Rebranding SMBC Indonesia, UOB Indonesia Target Consumer Banking Tumbuh Agresif
- Perbankan masih meyakini bisnis mampu tumbuh positif di 2025. Padahal, kondisi perekonomian terbilang menantang. Mulai tren suku bunga tinggi, peningkatan pungutan pajak pemerintah, dan menurunnya daya beli masyarakat.
Direktur Utama Bank Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC) Indonesia Henoch Munandar telah menyiapkan sejumlah strategi, salah satunya berupaya mendapatkan dana murah. Sebab, kapasitas likuiditas menentukan ekspansi kredit yang dilakukan oleh bank. Sehingga, akan berpengaruh terhadap pertumbuhan intermediasi perusahaan.
"Target pertumbuhan kredit menyesuaikan dengan kemampuan bank dalam melakukan ekspansi. Tergantung juga dalam kapasitas penambahan likuiditas yang tersedia," ucap Henoch dalam rebranding Bank SMBC Indonesia di kawasan Senayan, kemarin (3/12).
Hingga akhir kuartal III 2024, Bank SMBC Indonesia mampu menghimpun dana murah senilai Rp 38 triliun atau meningjat 8,1 persen year-on-year (YoY). Sejalan dengan kenaikan rasio current account saving account (CASA) menjadi 33,6 persen. Total deposito juga tumbuh 2,7 persen YoY.
Rasio likuiditas dan pendanaan SMBC Indonesia tetap sehat. Tecermin dari liquidity coverage ratio (LCR) di level 225,7 persen dan net stable funding ratio (NSFR) sebesar 119,4 persen. Rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) sebesar 29,8 persen.
President and CEO of SMBC Akihiro Fukutome menjadikan Indonesia sebagai pasar utama baru. Transformasi Bank Tabungan Pensiun Nasional (BTPN) menjadi SMBC Indonesia menandai era baru universal banking. Mengintegrasikan seluruh segmen layanan finansial mulai dari bisnis pensiun, mikro, usaha kecil menengah (UKM), korporasi, dan ritel.
Menurut dia, SMBC Indonesia saat ini memiliki kapasitas untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan perusahaan yang ingin berekspansi ke pasar internasional. "Saya pikir rebranding ini akan memperkuat kinerja SMBC Indonesia didukung operasional SMBC diseluruh dunia. Sehingga kami bisa melayani pelanggan dengan sangat baik dan berkontribusi terhadap perekonomian Indonesia," kata Akihiro.
Consumer Banking Director UOB Indonesia Cristina Teh Tan menuturkan, situasi pasar saat ini bukan hal baru. Dia justru melihat peluang untuk lebih menguatkan hubungan dengan konsumen. Dengan memberikan lebih banyak edukasi dan pendampingan finansial kepada nasabah. Sehingga dapat memahami layanan maupun produk keuangan yang relevan sesuai kebutuhan.
"Strategi kami untuk tahun depan adalah untuk memastikan kami terus terhubung dengan nasabah, meningkatkan proposisi nilai, dan memberikan pengalaman layanan serta produk yang relevan untuk mengatasi kondisi pasar yang menantang," ucap Cristina saat ditanyai Jawa Pos, setelah peluncuran Saving Weeks di kantornya, Senin (2/11).
UOB Indonesia memiliki berbagai produk perbankan, seperti kredit cash plus (cash loan), produk tabungan, wealth management, hingga housing loan. Dia menekankan, bank tidak hanya fokus pada satu produk saja. Melainkan berusaha menyediakan berbagai solusi komprehensif yang bisa menjawab kebutuhan finansial nasabah.
Meski pasar menghadapi berbagai tantangan, UOB Indonesia berkomitmen untuk terus tumbuh. "Pendanaan kami cukup kuat dan stabil, namun kami tetap berencana untuk terus berkembang melalui pendanaan yang berasal dari CASA (Current Account Saving Account), deposito, dan tabungan," ujarnya.
Cristina mematok target ambisius untuk bisnis consumer banking. Meski, dia enggan merinci angka spesifik. "Saya mengatakan peningkatan double digit yang agresif. Jadi, jika itu agresif, maka harus tinggi," tandasnya.
Data CEIC3 menunjukkan total simpanan masyarakat Indonesia mencapai USD 528,7 miliar per September 2024. Meningkat dari USD 487,8 miliar pada September tahun lalu.
Tag: #rebranding #smbc #indonesia #indonesia #target #consumer #banking #tumbuh #agresif