Ekonom Perkirakan BI Bakal Pertahankan Suku Bunga Acuan 4,75 Persen
- Sejumlah ekonom memperkirakan Bank Indonesia (BI) akan mempertahankan suku bunga acuan (BI rate) pada rapat dewan gubernur (RDG) pada 18-19 November 2025.
Ekonom Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Teuku Riefky mengatakan, BI akan lebih hati-hati untuk melonggarkan kembali kebijakan suku bunga pada RDG bulan ini.
Pasalnya, saat ini inflasi yang pada awal tahun bergerak moderat, kini mulai meningkat akibat puncak permintaan musiman.
Pada Oktober 2025, inflasi tahunan tercatat sebesar 2,86 persen (yoy), naik dari 2,65 persen pada bulan sebelumnya.
"Dalam situasi ini, mempertahankan suku bunga kebijakan di level 4,75 persen akan memberikan acuan yang diperlukan," ujarnya dalam hasil risetnya, Selasa (18/11/2025).
Sementara itu, arus keluar portofolio dan pelemahan rupiah semakin menegaskan pentingnya BI menjaga stabilitas eksternal dengan tidak menaikkan BI Rate.
Pada pertengahan Oktober dan pertengahan November, aliran modal keluar bersih sebesar 0,95 miliar dollar AS di pasar obligasi dan saham Indonesia, yang hampir sepenuhnya disebabkan oleh penjualan oleh investor asing di pasar obligasi pemerintah.
Dengan arus keluar modal yang cukup besar itu, nilai tukar rupiah melemah dari Rp 16.555 per dollar AS pada pertengahan Oktober menjadi sekitar Rp 16.695 pada pertengahan November atau turun sekitar 0,85 persen.
Di sisi lain, juga ada kekhawatiran yang semakin meningkat tentang risiko fiskal dan quasi-fiskal yang meningkatkan sentimen investor terhadap sinyal kebijakan.
"Mempertahankan suku bunga akan membantu membatasi tekanan pada mata uang dan memperkuat kepercayaan terhadap kemandirian kebijakan Bank Indonesia," ucapnya.
Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, BI bakal mempertahankan suku bunganya karena mempertimbangkan ketidakpastian global yang masih tinggi.
Pasar juga tengah berhati-hati terhadap kemungkinan pemotongan suku bunga The Fed pada Desember 2025.
Hal ini setelah pernyataan terbaru dari Jerome Powell yang mengindikasikan akan menunda penurunan suku bunga Fed Funds Rate setidaknya satu siklus kebijakan penuh sebelum mempertimbangkan pelonggaran lebih lanjut.
"BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga kebijakan, BI-rate, tetap di level 4,75 persen pada RDG November 2025," ucap Josua.
Di sisi eksternal, dampak inflasi dari tarif terkait perang dagang terhadap ekonomi AS belum sepenuhnya terealisasi, menunjukkan bahwa The Fed tidak mungkin mengejar siklus pelonggaran agresif.
Menurutnya, untuk mempertahankan selisih suku bunga positif, ruang gerak BI untuk memangkas suku bunga akan terbatas, terutama setelah pelonggaran agresif yang dilakukan tahun ini dibandingkan dengan The Fed.
Kendati demikian, Josua masih melihat ruang untuk pelonggaran BI rate lebih lanjut ke depannya.
Dia memperkirakan BI akan kembali memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin pada Desember mendatang.
Namun, hal ini akan bergantung pada data inflasi domestik, stabilitas rupiah, aliran portofolio, dan sikap kebijakan The Fed terkait jalur suku bunga Fed Funds Rate di masa depan.
"Pada 2026, kami tetap melihat ruang untuk pemotongan suku bunga tambahan, meskipun lebih terbatas dibandingkan 2025. Kami memperkirakan ruang pelonggaran total sekitar 50 bps, karena kebijakan pro-pertumbuhan dapat memperlebar defisit ganda (CAD dan defisit fiskal), sehingga BI perlu mempertahankan tingkat kehati-hatian," tambahnya.
Sebagai informasi, BI akan mengumumkan hasil RDG November 2025 pada siang ini, Rabu (19/11/2025).
Sepanjang 2025, BI sudah menurunkan suku bunga acuan sebanyak lima kali masing-masing sebanyak 25 bps sehingga total penurunan suku bunga acuan BI sebesar 125 basis poin.
Kini posisi BI rate sebesar 4,75 persen dari semula 6 persen pada akhir tahun 2024.
Tag: #ekonom #perkirakan #bakal #pertahankan #suku #bunga #acuan #persen