



Ekspor Produk Beku Meningkat, Industri Logistik Perikanan Indonesia Kebut Infrastruktur Rantai Dingin
- Dalam beberapa tahun terakhir, permintaan global terhadap produk perikanan beku dari Indonesia terus menanjak. Tren gaya hidup praktis, kebutuhan pasar ekspor, hingga kesadaran akan keamanan pangan membuat sektor ini bergerak cepat.
Berdasarkan data terakhir dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), dari Oktober 2023 hingga September 2024, volume ekspor ikan beku mencapai sekitar 14.300 pengiriman, atau naik sekitar 65 persen dibandingkan periode sebelumnya.
Selain itu, pangsa pasar terus melebar, mulai dari Amerika Serikat, Tiongkok, hingga Malaysia dan negara-negara berkembang lainnya.
Mengikuti tren positif tersebut, salah satu yang ikut berbenah adalah sektor logistik, khususnya sistem rantai dingin (cold chain) yang menjadi tulang punggung pengiriman produk beku ke dalam dan luar negeri.
Menjawab tantangan ini, PT Sanjaya Internasional Fishery (SIF), perusahaan pengolahan hasil laut, menggandeng MGM Bosco Logistics untuk membangun fasilitas cold storage modern di Cikarang, Kabupaten Bekasi. Kerja sama ini menjadi langkah konkret dalam memperkuat infrastruktur logistik perikanan Indonesia.
Dengan kapasitas penyimpanan bersuhu -25°C hingga +5°C, fasilitas ini dirancang khusus untuk menjaga kesegaran produk seperti ikan segar, hasil laut beku, dan produk olahan. Tak hanya untuk distribusi domestik, fasilitas ini juga disiapkan untuk memenuhi kebutuhan ekspor ke pasar global yang semakin menuntut standar tinggi dalam penanganan produk makanan laut.
“Permintaan produk beku, khususnya hasil perikanan Indonesia, terus tumbuh baik dari dalam maupun luar negeri. Tanpa sistem cold chain yang andal, kita bisa kehilangan banyak peluang,” ujar Hong Peng, Presiden Direktur SIF melalui keterangannya.
Mengapa Produk Beku Jadi Primadona?
Produk makanan beku, terutama dari sektor perikanan, kini tidak hanya diminati restoran atau hotel besar. Konsumen rumahan pun semakin menggemari produk beku karena praktis, tahan lama, dan bisa tetap segar jika ditangani dengan benar.
Dalam konteks ekspor, negara-negara tujuan seperti Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa menuntut kualitas prima dengan pengawasan ketat selama distribusi.
Itulah mengapa sistem cold chain tidak bisa diabaikan. Tanpa penyimpanan dan distribusi suhu terkendali, produk bisa rusak sebelum tiba di tujuan. Bahkan, satu titik gangguan saja dalam rantai dingin bisa membuat nilai jual produk anjlok.
Sebagai pemain besar di bidang logistik rantai dingin, MGM Bosco Logistics tak hanya menyediakan ruang penyimpanan dingin, tetapi juga mengelola seluruh operasional, mulai dari manajemen suhu, standar kebersihan, hingga keamanan kerja.
“Yang kami tawarkan bukan hanya gudang, tapi sistem dan keahlian. Kami tangani seluruh alur logistik agar partner bisa fokus pada bisnis intinya,” jelas M. Shah Durani, Direktur Komersial dan Operasional MGM Bosco dalam kesempatan yang sama.
Dalam kerja sama ini, MGM Bosco juga menerapkan standar HSE (Health, Safety, Environment) dan menyediakan tenaga ahli untuk memastikan pengelolaan dilakukan secara efisien dan higienis.
Fasilitas baru ini juga memiliki layanan packing production yang terintegrasi, yang memungkinkan proses penyimpanan dan pengemasan dilakukan secara bersamaan. Hal ini tidak hanya menghemat waktu, tapi juga menjaga kualitas produk tetap konsisten.
Beroperasi di Cikarang, lokasi strategis ini memungkinkan distribusi cepat ke pelabuhan dan pusat logistik utama di Pulau Jawa. Fasilitas ini pun siap menjadi pusat distribusi utama produk perikanan SIF untuk pasar nasional dan ekspor.
Tag: #ekspor #produk #beku #meningkat #industri #logistik #perikanan #indonesia #kebut #infrastruktur #rantai #dingin