Sinergi Bank dan Fintech Jadi Kunci Tingkatkan Rasio Kredit Nasional
Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) dan Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) menegaskan pentingnya kolaborasi berkelanjutan antara perbankan dan perusahaan teknologi finansial (fintech) untuk memperluas akses kredit nasional.
Dorongan ini muncul seiring stagnasi rasio kredit terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang berada di kisaran 30 persen selama satu dekade terakhir.
Selain itu, gap pembiayaan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) masih lebar, yakni mencapai sekitar 234 miliar dolar AS.
Ilustrasi kredit, fintech, pinjaman daring.
Sinergi bank dan fintech untuk tingkatkan intermediasi
Sekretaris Jenderal Perbanas yang juga Komisaris Bank Jago, Anika Faisal, menilai peningkatan rasio kredit nasional hanya dapat dicapai melalui penguatan intermediasi dan kolaborasi antar pelaku industri jasa keuangan.
Ia menekankan, kerja sama bank dan fintech merupakan langkah strategis untuk memperluas jangkauan kredit, terutama di wilayah luar Jawa dan sektor-sektor prioritas yang belum terlayani optimal.
“Adanya simbiosis antara kedua sektor ini mampu meningkatkan jangkauan pelayanan sekaligus memperluas pilihan produk kredit bagi berbagai segmen masyarakat,” ujar Anika dalam siaran pers, dikutip pada Sabtu (15/11/2025).
Namun demikian, ia mengingatkan kolaborasi ini tetap harus diimbangi dengan regulasi perlindungan konsumen yang kuat serta penerapan prinsip transparansi, akuntabilitas, dan inovasi yang bertanggung jawab.
Menurutnya, kegiatan bersama seperti yang digelar AFTECH dan Perbanas penting untuk menyelaraskan pandangan dan memperkuat standar tata kelola sebagai dasar kerja sama jangka panjang.
Ilustrasi kredit, kredit UMKM.
Masih ada ruang lebar untuk akses kredit digital
Ketua Departemen Perbankan AFTECH sekaligus EVP Head of Digital Economy CIMB Niaga, Dedy Sahat, menyampaikan ruang peningkatan akses kredit masih sangat besar.
Survei AFTECH bersama Mandala Consulting menunjukkan masih terdapat 4,5 persen populasi yang unbanked atau belum memiliki akun bank, serta 36 persen yang underbanked atau belum mendapatkan akses kredit.
“Tentunya ini adalah tantangan yang tidak bisa langsung dijawab dengan satu solusi saja. Bank tetap memegang peran penting, namun sektor digital juga muncul sebagai solusi dengan pertumbuhan tercepat saat ini, seperti pemberian akses kredit melalui perusahaan fintech seperti platform pinjaman daring (pindar),” ujar Dedy.
Ia menambahkan, forum diskusi AFTECH dan Perbanas yang merupakan bagian dari Bulan Fintech Nasional (BFN) menjadi wadah untuk memperkuat kepercayaan lintas sektor dan mendorong inovasi keuangan yang lebih inklusif.
OJK beri dukungan terhadap penguatan kolaborasi
Dukungan terhadap upaya ini juga disampaikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Deputi Komisioner Pengawas Bank Swasta OJK, Indarto Budiwitono, menyatakan pihaknya mendukung penuh forum diskusi yang digelar AFTECH dan Perbanas.
“OJK mendukung penuh kegiatan hari ini dan berharap kegiatan ini dapat memberikan masukan yang konstruktif bagi perkembangan industri fintech ke depannya,” ungkapnya.
Pendanaan dari perbankan ke pindar terus tumbuh
Ketua Departemen P2P Lending AFTECH dan Direktur Utama Easycash, Nucky Poedjiardjo, menilai kemitraan antara perbankan dan platform pinjaman daring terus berkembang dan menjadi fondasi penting perluasan akses kredit nasional.
Ilustrasi pinjaman online atau pinjol, pinjaman daring.
Menurutnya, meningkatnya kebutuhan pembiayaan masyarakat dan kemampuan fintech menjangkau segmen yang belum dilayani bank mendorong kolaborasi kedua sektor semakin kuat.
“Kontribusi pendanaan perbankan terhadap industri pindar terus menunjukkan pertumbuhan yang kuat. Berdasarkan catatan OJK per Juli 2025, outstanding pendanaan dari lender perbankan meningkat 40,09 persen secara tahunan (yoy), mencapai Rp54,10 triliun atau sekitar 63,9 persen dari total pendanaan industri,” jelas Nucky.
Ia menegaskan, keberlanjutan kolaborasi membutuhkan keselarasan ekspektasi antara bank dan fintech.
Tantangan yang muncul bukan hanya pada peningkatan kapasitas pendanaan, melainkan bagaimana perbankan dapat menemukan platform yang memiliki rekam jejak kepatuhan kuat, serta bagaimana fintech dapat membangun hubungan jangka panjang dengan pemberi dana institusional.
Terkait hal tersebut, Nucky menyebut bahwa aspek tata kelola dan reputasi industri merupakan faktor risiko utama dalam kerja sama antara bank dan penyelenggara pinjaman daring.
“Easycash memiliki komitmen untuk senantiasa menjaga standar tata kelola yang tinggi, memastikan integritas operasional, dan transparansi untuk membangun kepercayaan perbankan serta menciptakan kolaborasi yang berkelanjutan,” tutur dia.
Tag: #sinergi #bank #fintech #jadi #kunci #tingkatkan #rasio #kredit #nasional