Ibu dan Dana Darurat: “Bantal” Keuangan yang Sering Terlupa
Ilustrasi dana darurat.(SHUTTERSTOCK/DEEMERWHA STUDIO)
10:12
23 Desember 2025

Ibu dan Dana Darurat: “Bantal” Keuangan yang Sering Terlupa

Pagi itu, belanja bulanan sudah dicatat rapi. Uang sekolah anak, iuran RT, token listrik, sampai ongkos suami masuk ke amplop berbeda.

Bagi banyak ibu rumah tangga, rutinitas mengatur uang seperti ini bukan sekadar kebiasaan, melainkan cara menjaga rumah tetap “hidup” dari tanggal muda sampai tanggal tua.

Namun, rencana seketat apa pun bisa runtuh dalam hitungan jam ketika kejadian tak terduga datang: anak demam tinggi dan harus dibawa ke IGD, motor satu-satunya mogok, atau anggota keluarga perlu pulang mendadak ke kampung karena kabar duka.

Ilustrasi dana darurat.Dok. Kredivo Ilustrasi dana darurat.

Dalam momen-momen seperti itu, dana darurat berfungsi seperti bantal pengaman.

Dana darurat tidak membuat risiko hilang, tetapi mencegah keluarga jatuh terlalu keras, terutama mencegah keputusan finansial yang biasanya paling mahal: berutang cepat tanpa perhitungan, menunda kebutuhan medis, atau mengorbankan pos penting seperti pendidikan dan makanan.

Ketika tekanan biaya hidup dan ketidakpastian ekonomi meningkat, kesiapan dana darurat menjadi pembeda antara keluarga yang “terguncang tapi pulih” dan keluarga yang masuk pusaran utang.

Saat orang menahan belanja, dana darurat semestinya ikut menguat

Bank Indonesia (BI) melalui Survei Konsumen menggambarkan perubahan perilaku rumah tangga.

Pada Oktober 2025 rata-rata porsi pendapatan untuk konsumsi tercatat 74,7 persen, turun dari 75,1 persen pada bulan sebelumnya, sementara porsi tabungan meningkat pada kelompok tertentu.

Dikutip dari Kontan, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menilai kondisi ini sebagai kehati-hatian konsumen yang “sehat”, bukan semata sinyal pelemahan struktural daya beli.

Di tingkat rumah tangga, kehati-hatian itu bisa diterjemahkan menjadi dua hal, yakni menahan pengeluaran non-esensial dan mulai membangun bantalan keuangan.

Ilustrasi tabungan. Kehilangan pekerjaan bisa datang tiba-tiba. Agar keuangan tetap aman, dana darurat jadi penyelamat utama. Simak lima cara sederhana membangunnya sejak sekarang.UNSPLASH/TOWFIQU BARBHUIYA Ilustrasi tabungan. Kehilangan pekerjaan bisa datang tiba-tiba. Agar keuangan tetap aman, dana darurat jadi penyelamat utama. Simak lima cara sederhana membangunnya sejak sekarang.

Problemnya, tidak semua keluarga bisa mengubah kehati-hatian menjadi tabungan nyata. Pada keluarga dengan ruang fiskal sempit, yakni pendapatan pas-pasan dan pos wajib banyak, kejutan kecil saja bisa menggeser seluruh rencana.

Di titik inilah dana darurat menjadi isu yang sangat “ekonomi” dalam keseharian ibu rumah tangga. Dana darurat menyangkut kemampuan bertahan, bukan sekadar keterampilan menabung.

Perempuan mengelola uang rumah tangga, tetapi gap pemahaman masih ada

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Badan Pusat Statistik (BPS) merilis hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2025.

Indeks literasi keuangan nasional tercatat 66,46 persen dan inklusi keuangan 80,51 persen. Berdasarkan gender, literasi keuangan laki-laki 67,32 persen dan perempuan 65,58 persen, sementara inklusi relatif sebanding.

Angka itu penting dibaca bersama realitas di rumah. Banyak ibu rumah tangga menjalankan fungsi “manajer keuangan”, tetapi tidak selalu mendapat akses informasi, pelatihan, atau ruang pengambilan keputusan setara.

OJK menempatkan perempuan sebagai salah satu segmen sasaran peningkatan literasi. Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku PUJK, Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Frederica Widyasari Dewi menyebut ada empat segmen sasaran peningkatan literasi keuangan, salah satunya perempuan.

