Investasi Hijau Jadi Tantangan, Transformasi Industri Pulp dan Kertas Masih Tertahan
Rapat kerja APKI 2025 (KOMPAS.com/SUPARJO RAMALAN/DOKUMENTASI APKI )
19:08
17 Desember 2025

Investasi Hijau Jadi Tantangan, Transformasi Industri Pulp dan Kertas Masih Tertahan

Transformasi industri pulp dan kertas nasional menuju industri hijau masih menghadapi hambatan serius, terutama dari sisi investasi dan akses pembiayaan. Padahal sektor ini disebut telah menjalankan beberapa inisiatif ekonomi sirkular dan penghematan energi untuk menjawab tuntutan pasar global yang menekankan aspek keberlanjutan.

Keterbatasan pembiayaan hijau tersebut menjadi salah satu isu utama yang mengemuka dalam Rapat Kerja Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) 2025. Forum ini menjadi ruang strategis bagi pelaku industri, pemerintah, dan pemangku kepentingan untuk membahas tantangan sekaligus arah transformasi industri pulp dan kertas nasional di tengah tekanan dekarbonisasi global.

Meskipun berbagai inisiatif efisiensi energi dan penerapan ekonomi sirkular telah berjalan, pengembangannya masih belum optimal. Tantangan terbesar datang dari besarnya kebutuhan investasi awal, serta terbatasnya akses terhadap pendanaan yang terjangkau dan sesuai dengan karakteristik industri.

Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian, Putu Juli Ardika, mengatakan pemerintah mendukung penuh transformasi industri pulp dan kertas menuju industri hijau dan rendah emisi. Dukungan tersebut sejalan dengan target Net Zero Emission (NZE).

Menurutnya, penerapan prinsip keberlanjutan dalam industri tidak semata-mata dilakukan untuk memenuhi tekanan atau tuntutan pasar global, tetapi menjadi kunci menjaga dan meningkatkan daya saing industri nasional dalam jangka panjang. Pemerintah dipastikan berperan aktif dengan mendorong penyusunan dan pelaksanaan roadmap atau peta jalan dekarbonisasi yang realistis dan terukur.

“Industri yang berkelanjutan bukan hanya untuk menjawab tuntutan global, tetapi juga untuk memastikan daya saing jangka panjang industri nasional. Pemerintah telah mendorong roadmap dekarbonisasi yang realistis, terukur, dan didukung kebijakan serta insentif yang kondusif,” ujar Putu melalui keterangan pers, Rabu (17/12/2025).

Namun demikian, para pelaku industri menilai bahwa kebijakan saja belum cukup, tanpa diiringi skema pembiayaan hijau yang lebih konkret dan mudah diakses. Oleh karena itu, diskusi dalam Rapat Kerja APKI 2025 secara khusus mengupas peran kebijakan, pembiayaan, dan teknologi dalam mempercepat transisi hijau industri pulp dan kertas.

Pembahasan tersebut mencakup penguatan Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI) dan pengembangan instrumen pasar modal hijau oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), penyediaan insentif fiskal serta mekanisme insentif, disinsentif berbasis emisi oleh Kementerian Keuangan, hingga implementasi energi terbarukan di tingkat industri.

Salah satu solusi yang disoroti adalah pemanfaatan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dengan skema pembiayaan fleksibel, yang memungkinkan pengurangan emisi tanpa membebani industri dengan investasi awal yang besar.

Di sisi lain, kinerja industri pulp dan kertas sendiri masih menunjukkan kontribusi yang cukup signifikan bagi perekonomian nasional. Pada 2025, sektor ini menyumbang 3,68 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nonmigas.

Dari sisi ketenagakerjaan, industri pulp dan kertas telah menyerap lebih dari 288.000 tenaga kerja langsung dan lebih dari 1,2 juta tenaga kerja tidak langsung pada 2024. Hingga pertengahan 2025, Indonesia juga tercatat sebagai salah satu produsen pulp dan kertas terbesar di dunia, dengan kapasitas produksi yang terus berkembang.

Capaian tersebut menjadi latar belakang penting bagi APKI untuk mendorong transformasi struktural industri agar tidak tertinggal dalam persaingan global. Ketua Umum APKI, Liana Bratasida, menyebut keberlanjutan kini telah menjadi kewajiban, bukan lagi pilihan.

“Keberlanjutan bukan lagi sekadar tren, melainkan telah menjadi kewajiban kepatuhan, ekspektasi rantai pasok global, sekaligus keunggulan kompetitif. Transformasi menuju industri hijau harus menjadi prioritas bersama agar industri pulp dan kertas Indonesia tetap relevan dan berdaya saing,” ucap Liana.

Perspektif global mengenai tantangan transformasi industri juga disampaikan oleh Senior Product Manager Fastmarkets, Sampsa Veijalainen. Ia menyoroti meningkatnya perhatian investor dan pembeli internasional terhadap kinerja keberlanjutan, intensitas emisi, serta transparansi rantai pasok dalam industri pulp dan kertas.

“Secara global, permintaan untuk produk kertas dan karton akan terus tumbuh, terutama di negara-negara Asia. Salah satu aspek penting adalah dekarbonisasi. Industri pulp dan kertas telah berkontribusi sekitar 15,55 persen dari total emisi sektor industri. Oleh karena itu, upaya-upaya untuk mengurangi jejak karbon menjadi sangat krusial,” tegas Sampsa.

Melalui Rapat Kerja APKI 2025, asosiasi menegaskan komitmennya untuk menjadi mitra strategis pemerintah dan pemangku kepentingan dalam mendorong transformasi industri pulp dan kertas nasional.

Sinergi antara kebijakan yang tepat, pembiayaan hijau yang lebih inklusif, serta penerapan teknologi yang produktif dan efisien diharapkan dapat mengurai hambatan investasi, sekaligus membuka peluang baru bagi industri pulp dan kertas untuk tumbuh berkelanjutan dan tetap berkontribusi besar terhadap perekonomian nasional di masa depan.

Tag:  #investasi #hijau #jadi #tantangan #transformasi #industri #pulp #kertas #masih #tertahan

KOMENTAR