.
Selain meningkatkan keberhasilan, pelatihan ini juga menjadi wadah berbagi pengalaman lintas profesi. Para peserta tidak hanya belajar teori, tapi juga praktik langsung menggunakan USG.
“Intinya yang kita kerjakan adalah edukasi, bagaimana memasang akses vaskular dengan aman, cepat, tingkat keberhasilan tinggi, dan meminimalkan komplikasi,” lanjutnya.
Ia juga menyoroti pentingnya kesadaran di kalangan tenaga kesehatan agar tidak “mencoba-coba” berulang kali pada pasien dengan akses sulit.
“Kalau sudah diketahui sulit, sebaiknya langsung gunakan ultrasound, tanpa mencoba di banyak titik. Jangan sampai pasien jadi korban coba-coba,” katanya.
Melalui inisiatif ini, dr. Irvan berharap semakin banyak tenaga kesehatan yang mampu melakukan pemasangan akses vaskular berbasis USG dengan percaya diri.
“Kesadaran inilah yang harus terus ditingkatkan agar tindakan dilakukan lebih hati-hati, efektif, dan aman bagi pasien,” pungkasnya.
Pelatihan seperti ini diharapkan menjadi langkah nyata menuju standar nasional dalam praktik akses vaskular di Indonesia, di mana keselamatan dan kenyamanan pasien menjadi prioritas utama.
Tag: #sakit #trauma #akibat #infus #gagal #jadi #solusi #aman #akses #pembuluh #darah