Penyebab Harga Bitcoin Turun pada November 2025 dan Apa yang Harus Dilakukan Investor
Setelah reli spektakuler hingga melewati kisaran 126.000 dollar AS pada awal Oktober 2025, harga bitcoin (BTC) kini berada dalam periode koreksi signifikan.
Hingga pertengahan November 2025, harga BTC sempat turun mendekati kisaran 82.000 sampai 90.000 dollar AS, termasuk penurunan lebih dari 20 persen dalam sebulan.
Penurunan ini bukanlah sekadar pergerakan harga biasa, melainkan mencerminkan beragam tekanan yang berasal dari pasar kripto sendiri maupun lingkungan ekonomi global.
Ilustrasi Bitcoin, mata uang kripto paling bernilai di dunia.
Untuk memahami sisi-di balik angka, perlu dilihat rangkaian faktor yang saling terkait: teknikal, makroekonomi, arus dana institusi, serta perilaku investor.
Kondisi awal: reli yang panjang dan memicu profit taking
Sebelum koreksi pada November 2025, harga bitcoin telah melewati fase kenaikan yang sangat agresif, didorong oleh minat institusional, pengembangan produk baru seperti ETF Bitcoin spot, dan antusiasme pasar terhadap legalisasi kripto.
Namun, “gelombang kenaikan” panjang tersebut secara rutin diikuti oleh fase konsolidasi atau koreksi.
Dikutip Reuters, CEO Binance Richard Teng menyatakan, seperti halnya kelas aset lainnya, selalu ada siklus dan volatilitas yang berbeda.
"Pada titik ini, ada sedikit penurunan risiko dan deleveraging yang terjadi," ujar Teng.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa pasar kripto tidak kebal terhadap siklus, dan bahwa setelah kenaikan tajam, ada ekspektasi bahwa sebagian investor akan mulai merealisasikan keuntungan.
Selain itu, analisis yang dikutip Reuters menyebut bahwa kondisi pasar bitcoin saat ini adalah yang paling bearish sejak siklus bullish dimulai pada Januari 2023 lalu.
Dengan kata lain, salah satu akar penyebab koreksi harga bitcoin adalah profit taking alias aksi ambil untung dan deleveraging, investor yang mengambil untung setelah reli panjang, dan pengurangan eksposur oleh mereka yang menggunakan leverage tinggi.
Ilustrasi bitcoin. CEO Tokocrypto Calvin Kizana memprediksi perdagangan aset kripto global masih berada dalam fase konsolidasi hingga akhir 2025. Kondisi ini dipicu ketidakpastian ekonomi dan sikap wait and see pelaku pasar.
Tekanan dari arus dana institusional: ETF spot bitcoin
Salah satu aspek paling nyata dari tekanan jual pada November adalah arus keluar besar-besaran dari produk ETF Bitcoin spot di AS.
Menurut Coindesk, produk-produk ETF spot bitcoin AS mencatat outflow sebesar sekitar 866 juta dollar AS pada 13 November, yakni hari outflow terbesar kedua sejak peluncuran.
Dalam tiga minggu sebelum tanggal itu, total arus keluar mencapai sekitar 2,64 miliar dollar AS.
ETF bitcoin AS telah mengalami lebih dari 3 miliar dollar AS arus keluar hanya dalam bulan November 2025 hingga saat itu.
Fenomena ini penting karena menunjukkan bahwa bukan hanya investor ritel yang menjual, tetapi aliran dana institusional pun ikut mengalir keluar, menandakan perubahan sentimen dan likuiditas.
Dampaknya adalah menurunnya permintaan institusional untuk bitcoin spot menambah tekanan pada harga, karena dana besar yang sebelumnya mendukung reli mulai mengurangi langkah.
Sentimen risiko makro global: mode risk-off
Bitcoin dan aset kripto lainnya makin terlihat sebagai bagian dari aset berisiko (risk assets). Ketika selera risiko global melemah, aliran dana ke aset seperti bitcoin mudah terbalik.
