Studi: Gaji Besar Bikin Anda Bahagia, tapi Tidak di Tempat Kerja
Uang memang bisa membeli kebahagiaan, tetapi tidak di kantor. Hal ini terungkap dalam temuan studi terbaru yang dilakukan oleh Wharton School, University of Pennsylvania, Amerika Serikat (AS).
Temuan gaji besar membuat orang bahagia, tetapi tidak di kantor khususnya berlaku bagi responden, yakni orang dewasa di AS yang berpenghasilan hingga 200.000 dollar AS per tahun atau setara sekitar Rp 3,3 miliar (asumsi kurs Rp 16.712 per dollar AS).
Dikutip dari CNBC, Sabtu (15/11/2025), menurut Matt Killingsworth, peneliti senior di Wharton School, di antara kelompok demografi tersebut, mereka yang berpenghasilan tinggi lebih bahagia dalam kehidupan sehari-hari, tetapi tidak lebih bahagia di tempat kerja dibandingkan orang-orang yang berpenghasilan rendah.
Ilustrasi gaji.
Namun demikian, kondisinya berbeda untuk orang dewasa yang berpenghasilan lebih dari 200.000 dollar AS per tahun, yang umumnya lebih bahagia baik di tempat kerja maupun di luar pekerjaan dibandingkan orang lain, menurut analisis tersebut, yang diambil dari studi kebahagiaan yang sedang berlangsung terhadap lebih dari 29.000 orang dewasa yang bekerja di AS.
Killingsworth telah melakukan studi ini sejak 2009, dan orang-orang yang berpenghasilan lebih dari 200.000 dollar AS per tahun mencakup sekitar 3 persen dari partisipannya.
Killingsworth sebelumnya menerbitkan sebuah makalah penelitian pada Juli 2024, berdasarkan studi yang sama.
Dalam penelitiannya, disebutkan bahwa tidak ada batasan dalam korelasi antara kebahagiaan secara keseluruhan dan pendapatan yang lebih tinggi.
Dengan kata lain, semakin banyak penghasilan Anda, semakin besar kemungkinan Anda akan bahagia, tanpa ada tanda-tanda penurunan hasil.
Ilustrasi gaji. Perusahaan wajib bayar denda jika telat bayar gaji karyawan.
"Namun, pekerjaan itu sendiri adalah salah satu aktivitas yang paling tidak membahagiakan di antara semua partisipan studi," ungkap Killingsworth kepada CNBC.
Selain itu, imbuh Killingsworth, mereka yang memiliki penghasilan tinggi cenderung mengalami peningkatan tanggung jawab, tekanan yang lebih besar untuk berprestasi, dan beban kerja yang lebih berat.
"Salah satu hal utama yang saya temukan yang menghubungkan uang dan kebahagiaan adalah rasa kendali dan kebebasan seseorang," kata Killingsworth.
"Anda bisa membayangkan sebuah skenario di mana Anda mengorbankan otonomi Anda demi mendapatkan lebih banyak uang. Ini juga menunjukkan bahwa ada semacam biaya tersembunyi untuk kebahagiaan di tempat kerja yang terkait dengan pekerjaan berpenghasilan lebih tinggi," terang dia.
Karyawan yang bekerja lembur mungkin merasa pekerjaanmengganggu nilai-nilai lain mereka seperti waktu bersama keluarga, kesehatan, atau hobi, meskipun mereka menganggap diri mereka sangat berorientasi pada karier, kata Killingsworth.
"Semakin banyak Anda bekerja, semakin kecil kemungkinan Anda bahagia dengan pekerjaan Anda," tambahnya.
“Jika Anda menghabiskan seluruh waktu Anda untuk menghasilkan uang, kecuali jika Anda berada di posisi tertinggi, Anda (mungkin) tidak akan benar-benar mendapatkan manfaat darinya seperti yang Anda harapkan,” tutur dia.
Analisis ini juga menyoroti tren lain. Menurut Killingsworth, seiring meningkatnya porsi pendapatan rumah tangga seseorang, kebahagiaan mereka di tempat kerja menurun.
“Jika Anda adalah pencari nafkah keluarga, Anda mungkin merasa tertekan untuk menafkahi semua orang ini, atau karena alasan apa pun, Anda mungkin memilih untuk mengejar jalur karier bergaji lebih tinggi yang pada dasarnya mengorbankan tujuan-tujuan lain,” papar dia.
Ilustrasi gaji.
Secara statistik, sebutnya, belum jelas apakah tren tersebut juga berlaku bagi mereka yang berpenghasilan lebih dari 200.000 dollar AS per tahun.
Killingsworth menyatakan, kebahagiaan dan kepuasan kerja secara keseluruhan berbeda. Dalam studi tersebut, para peserta mengurutkan perasaan mereka, dari sangat baik hingga sangat buruk, secara langsung sepanjang hari.
Seseorang mungkin menikmati beberapa aspek dari pekerjaan, rekan kerja, atau ruang kantor mereka, tetapi melaporkan bahwa mereka tidak bahagia saat itu karena baru saja menerima umpan balik yang sulit, sakit punggung, atau sedang mengerjakan proyek yang menantang.
Kepuasan kerja karyawan berkaitan dengan gaji yang lebih tinggi, menurut survei CNBC tahun 2019, tetapi mungkin tidak secara eksklusif.
Faktor-faktor lain seperti lingkungan kerja, tingkat stres, dan kohesi kelompok kerja mungkin merupakan prediktor yang lebih baik untuk daya tarik dan retensi pekerjaan, menurut analisis Gallup tahun 2022.
Tag: #studi #gaji #besar #bikin #anda #bahagia #tapi #tidak #tempat #kerja