Harga Bitcoin Merangkak Naik Usai Sentuh Level Terendah, Kapitalisasi Pasar Kripto Susut Rp 20 Kuadriliun

- Harga Bitcoin (BTC) diperdagangkan sedikit lebih tinggi pada Selasa (18/11/2025) waktu setempat, setelah sempat menyentuh level terendah dalam tujuh bulan, di bawah 90.000 dollar Amerika Serikat (AS).

Aset kripto terbesar itu mulai menemukan pembeli di tengah pasar yang masih enggan mengambil risiko.

Mengutip Reuters, Rabu (19/11/2026), pada perdagangan terakhir, Bitcoin menguat sekitar 1,9 persen ke 93.532 dollar AS atau sekitar Rp 1,56 miliar (kurs Rp 16.750 per dollar AS), setelah sebelumnya sempat turun hingga 89.286,75 dollar AS.

Adapun Bitcoin telah menghapus seluruh kenaikan sepanjang tahun ini dan berada sekitar 26 persen di bawah puncaknya pada Oktober lalu yang sempat menembus 126.000 dollar AS (Rp 2,11 miliar).

Jean-David Pequignot, Chief Commercial Officer Deribit, perusahaan dalam ekosistem Coinbase, menilai penurunan tajam ini masih wajar dalam jangka pendek. “Secara keseluruhan, kekhawatiran penurunan harga masih beralasan dan jalur paling mudah saat ini memang masih ke bawah,” ujarnya.

Menurut CoinGecko,  kapitalisasi pasar aset kripto telah menyusut sekitar 1,2 triliun dollar AS Rp 20,1 kuadriliun) dalam waktu enam minggu terakhir.

Kombinasi keraguan atas prospek penurunan suku bunga The Fed dan melemahnya selera risiko global setelah reli panjang dinilai menjadi pemicu tekanan pasar.

Joshua Chu, Co-Chair Hong Kong Web3 Association, menyebut aksi jual yang meluas diperburuk oleh perusahaan publik dan institusi yang melepas posisi setelah agresif masuk ketika pasar menguat.

“Ketika dukungan harga menipis dan ketidakpastian makro meningkat, kepercayaan bisa hilang dengan sangat cepat,” katanya.

Pasar Bitcoin juga terguncang oleh arus keluar besar-besaran dari ETF Bitcoin spot di AS.

Sejak 10 Oktober, ketika pasar saham anjlok akibat kekhawatiran tarif AS-China, tercatat 3,7 miliar dollar AS keluar dari ETF Bitcoin spot, dengan 2,3 miliar dollar AS terjadi pada November saja, menurut Morningstar.

Joseph Edwards dari Enigma Securities mengatakan banyak spekulan mulai mundur setelah berharap pada regulasi AS yang lebih mendukung.

Ia menyebut tekanan jual tidak luar biasa besar, namun terjadi saat sisi pembeli tengah lemah. “Banyak investor ritel terpukul akibat flash crash bulan lalu,” katanya, merujuk pada kejadian likuidasi aset sebesar 19 miliar dollar AS pada posisi ber-leverage.

Beberapa saham berbasis kripto juga ikut merosot seiring sentimen negatif, seperti MicroStrategy, penambang kripto Marathon Holdings, hingga Coinbase.

Meskipun demikian, saham-saham tersebut kembali menguat pada perdagangan siang sejalan dengan rebound Bitcoin.

Tahun ini, jumlah perusahaan publik yang menempatkan kripto sebagai bagian dari neraca keuangan turut melonjak.

Sejumlah perusahaan kecil dari sektor tidak terkait bahkan beralih menjadi “proxy kripto” dengan mengumumkan pembelian aset digital sebagai strategi investasi.

Namun Standard Chartered memperingatkan bahwa penurunan Bitcoin di bawah 90.000 dollar AS berpotensi membuat setengah dari treasury perusahaan-perusahaan tersebut “tergenang air,” istilah untuk aset yang nilainya jatuh di bawah harga perolehan.

Bank tersebut menyebut perusahaan publik kini memegang 4 persen dari total Bitcoin yang beredar dan 3,1 persen dari Ether.

MicroStrategy, korporasi pemegang Bitcoin terbesar, kembali menambah kepemilikan. Pendiri Michael Saylor mengungkapkan perusahaan membeli 8.178 Bitcoin pada Senin.

Hingga Minggu, MicroStrategy tercatat memegang 649.870 token dengan harga rata-rata sekitar 74.433 dollar AS per Bitcoin.

Sementara itu, Ether juga berada dalam tekanan selama beberapa bulan terakhir. Aset kripto terbesar kedua itu sudah kehilangan hampir 40 persen dari nilainya sejak puncak Agustus ketika sempat melampaui 4.955 dollar AS.

Tag:  #harga #bitcoin #merangkak #naik #usai #sentuh #level #terendah #kapitalisasi #pasar #kripto #susut #kuadriliun