Danantara Sebut Penempatan Dana di SBN untuk Jaga Likuiditas
Wisma Danantara di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan.(KOMPAS.com/TEUKU MUHAMMAD VALDY ARIEF)
20:08
19 Oktober 2025

Danantara Sebut Penempatan Dana di SBN untuk Jaga Likuiditas

- Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) menempatkan sebagian dananya di pasar modal, termasuk dalam instrumen Surat Berharga Negara (SBN).

Managing Director Treasury Danantara Indonesia Ali Setiawan mengatakan, langkah tersebut merupakan bagian dari strategi diversifikasi untuk menjaga stabilitas dan likuiditas portofolio investasi nasional.

Menurut dia, hal itu bertujuan untuk menyeimbangkan antara investasi jangka panjang dan instrumen yang mudah dicairkan.

“Kalau kita menerima dana 100, tentu tidak semuanya langsung digunakan untuk proyek berisiko tinggi. Sebagian perlu disimpan di instrumen yang likuid agar bisa dimanfaatkan sewaktu-waktu,” ujar Ali dalam keterangan resmi di Jakarta, Minggu (19/10/2025).

Ali menjelaskan, ke depan portofolio Danantara Indonesia akan dibagi ke dalam dua kategori utama, yakni investasi langsung (private investment) dan investasi pasar modal (public investment).

“Misalnya 60-70 persen digunakan untuk membangun proyek strategis, sementara 30-40 persen ditempatkan pada aset likuid seperti SBN,” imbuhnya.

Pendekatan tersebut, lanjut Ali, penting agar Danantara tetap memiliki ruang fleksibilitas dalam menyalurkan pendanaan ke proyek-proyek prioritas tanpa mengorbankan likuiditas jangka pendek. Selain itu, porsi cadangan juga diharapkan dapat menopang stabilitas pasar modal domestik.

Beda dari Sovereign Wealth Fund Negara Lain

Ali menegaskan bahwa Danantara Indonesia memiliki karakteristik berbeda dibanding Sovereign Wealth Fund (SWF) di negara lain. Ia menjelaskan, sumber pendanaan Danantara Indonesia murni berasal dari dividen BUMN dan sepenuhnya dalam mata uang rupiah, bukan dari hasil ekspor komoditas atau cadangan devisa.

“Pendanaan kami seluruhnya bersumber dari dividen BUMN dan dalam rupiah. Jadi sifatnya lebih domestik, tidak seperti sovereign fund yang berasal dari hasil minyak atau dollar,” jelasnya.

Menurut Ali, sekitar 60 persen alokasi investasi langsung diarahkan ke proyek- proyek berskala besar, kompleks, serta berdampak jangka panjang.

Sementara itu, sebagian lainnya akan dialokasikan untuk quick win pipelines yang melibatkan kerja sama dengan sektor swasta.

Salah satu proyek yang tengah dipertimbangkan adalah Waste to Energy (WtE), yang dinilai relevan dengan kebutuhan pengelolaan sampah perkotaan dan transisi menuju energi bersih.

“Proyek-proyek ini membutuhkan waktu. Misalnya pembangunan hydropower plant saja bisa empat hingga lima tahun. Karena itu, ekspektasi hasil harus realistis,” kata dia.

Lebih lanjut, Ali menekankan bahwa kombinasi investasi langsung dan pasar modal akan memberikan multiplier effect besar bagi perekonomian, terutama dari sisi energi, pangan, dan kapital nasional.

“Kami memastikan investasi yang dilakukan bukan hanya terlihat di atas kertas, tetapi benar-benar memberi manfaat jangka panjang bagi masyarakat,” ujar Ali.

Sebelumnya Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa mengungkapkan, bahwa Danantara menaruh sebagian besar dividen BUMN yang diterimanya tahun ini untuk membeli surat utang atau obligasi. Pasalnya, Danantara membutuhkan dana dari imbal hasil obligasi ini untuk mengejar pembiayaan proyek mereka yang akan datang.

Keputusan tersebut dikritik Purbaya, lantaran seharusnya dividen BUMN tersebut yang hampir Rp 90 triliun dapat digunakan untuk membayar utang kereta cepat.

"Saya tadi sempat kritik, kalau Anda taruh obligasi segitu banyak di pemerintah, keahlian Anda apa? Tapi mereka bilang ini kan hanya tiga bulan terakhir ini karena enggak sempat kan buat proyek," kata Purbaya.

 

Tag:  #danantara #sebut #penempatan #dana #untuk #jaga #likuiditas

KOMENTAR