Konteks ini menjelaskan mengapa dana darurat untuk ibu rumah tangga bukan sekadar anjuran “ideal”. Dana darurat terkait langsung dengan posisi tawar, akses informasi, dan kemampuan mengelola risiko keluarga.

Dana darurat itu apa: uang yang disiapkan untuk kejadian yang tidak bisa dijadwalkan

Dana darurat adalah simpanan yang khusus dipakai untuk kebutuhan tak terduga: biaya kesehatan mendadak, kerusakan rumah/alat kerja, kehilangan penghasilan, hingga kebutuhan keluarga karena musibah.

Ilustrasi dana darurat. Cara mengumpulkan dana darurat ala Kemenkeu. Besaran dana darurat yang ideal.PEXELS/COTTONBRO STUDIO Ilustrasi dana darurat. Cara mengumpulkan dana darurat ala Kemenkeu. Besaran dana darurat yang ideal.

Prinsip dasarnya sederhana: dana darurat harus mudah dicairkan, aman, dan dipisahkan dari uang belanja harian agar tidak “tergerus pelan-pelan”.

Soal besaran dana darurat, sejumlah perencana keuangan memberi patokan bertahap sesuai kondisi keluarga.

Ambil contoh, dana darurat dapat dihitung dari kelipatan pengeluaran bulanan, untuk yang single tiga kali, yang sudah menikah enam kali, dan ketika sudah punya anak bisa bertambah misalnya menjadi sembilan kali, dan seterusnya.

Patokan berbasis “kali pengeluaran” lebih relevan untuk ibu rumah tangga karena keluarga sering kali punya beberapa sumber pendapatan tidak tetap, sementara kebutuhan justru tetap dan meningkat.

Cara menghitung dana darurat yang sederhana untuk ibu rumah tangga

Bagi ibu rumah tangga, menghitung dana darurat dapat dimulai dari langkah yang paling “domestik”: memetakan pengeluaran yang benar-benar wajib.

1. Hitung pengeluaran wajib bulanan (baseline)

  • Makan dan kebutuhan dapur
  • Listrik/air/internet
  • Transport
  • Cicilan wajib (kalau ada)
  • Uang sekolah anak
  • Obat rutin/biaya kesehatan dasar

2. Tentukan target bulan perlindungan

Jika keluarga masih bergantung pada satu pencari nafkah, atau pendapatan fluktuatif, target bulan perlindungan idealnya lebih besar. Jika ada anak, kebutuhan mendadak cenderung lebih sering dan lebih mahal.

Dana darurat adalah dana yang disisihkan atau dialokasikan untuk situasi darurat atau genting seperti kehilangan pekerjaan, masalah kesehatan, kecelakaan, atau kerusakan rumah SHUTTERSTOCK/PRAPAN MANUCHON Dana darurat adalah dana yang disisihkan atau dialokasikan untuk situasi darurat atau genting seperti kehilangan pekerjaan, masalah kesehatan, kecelakaan, atau kerusakan rumah

3. Pisahkan “dana darurat” dari “tabungan tujuan”

Tabungan mudik, gadget, renovasi, atau liburan bukan dana darurat. Dana darurat harus bisa dipakai kapan saja untuk kejadian yang tidak diinginkan.

Dalam praktiknya, banyak keluarga gagal bukan karena tidak paham, tetapi karena dana darurat “kalah” oleh kebutuhan hari ini. Karena itu, strategi pengumpulan lebih penting daripada angka target yang sempurna.

4. Mengumpulkan dana darurat tanpa membuat rumah tangga “ngos-ngosan”

Ada tiga pendekatan yang sering lebih realistis untuk ibu rumah tangga:

Mulai dari target kecil, tetapi otomatis

Jika ada akses rekening, ibu bisa menyiapkan autodebet kecil di awal bulan. Nilainya tidak harus besar. Kuncinya konsisten, sehingga dana terkumpul tanpa menunggu “sisa” yang sering tidak pernah ada.

Pakai logika “uang kaget untuk dana kaget”

THR, bonus, arisan, cashback, atau uang hadiah kerap habis untuk belanja musiman. Salah satu cara yang lebih aman adalah mengunci sebagian langsung ke rekening dana darurat sebelum dibagi ke pos lain.

Kurangi kebocoran, bukan menambah beban

Alih-alih memaksa menabung besar, ibu bisa mencari “pos bocor” yang paling sering terjadi: jajan impulsif, langganan dobel, ongkir yang tidak terkontrol, atau belanja kecil harian yang tidak dicatat.

