Bitcoin (BTC) Turun 1,4 Persen ke Level 87.400 Dollar AS dalam 24 Jam
- Pasar kripto bergerak melemah pada perdagangan 24 jam terakhir. Bitcoin (BTC) sebagai aset kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar masih berada dalam tekanan, diikuti mayoritas aset kripto utama lainnya.
Berdasarkan CoinMarketCap, Rabu (24/3/2025), harga bitcoin berada di kisaran 87.400 dollar AS, turun 1,4 persen. Sepanjang periode tersebut, pergerakan harga BTC terbilang volatil, dengan level terendah di sekitar 86.600 dollar AS dan sempat menyentuh area tertinggi mendekati 88.800 dollar AS sebelum kembali melemah.
Meski demikian, secara mingguan pergerakan bitcoin cenderung mendatar dengan kenaikan tipis sekitar 0,04 persen. Dalam rentang 30 hari, bitcoin masih mencatatkan penguatan terbatas sekitar 0,8 persen.
Namun koreksi yang lebih dalam terlihat pada periode yang lebih panjang. Dalam 90 hari terakhir, harga bitcoin tercatat turun lebih dari 22 persen, sementara secara year to date (YTD) masih melemah sekitar 7,4 persen.
Adapun kapitalisasi pasar bitcoin saat ini berada menyentuh 1,74 triliun dollar AS. Volume transaksi harian tercatat 43,5 miliar dollar AS. Jumlah pasokan bitcoin yang beredar sekitar 19,96 juta BTC dari total suplai maksimal 21 juta BTC. Dominasi bitcoin di pasar kripto masih kuat, berada di level 59 persen.
Tekanan di pasar kripto tidak hanya terjadi pada bitcoin. Ethereum, aset kripto terbesar kedua juga melemah hampir 2 persen dan diperdagangkan di kisaran 2.960 dollar AS.
Kapitalisasi pasar ethereum berada di atas 350 miliar dollar AS.
Sejumlah kripto utama turut bergerak di zona merah. Binance Coin (BNB) turun sekitar 1,7 persen ke level 844 dollar AS. XRP melemah hampir 1,7 persen ke kisaran 1,87 dollar AS. Solana terkoreksi lebih dari 2 persen dan diperdagangkan di area 123 dollar AS.
Dogecoin juga mencatatkan penurunan lebih dari 2 persen ke kisaran 0,12 dollar AS, sementara Cardano turun sekitar 2,6 persen ke level 0,36 dollar AS.
Mengutip The Guardian, narasi BTC sebagai emas digital kian kehilangan daya pikat sepanjang 2025. Di saat ketidakpastian global meningkat dan kebutuhan akan aset lindung nilai menguat, investor justru lebih memilih emas fisik ketimbang mata uang kripto terbesar di dunia tersebut.
Perbedaan kinerja yang mencolok antara emas dan bitcoin tahun ini mempertegas perubahan preferensi pasar. Sepanjang tahun ini harga emas melonjak sekitar 70 persen dalam denominasi dollar Amerika Serikat (AS) dan terus mencetak rekor tertinggi baru. Sebaliknya, Bitcoin justru melemah sekitar 6 persen.
Korelasi yang selama ini kerap diharapkan investor, bahwa bitcoin akan bergerak searah dengan emas di masa krisis, nyatanya tak terwujud. Alih-alih menjadi pelindung nilai, Bitcoin justru tertinggal jauh.
Padahal, secara teori, kondisi global tahun ini seharusnya menjadi lahan subur bagi bitcoin. Ketegangan geopolitik berlangsung sepanjang tahun, mulai dari konflik di berbagai kawasan hingga ketidakjelasan arah kebijakan luar negeri Amerika Serikat. Ketidakpastian tersebut biasanya mendorong investor mencari aset aman.
Dari sisi fiskal, situasi AS juga jauh dari kata solid. Defisit anggaran masih besar dan Dana Moneter Internasional (IMF) memproyeksikan rasio utang AS meningkat dari 125 persen menjadi 143 persen terhadap pendapatan nasional pada 2030.
Jika bitcoin benar-benar berfungsi sebagai lindung nilai terhadap pelemahan mata uang akibat kebijakan pemerintah, kondisi tersebut seharusnya menjadi katalis positif.
Namun yang terjadi justru sebaliknya. Investor global lebih percaya pada emas sebagai instrumen defensif. Bahkan perak, yang kerap menjadi aset alternatif emas, mampu mencatatkan kinerja lebih baik dibandingkan Bitcoin.
Dari sudut pandang teknologi, bitcoin juga tidak banyak terbantu oleh euforia kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Sepanjang 2025, saham-saham teknologi berbasis AI menunjukkan performa kuat, mencerminkan minat investor terhadap sektor inovatif. Namun, limpahan sentimen positif itu tidak secara signifikan mengalir ke pasar kripto.
Lingkungan regulasi pun sebenarnya relatif mendukung. Produk investasi kripto seperti exchange-traded fund (ETF) kini dipasarkan oleh lembaga keuangan besar. Regulator di sejumlah negara, termasuk Inggris, mulai membuka jalan bagi pengaturan pasar kripto yang lebih jelas.
Namun masuknya bitcoin ke arus utama keuangan justru memudarkan citra “aset revolusioner” yang selama ini menjadi daya tariknya.
Ketika bitcoin mulai diperlakukan layaknya kelas aset biasa oleh institusi keuangan besar, daya tarik spekulatifnya ikut berkurang. Indikator minat publik juga menunjukkan tren serupa. Pencarian daring terkait Bitcoin cenderung stagnan, tak lagi melonjak seperti pada periode euforia sebelumnya.
Perbedaan arah pergerakan emas dan bitcoin semakin kentara sejak Oktober 2025. Pada periode tersebut, Bitcoin mengalami aksi jual tajam di pasar yang relatif tipis. Dalam waktu sekitar enam pekan, nilai pasar kripto global menyusut lebih dari 1 triliun dollar AS. Harga Bitcoin turun dari puncak sekitar 126.000 dollar AS pada awal Oktober ke kisaran 87.000 dollar AS saat ini.
Disclaimer: Artikel ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual aset kripto dan emas. Keputusan investasi menjadi tanggung jawab investor. Pastikan melakukan riset mandiri sebelum menentukan pilihan.