Laporan Financial Times menyebut lebih dari 1,2 triliun dollar AS telah hilang dari pasar kripto dalam enam minggu terakhir, sekitar 25 persen dari nilai pasar.
Ilustrasi bitcoin.
Sementara itu, Reuters melaporkan bahwa pilihan bahwa BTC akan ditutup tahun di bawah 90.000 dollar AS telah naik ke sekitar 50 persen.
Sementara itu, Associated Press mewartakan, harga BTC sempat turun di bawah 90.000 dollar AS untuk pertama kali sejak April 2025 di tengah koreksi luas di pasar global.
“Jika ini menceritakan kisah sentimen risiko secara keseluruhan, maka keadaan bisa menjadi sangat, sangat buruk," ujar analis pasar Tony Sycamore dar IG Markets, dikutip dari The Economic Times.
Pasar saham teknologi, saham AI, dan indeks volatilitas (VIX) yang meningkat menjadi bagian dari cerita. Ketika investor mulai menghindari risiko besar, otomatis bitcoin ikut terkena dampaknya.
Hal ini berbeda dari reli murni kripto, melainkan reaksi silang terhadap sikap umum pasar keuangan.
Kebijakan moneter, dollar AS, dan tekanan makroekonomi
Korelasi antara bitcoin dan kebijakan moneter, khususnya di Amerika Serikat, semakin kuat sepanjang tahun 2025. Beberapa poin utama adalah sebagai berikut.
Pertama, probabilitas pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) pada Desember 2025 dilaporkan turun signifikan setelah notulen rapat menunjukkan nada yang lebih hawkish.
Kedua, imbal hasil atau yield obligasi AS meningkat, dollar AS menguat, dan hal ini sering kali berarti aliran dana keluar dari aset berisiko (seperti kripto) menuju aset dollar-based yang dianggap lebih aman.
Koreksi harga bitcoin mencerminkan apa yang terjadi ketika selera risiko global menurun dan aset spekulatif menjadi terpukul.
Dengan demikian, faktor makroekonomi bukan hanya latar belakang, tetapi menjadi katalis aktif untuk tekanan jual bitcoin.
Ilustrasi bitcoin.
Tekanan teknikal: support terlepas, leverage, dan panic selling
Tak kalah penting adalah faktor teknikal dan kondisi pasar internal kripto yang memperkuat penurunan.
Harga bitcoin menembus level support psikologis penting, seperti 100.000 dollar AS, yang sebelumnya dianggap sebagai “garis bawah” kekuatan. Setelah tembus, kecepatan penurunan meningkat.
Selain itu, likuidasi posisi leveraged mempercepat kerugian dan memicu efek domino.
Di samping itu, indikator seperti death cross (moving average jangka pendek jatuh di bawah moving average jangka panjang) digunakan oleh analis teknikal sebagai sinyal potensi tekanan lebih lanjut.
Kemudian, sentimen pengukuran seperti Fear & Greed Index memasuki zona “Extreme Fear”, menandakan bahwa banyak investor ritel memasuki mode kepanikan.
Semua ini menjadikan penurunan bukan hanya “normal” tetapi memperlihatkan mekanisme pelebaran tekanan karena likuidasi, psikologi pasar, dan struktur pasar kripto yang padat leverage.
Interaksi kompleks: bagaimana semua faktor tersambung
Untuk memahami penurunan harga bitcoin secara holistik, penting melihat interaksi antar faktor:
- Reli panjang → profit taking dan pengurangan leverage → tekanan jual awal
- Tekanan makro dan selera risiko turun → arus keluar institusional (ETF) → likuiditas menipis
- Tekanan teknikal (support jebol, likuidasi) → harga jatuh cepat
- Lingkungan global geopolitik/ekonomi (moneter, tenaga pasar saham) → memperkuat mode risk-off
Ilustrasi bitcoin. Harga Bitcoin kembali mencetak rekor tertinggi baru pada awal Oktober 2025. Lonjakan ini dipicu penguatan ETF BlackRock dan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed.