Pola belanja kecil yang tak terlihat sering menjadi penghambat terbesar dana darurat.

Kaitan dengan kondisi makro terlihat dari Survei BI. Ketika rumah tangga mulai menahan konsumsi dan porsi tabungan naik, ruang untuk membangun bantalan sebenarnya ada, meski tidak merata bagi semua kelompok pendapatan.

Ilustrasi dana darurat, menabung dana darurat.SHUTTERSTOCK/TINNAKORN JORRUANG Ilustrasi dana darurat, menabung dana darurat.

Di mana menyimpan dana darurat: jangan “dikejar” imbal hasil

Karena fungsi utamanya adalah keamanan dan likuiditas, dana darurat sebaiknya tidak ditempatkan pada instrumen berisiko tinggi atau yang sulit dicairkan.

Prinsip yang banyak diacu perencana keuangan, yakni simpan di tempat yang mudah diakses, biaya rendah, dan tidak mengundang godaan konsumsi.

Salah satu risiko yang perlu dihindari adalah menyamakan dana darurat dengan investasi agresif. Saat pasar bergejolak, dana bisa turun nilainya justru ketika dibutuhkan.

Untuk ibu rumah tangga, risiko ini bukan teoretis: kejadian darurat sering menuntut uang “hari ini juga”, bukan menunggu kondisi pasar pulih.

Dana darurat vs pinjaman cepat: batas yang sering kabur saat panik

Dalam keadaan darurat, keputusan tercepat sering terasa paling rasional. Namun, biaya dari keputusan cepat bisa panjang: bunga tinggi, denda, dan spiral cicilan.

Oleh karena itu, dana darurat juga bekerja sebagai “penahan panik”, mencegah rumah tangga menambal kebutuhan mendesak dengan utang yang tidak sesuai kemampuan.

Dari perspektif literasi, ini kembali ke agenda OJK meningkatkan pemahaman kelompok sasaran, termasuk perempuan.

Ketika literasi dan inklusi tidak berjalan seiring, orang bisa memakai produk keuangan tanpa memahami karakteristik, manfaat, dan risikonya.

Peran ibu rumah tangga: membangun sistem, bukan sekadar “mengirit”

Ilustrasi mengatur keuangan, mengelola keuangan.FREEPIK/WAYHOMESTUDIO Ilustrasi mengatur keuangan, mengelola keuangan.

Narasi populer sering menempatkan ibu rumah tangga sebagai pihak yang “harus hemat”. Padahal, yang lebih penting adalah membangun sistem sederhana yang membuat rumah tangga tidak rapuh.

Sistem itu bisa berupa:

  • Catatan pengeluaran (cukup yang ringkas, tetapi rutin)
  • Aturan belanja (misalnya menunda 24 jam untuk pembelian non-wajib)
  • Rekening terpisah untuk dana darurat
  • Kesepakatan dengan pasangan: kapan dana darurat boleh dipakai dan bagaimana cara mengisinya kembali

Di banyak keluarga, komunikasi menjadi faktor kunci. Dana darurat sering gagal bukan karena kurang uang, tetapi karena tidak ada kesepakatan.

Satu pihak menganggapnya tabungan bebas pakai, pihak lain menganggapnya “pantang disentuh”.

Hari Ibu dan makna dana darurat: kerja sunyi yang melindungi keluarga

Hari Ibu kerap dirayakan dengan bunga dan ucapan terima kasih. Namun ada kerja sunyi yang jarang terlihat: ibu yang menghitung, menimbang, menunda, dan menata ulang prioritas agar keluarga tetap aman.

Dana darurat adalah salah satu wujud paling konkret dari kerja sunyi itu, bukan demi gaya hidup, melainkan demi daya tahan.

Di tengah perubahan perilaku konsumsi rumah tangga yang terekam dalam survei dan pemberitaan ekonomi, serta agenda literasi yang terus didorong regulator, pesan praktisnya sederhana: ibu rumah tangga tidak harus menunggu keluarga “mapan” untuk mulai.

Dana darurat bisa dibangun sedikit demi sedikit, dengan sistem yang disiplin, agar ketika hidup mendadak berubah arah, keluarga punya pegangan yang nyata.

Tag:  #dana #darurat #bantal #keuangan #yang #sering #terlupa

KOMENTAR