Jadikan ⁠Pembiayaan Ultramikro sebagai Alternatif Pengentasan Kemiskinan
PNM menyalurkan pembiayaan ultramikro. (Istimewa).
23:09
29 Oktober 2025

Jadikan ⁠Pembiayaan Ultramikro sebagai Alternatif Pengentasan Kemiskinan

- Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto terus berupaya melakukan pengentasan kemiskinan dengan lebih cepat. Langkah itu dengan menggenjot perekonomian masyarakat yang tergolong miskin maupun miskin ekstrem. 

Menurut Chief Economist The Indonesia Economic Intelligence (IEI) Sunarsip, pemerintah perlu mendorong pembiayaan ultramikro lebih masif agar menjadi bagian dari upaya mengentaskan kemiskinan. Kehadiran model pembiayaan ultramikro itu mengisi ceruk ekonomi yang tidak dijangkau oleh sumber pendanaan dengan pendekatan konvesional seperti bank.  

Fokus lembaga pembiayaan ultramikro memang pada segmen kelompok masyarakat yang unbankable. Ceruk itu selama ini diisi oleh keberadaan renternir yang justru kerap memberikan dampak negatif kepada masyarakat.  

Peran pembiayaan ultramikro seperti yang dijalankan PT Permodalan Nasional Madani (PNM) juga memiliki misi pemberdayaan kepada kelompok bawah. Tidak sekadar menyalurkan pembiayaan. “Terbukti, banyak pelaku ekonomi dari kelompok masyarakat miskin yang kini berhasil ‘mengentas’ dari status sebagai keluarga prasejahtera menjadi sejahtera bahkan di atasnya,” kata Sunarsip kepada wartawan di Jakarta pada Rabu (29/10). 

Dia memandang lembaga dengan model bisnis seperti PNM perlu didorong agar memiliki lingkup ukuran usaha (size) pembiayaan yang lebih besar. “Perannya sebagai lembaga pembiayaan ultramikro yang fokus pada pemberdayaan tetap perlu dan harus dipertahankan. Namun, size-nya harus dinaikkan,” kata ekonom senior tersebut. 

Senada dengan itu, Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengatakan secara umum pembiayaan ultramikro bisa menjadi satu pilihan cara untuk mendorong perbaikan ekonomi kalangan bawah, tetapi dengan plafon kredit ultramikro. Sebab, menyesuaikan dengan kemampuan membayar peminjam, perlu dukungan kebijakan pemerintah di tingkat makro. 

"Kredit ultramikro penting untuk akses mereka yang berada di ekonomi bawah dan belum bankable. Ini sekaligus mendidik mereka lebih bisa mengelola keuangan seiring pertumbuhan usaha mikro milik mereka," kata Eko Listiyanto. 

Sebagaimana diketahui, Presiden Prabowo Subianto berulang kali menegaskan komitmen memutus mata rantai kemiskinan dengan pendekatan holistik. Berbagai kebijakan dan program pun disiapkan. Demi memastikan program tepat sasaran, pemerintah membentuk Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN).  

Beberapa program yang sudah berjalan antara lain Makan Bergizi Gratis (MBG), pembentukan Koperasi Merah Putih, membangun Sekolah Rakyat, program renovasi rumah dan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). 

“Kita bersyukur juga angka kemiskinan turun ke 8,47 persen. Saya diberitahu oleh para pakar, ini angka terendah sepanjang sejarah Republik Indonesia,” kata Prabowo ketika memberikan arahan dalam Sidang Kabinet Paripurna Senin (20/10) lalu. Pidato itu bertepatan dengan satu tahun pemerintahan Kabinet Merah Putih. 

Di dunia, ada dua institusi yang menjadi pelopor penyaluran kredit ultramikro, yakni BRAC dan Grameen Bank. Dua lembaga nonpemerintah yang lahir di Bangladesh itu sudah membuktikan kiprah mereka dalam menekan angka kemiskinan. 

Bangladesh Rehabilitation Assistance Committee (BRAC) merupakan salah satu lembaga swadaya masyarakat (LSM) terbesar di dunia. BRAC berdiri sejak 1972. Semula lembaga ini hanya ‘bermain’ di negara Bangladesh. 

Ketika mulai menyalurkan pinjaman ultramikro, BRAC berganti nama menjadi Bangladesh Rural Advancement Committee. Program itu diduplikasi ke beberapa negara, seperti Pakistan, Tanzania, Uganda, Sierra Leone, Liberia, dan Myanmar. 

"Pembiayaan ultramikro strategi sangat ampuh membantu masyarakat keluar dari kemiskinan. Itulah sebabnya selama lebih dari empat dekade, layanan itu menjadi inti pendekatan holistik BRAC dalam pembangunan,” ungkap Sir Fazle Hasan Abe, pendiri BRAC di situs lembaga itu. 

Grameen Bank mulai beroperasi pada 1983. Lembaga yang dibidani oleh ekonom Dr. Muhammad Yunus mengusung tagline Bank untuk Orang Miskin. Situs Grameen Bank mengklaim telah menyalurkan pembiayaan kepada 10,77 juta nasabah. 

Pada 2006, Yunus dan Grameen Bank menerima Nobel Perdamaian sebagai apresiasi atas upayanya menciptakan pembangunan ekonomi dan sosial melalui kredit ultramikro dalam memerangi kemiskinan. 

Di dalam negeri ada PT Permodalan Nasional Madani (PNM), BUMN yang dibentuk pada 1999. Tepatnya pada masa pemerintahan Presiden BJ Habibie. Pada 2016, PNM merilis pembiayaan ultramikro, berupa program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar).  

PNM kemudian tergabung dalam holding ultramikro—dibentuk pada September 2021—dengan BRI sebagai induk dan satu anggota lain yakni PT Pegadaian. Meski baru muncul beberapa dekade setelah BRAC dan Grameen Bank, Mekaar berkembang pesat melampui dua lembaga itu dari sisi jumlah nasabah.

Hingga semester I 2025, sekitar 22,4 juta nasabah di 6.165 kecamatan di Indonesia menikmati pembiayaan ultramikro dari PNM. Seluruh penerima adalah perempuan.  

Selama 2025, perusahaan pelat merah ini membidik nasabah aktif Mekaar sebanyak 16 juta orang. Selama 2024, jumlah pembiayaan Mekaar secara konsolidasi mencapai Rp73,93 triliun. 

"Nasabah kami berasal dari kelompok ekonomi desil I sampai desil III. Yang masuk kemiskinan ekstrem sekitar 6 juta nasabah. Jadi PNM dari sejak digagas dan dilahirkan sejalan dengan upaya pemerintah menekan angka kemiskinan," ujar Dirut PNM Arief Mulyadi dalam diskusi Bisnis Indonesia Forum pada Juli 2025.

Editor: Ilham Safutra

Tag:  #jadikan #pembiayaan #ultramikro #sebagai #alternatif #pengentasan #kemiskinan

KOMENTAR