Wall Street Menguat, S&P 500 Cetak Rekor Usai Data Ekonomi AS Solid
- Bursa saham Amerika Serikat (AS) alias Wall Street ditutup menguat pada perdagangan Selasa (23/12/2025) waktu setempat.
Indeks S&P 500 mencetak rekor penutupan tertinggi, didorong rilis serangkaian data ekonomi yang menunjukkan pertumbuhan ekonomi Paman Sam lebih kuat dari perkiraan, meski turut mendorong kenaikan imbal hasil obligasi.
Mengutip Reuters, Kamis (24/12/2025), pada penutupan perdagangan, indeks Dow Jones Industrial Average naik 79,73 poin atau 0,16 persen ke level 48.442,41. Indeks S&P 500 menguat 31,30 poin atau 0,46 persen ke posisi 6.909,79, sementara Nasdaq Composite melonjak 133,02 poin atau 0,57 persen ke level 23.561,84.
Departemen Perdagangan AS melaporkan, Produk Domestik Bruto (PDB) tumbuh dengan laju tahunan 4,3 persen pada kuartal III-2025. Capaian ini menjadi yang tercepat sejak kuartal III-2023 dan jauh melampaui estimasi ekonom yang disurvei Reuters sebesar 3,3 persen. Pertumbuhan tersebut terutama ditopang oleh belanja konsumen yang tetap solid.
Meski data PDB dirilis terlambat akibat penutupan pemerintahan selama 43 hari dan banyak analis memperkirakan laju ekonomi akan melambat pada kuartal IV, pasar kini menilai peluang pemangkasan suku bunga acuan oleh bank sentral AS (Tha Fed) pada Januari semakin kecil. Kondisi ini tercermin dari kenaikan imbal hasil obligasi tenor pendek, mengacu pada CME FedWatch Tool.
“Pasar obligasi tidak menyukai kabar ini,” kata Stephen Massocca, Senior Vice President Wedbush Securities di San Francisco.
Menurutny, penguatan ekonomi cenderung menguntungkan saham-saham bertumbuh (growth), tetapi menjadi sentimen negatif bagi sektor-sektor yang sensitif terhadap suku bunga tinggi.
“Menurut saya, ketika kita kalah dalam pertarungan ini, saham pertumbuhan justru berkinerja baik, dan hari ini saham growth memang tampil bagus. Namun jika Anda adalah perusahaan makanan, kimia, minyak dan gas, atau bahkan perusahaan pembiayaan kredit swasta, ini justru kabar buruk. Selama suku bunga tidak turun, itu menjadi masalah,” paparnya.
Indeks saham growth S&P 500 naik 0,8 persen, sedangkan indeks saham value relatif stagnan.
Saham-saham berbasis kecerdasan buatan (AI) kembali melanjutkan penguatan setelah sempat terkoreksi pekan lalu akibat kekhawatiran valuasi yang dinilai terlalu mahal dan besarnya belanja modal yang berpotensi menekan laba.
Saham Nvidia melonjak 3 persen dan menjadi kontributor terbesar bagi penguatan S&P 500. Saham Amazon, Alphabet, dan Broadcom masing-masing naik lebih dari 1 persen.
Namun, data ekonomi lain menunjukkan gambaran yang kurang cerah. Kepercayaan konsumen AS melemah pada Desember seiring meningkatnya kekhawatiran terhadap kondisi lapangan kerja dan pendapatan. Sementara itu, produksi pabrik stagnan pada November setelah sebelumnya menurun pada Oktober.
Secara tahunan, ketiga indeks utama Wall Street berada di jalur mencatatkan kenaikan untuk tahun ketiga berturut-turut. S&P 500 dan Dow Jones juga berpeluang membukukan kenaikan bulanan selama delapan bulan berturut-turut.
Penguatan pasar saham AS turut memunculkan harapan terjadinya “Santa Claus rally”, yakni kecenderungan penguatan indeks S&P 500 pada lima hari perdagangan terakhir di akhir tahun dan dua hari pertama Januari. Tahun ini, periode tersebut dimulai pada Rabu dan berlangsung hingga 5 Januari 2026.
Volume perdagangan terpantau relatif tipis dan diperkirakan akan semakin menyusut seiring libur akhir tahun. Bursa saham AS akan tutup lebih awal pada Rabu pukul 13.00 waktu setempat dan libur penuh pada Kamis untuk perayaan Natal.
Total volume transaksi di bursa AS tercatat 14,01 miliar saham, lebih rendah dibandingkan rata-rata 16,67 miliar saham dalam 20 hari perdagangan terakhir.
Di sisi lain, saham ServiceNow turun 1,5 persen setelah perusahaan perangkat lunak tersebut sepakat mengakuisisi startup keamanan siber Armis senilai 7,75 miliar dollar AS secara tunai.
Saham galangan kapal militer AS Huntington Ingalls naik tipis 0,3 persen setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana pengembangan kapal perang baru yang disebut “Trump class”.
Sementara itu, saham perusahaan tambang Freeport-McMoRan melonjak 2,5 persen dan ditutup pada level tertinggi dalam 15 bulan di posisi 52,29 dollar AS, seiring harga tembaga yang menyentuh rekor tertinggi dan kenaikan target harga saham oleh Wells Fargo.
Di Bursa Efek New York (NYSE), jumlah saham yang melemah sedikit lebih banyak dibandingkan yang menguat, dengan rasio 1,02 banding 1. Di Nasdaq, rasio saham melemah terhadap menguat mencapai 1,6 banding 1.
S&P 500 mencatatkan 35 saham pada level tertinggi baru dalam 52 minggu dan lima saham terendah baru, sementara Nasdaq Composite membukukan 70 saham tertinggi baru dan 178 saham terendah baru.
Tag: #wall #street #menguat #cetak #rekor #usai #data #ekonomi #solid