Amankah Deteksi Dini Kanker dengan Teknologi Nuklir? Ini Penjelasan Dokter
ILUSTRASI DETEKSI DINI KANKER. Deteksi dini menjadi kunci dalam pencegahan kanker. Salah satunya deteksi dini kanker dengan teknologi nuklir. Amankah dilakukan? Berikut penjelasan Ketua Perhimpunan Kedokteran Nuklir dan Teranostik Molekuler Indonesia (PKN-TMI), dr. Yustia Tuti, SpKNTM, Subsp.(K)Onk, FANMB. 
13:30
17 Februari 2025

Amankah Deteksi Dini Kanker dengan Teknologi Nuklir? Ini Penjelasan Dokter

– Deteksi dini menjadi kunci dalam pencegahan kanker. Salah satunya deteksi dini kanker dengan teknologi nuklir.

 

Ketua Perhimpunan Kedokteran Nuklir dan Teranostik Molekuler Indonesia (PKN-TMI), dr. Yustia Tuti, SpKNTM, Subsp.(K)Onk, FANMB menerangkan, teknologi nuklir adalah penerapan ilmu pengetahuan dan teknik yang berkaitan dengan penggunaan energi atau bahan dari reaksi nuklir. Untuk kanker digunakan radiofarmaka untuk mendeteksi, mendiagnosis, dan mengobati penyakit.

“Radiofarmaka merupakan senyawa kimia dengan inti atom radioaktif yang digunakan dalam diagnosis dan pengobatan kanker,” terang Dokter Yustia.

Radiofarmaka digunakan dalam teknologi canggih seperti Positron Emission Tomography (PET Scan) dan Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT).

 

Radiofarmaka yang paling umum digunakan dalam PET Scan adalah F18-Fluorodeoxyglucose (FDG), analog glukosa yang mengandung isotop radioaktif Fluor-18.

Sel kanker, yang memiliki metabolisme tinggi, menyerap FDG lebih banyak dibandingkan sel normal, memungkinkan PET Scan mendeteksi keberadaan dan penyebaran kanker secara akurat.

 

“Penyerapan F18-FDG yang lebih tinggi pada sel kanker memungkinkan PET Scan memberikan gambaran yang sangat akurat tentang lokasi dan tingkat penyebaran kanker. Prosedur ini aman karena dilakukan dengan dosis radiasi terukur dan mengikuti prinsip-prinsip keselamatan pasien,” tambah dr. Yustia.

 

Ia menekankan, prosedur PET Scan aman jika dilakukan dengan menerapkan tiga prinsip dasar keselamatan radiasi.

 

Pertama, justifikasi, yaitu manfaat prosedur harus lebih besar daripada risikonya.

 

Prinsip kedua, optimasi, yaitu penggunaan dosis yang terukur tanpa mengurangi kualitas diagnostik.

 

Ketiga, pemantauan, yaitu pencatatan dosis radiasi secara ketat untuk memastikan keamanan pasien.

 

“Meskipun penggunaan PET Scan melibatkan bahan radioaktif, prosedur ini tetap aman berkat pengawasan ketat dan dosis yang terukur,” tegas dia.

 

Perkembangan kedokteran nuklir di Indonesia masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara maju di Asia.

 

Di Indonesia, Kalbe Farma telah membangun fasilitas produksi radioisotop dan radiofarmaka, khususnya F18-FDG, untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang lebih terjangkau dan berkualitas.

Editor: Anita K Wardhani

Tag:  #amankah #deteksi #dini #kanker #dengan #teknologi #nuklir #penjelasan #dokter

KOMENTAR