Ketika Kalbe Farma Masuk ke Hulu Deteksi Dini Kanker...
Penyerahan izin BPOM untuk produk radioisotop dan radiofarmaka PT Global Onkolab Farma (GOF), Senin (15/12/2025)(KOMPAS.com/IZZATUN NAJIBAH)
19:04
16 Desember 2025

Ketika Kalbe Farma Masuk ke Hulu Deteksi Dini Kanker...

— Upaya memperkuat deteksi dini kanker di Indonesia kini bergerak lewat investasi dan koordinasi lintas sektor. Di tengah tantangan kesehatan nasional dan pengawasan bahan radioaktif, langkah industri farmasi mulai muncul dari hulu ekosistem diagnostik.

Di Sidoarjo, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) menunjukkan perannya dalam memperkuat akses layanan kesehatan melalui langkah strategis yang dirancang menghadirkan kapabilitas baru dalam deteksi dini kanker. Manajemen Kalbe menyatakan investasi tersebut menjadi bagian dari upaya meminimalkan ketergantungan pada pasokan impor bahan diagnostik radioaktif yang selama ini masih dominan.

Menurut rencana, Kalbe mengalokasikan investasi sekitar Rp 200 miliar untuk membangun fasilitas produksi radioisotop dan radiofarmaka di dalam negeri sebagai bagian dari solusi memperkuat kapabilitas diagnostik kesehatan, termasuk untuk deteksi dini penyakit kanker.

Direktur PT Kalbe Farma Tbk, Mulia Lie menegaskan bahwa pembangunan fasilitas ini dimaksudkan untuk memperkuat ketersediaan bahan radioisotop di dalam negeri agar layanan seperti PET/CT-scan dapat lebih mudah diakses oleh fasilitas kesehatan serta pasien di berbagai daerah. “Kalau satu lokasi ini kira-kira Rp150 miliar–Rp200 miliar… kita harapkan sudah selesai awal tahun depan,” katanya menjelaskan rencana pembangunan tersebut.

Koordinasi Regulator di Balik Layar

Namun, pemanfaatan teknologi berbasis radioaktif juga harus berjalan di bawah pengawasan ketat. Karena itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) turun tangan mendampingi seluruh proses produksi radioisotop dan radiofarmaka tersebut.

Dalam pengawasan penanganan radioaktif di kawasan lain—terutama menyusul kasus Cesium-137 di Kawasan Industri Modern Cikande, Banten—Bapeten melakukan pengawasan langsung terhadap langkah penanganan kontaminasi.

Peresmian fasilitas produksi radioisotop dan radiofarmaka dilakukan pada Senin (15/12/2025) di Sidoarjo dengan supervisi berbagai lembaga teknis, dan disaksikan langsung oleh Kepala Badan POM RI Taruna Ikrar, Deputi Bidang Pengkajian Keselamatan Nuklir Bapeten Haendra Subekti, Direktur Ketahanan Farmasi dan Alkes Kemenkes RI Jeffri Ardiyanto, serta Deputi Bidang Pengawasan Obat, Narkotika, Prekursor dan Zat Adiktif BPOM RI William Adi Teja.

Pendampingan ini menunjukkan bahwa produksi bahan radioaktif untuk tujuan medis tidak dapat lepas dari pengawasan keselamatan kesehatan dan lingkungan, terutama di tengah momentum peningkatan kebutuhan diagnostik kanker.

Antara Kebutuhan Medis dan Kehati-hatian Regulasi

Kebutuhan layanan deteksi dini kanker terus meningkat di Indonesia, namun sisi keamanan tetap menjadi prioritas. Kasus kontaminasi Cs-137 di Banten sebelumnya memicu perhatian berbagai pihak bahwa setiap penggunaan bahan radioaktif — meskipun untuk tujuan medis — harus didukung sistem pengawasan yang kuat.

Investasi Kalbe Farma di sektor produksi radioisotop mencerminkan pergeseran peran industri farmasi nasional yang tidak hanya fokus pada produksi obat dan vitamin, tetapi juga masuk ke lini hulu diagnostik berbasis radiofarmaka. Di sisi lain, pendampingan BPOM dan Bapeten menegaskan bahwa teknologi medis modern harus berjalan sejalan dengan prosedur keselamatan publik yang ketat.

Dari Sidoarjo hingga kawasan industri di Banten, narasi penguatan deteksi dini kanker di Indonesia kini menunjukkan sinergi antara ambisi industri, kebutuhan layanan kesehatan masyarakat, dan peran negara dalam memastikan aspek keselamatan tidak terabaikan.

Tag:  #ketika #kalbe #farma #masuk #hulu #deteksi #dini #kanker

KOMENTAR