



Bioavtur dari Minyak Jelantah Jadi Bahan Bakar Pesawat Bikin Harga Tiket Mahal?
- Pengamat Penerbangan Gatot Rahardjo menyatakan bahwa rencana pemerintah untuk menggunakan bioavtur dari minyak jelantah di industri penerbangan cukup baik karena ramah lingkungan.
Namun, yang menjadi catatan dan perlu diperhatikan adalah persoalan harga.
Gatot menyebut harga untuk minyak jelantah cenderung mahal dan jumlah produksinya juga terbatas.
“Kalau sudah menjadi bioavtur, itu sudah aman digunakan. Tapi masalahnya adalah harganya yang masih mahal dan jumlah produksinya terbatas. Kalau harga bioavturnya mahal dan jumlahnya terbatas, tentu saja ini tidak worth it bagi maskapai,” ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Selasa (17/6/2025).
Bahkan sebut Gatot, penggunaan bahan bakar bioavtur dari minyak jelantah ini berpotensi untuk membuat harga tiket pesawat menjadi semakin mahal.
“Karena akan membuat biaya produksi meningkat dan nantinya harga tiket juga naik. Padahal tarif batas atas tiket pesawat tidak naik. Kalau maskapai pakai bioavtur saat ini, tentu akan rugi bahkan bisa bangkrut,” katanya.
“Jadi harus dipastikan dulu maskapai tidak rugi saat pakai bioavtur, terutama terkait harganya harus setara dengan avtur biasa, produksinya kontinyu, dan distribusinya merata di seluruh Indonesia atau tarif pesawat dinaikkan sesuai dengan harga bioavturnya,” sambungnya.
Selama ini kata dia, Singapura menjadi salah satu negara yang memproduksi bioavtur dari minyak jelantah, dengan bahan baku dari Indonesia. Hasil produksinya pun diekspor ke Amerika Serikat (AS).
Oleh karena itu, Gatot menilai apabila maskapai diharuskan menggunakan bioavtur dari minyak jelantah, produksi dan bahan bakunya harus dipastikan dalam kapasitas banyak dan selalu tersedia.
Bahkan ini juga menjadi momentum bagi pemerintah untuk tidak hanya mengatur tata kelola minyak goreng saja, melainkan juga tata kelola minyak jelantah.
“Kalau potensi produksinya, bioavtur dari minyak jelantah ini di Indonesia sangat besar karena kita banyak memproduksi minyak jelantah, tapi selama ini belum dikumpulkan secara baik dan yang sudah terkumpul justru diekspor ke Singapura,” jelasnya.
Sebagai informasi, pemerintah menargetkan bisa mengimplementasikan sustainable aviation fuel (SAF) atau bioavtur dengan campuran 5 persen pada tahun ini.
Target tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 8 Tahun tentang Penetapan Aksi Mitigasi Perubahan Iklim Sektor Transportasi untuk Pencapaian Target Kontribusi yang Ditetapkan Secara Nasional.
Inspektur Kelaikan Udara Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Sayuta Senobua mengatakan, target dalam Keputusan Menteri Perhubungan tersebut sejalan dengan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 12 Tahun 2015.
Sayuta menuturkan, implementasi bioavtur untuk industri penerbangan di Indonesia sebetulnya ditargetkan sejak Permen ESDM Nomor 12 Tahun 2015.
Dalam permen tersebut, campuran bioavtur ditargetkan mencapai 2 persen pada 2016, 3 persen pada 2020, dan 5 persen pada 2025.
Tag: #bioavtur #dari #minyak #jelantah #jadi #bahan #bakar #pesawat #bikin #harga #tiket #mahal