Dengan kata lain, penurunan harga bitcoin pada November 2025 bukan sekadar “kripto turun”, melainkan bagian dari dinamika yang lebih besar antara pasar keuangan tradisional, inovasi kripto, dan perilaku investor yang semakin matang (atau rentan).
Implikasi harga bitcoin bagi industri kripto dan investor
Penurunan harga bitcoin pada November 2025 memiliki beberapa implikasi, yakni sebagai berikut.
1. Likuiditas pasar kripto menjadi lebih rentan
Ketika arus masuk institusional berkurang dan leverage tinggi masih ada, maka fluktuasi bisa lebih ekstrem.
2. Maturitas pasar kripto diuji
Masuknya institusi, produk ETF, dan integrasi dengan pasar tradisional memunculkan dinamika baru, yakni bitcoin kini tidak hanya “aset spekulatif stand-alone” tetapi bagian dari ekosistem keuangan global.
3. Sentimen jangka menengah berubah
Jika permintaan institusional mulai berhenti atau berbalik arus, maka potensi upside terbatas sementara risiko downside makin nyata.
4. Pentingnya regulasi dan kerangka institusional
Karena produk seperti ETF berperan signifikan dalam aliran dana, kebijakan dan regulasi yang mendukung kestabilan pasar kripto makin menjadi faktor utama.
Ilustrasi Bitcoin.
Apa yang sebaiknya dilakukan investor ketika harga bitcoin turun?
Dalam konteks penurunan ini, para analis menyampaikan beberapa pendekatan yang patut diperhatikan oleh investor, tanpa mengarah pada rekomendasi spesifik.
1. Tata kelola risiko dan porsi aset
Menimbang bahwa bitcoin kini lebih terhubung dengan pasar keuangan global, penting mengevaluasi kembali ukuran eksposur terhadap aset berisiko.
Kondisi seperti likuidasi besar dalam derivatif menunjukkan bahwa posisi leverage bisa membalikkan keuntungan menjadi kerugian secara cepat.
2. Hindari keputusan emosional
Zona “Extreme Fear” menunjukkan banyak investor ritel panik. Analis teknikal menekankan bahwa keputusan impulsif pada titik terendah harga sering tidak memperhitungkan kondisi fundamental ataupun likuiditas pasar.
3. Ikuti perkembangan makroekonomi dan regulari
Karena kebijakan suku bunga, arus institusional, dan regulasi ETF terbukti memengaruhi harga Bitcoin, investor disarankan memantau indikator-makro (inflasi AS, panduan The Fed, yield obligasi), serta berita seputar produk keuangan kripto.
4. Evaluasi ulang strategi jangka panjang
Koreksi besar bisa menjadi kesempatan untuk meninjau kembali horizon investasi, diversifikasi, atau alokasi berbasis risiko.
Namun demikian, ini harus disesuaikan dengan profil risiko masing-masing investor, bukan sekadar “masuk ketika murah”.
Ilustrasi bitcoin.
5. Cermati arus dana dan struktur pasar
Pergerakan arus dana ETF telah terbukti menjadi salah satu pemicu teknis.
Memahami bagaimana institusi besar, melalui produk seperti ETF, berinteraksi dengan pasar kripto dapat membantu investor menilai apakah kondisi adalah koreksi sementara atau perubahan struktural.
Penurunan harga bitcoin sepanjang November 2025 menunjukkan bahwa aset digital ini kini terjalin lebih erat dengan sistem keuangan global, dari arus institusional, kebijakan moneter, hingga sentimen risiko global.
Koreksi ini belum hanya soal “apa yang salah” dalam kripto saja, melainkan bagian dari perubahan struktural yang lebih luas.
Bagi investor, penting memahami bahwa volatilitas tinggi bukan hanya risiko, tetapi juga sinyal bahwa pasar sedang melalui fase adaptasi.
Pendekatan berbasis manajemen risiko, pemahaman arus institusional, dan kesadaran terhadap lingkungan makro menjadi semakin penting.
Tag: #penyebab #harga #bitcoin #turun #pada #november #2025 #yang #harus #dilakukan #investor