Bappenas Ungkap Kekurangan Gizi Mikro Berdampak Buruk Bagi Ekonomi Nasional
Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Kementerian PPN/Bappenas Diah Lenggogeni saat gelaran LSFF di Jakarta. KOMPAS.com- Suparjo Ramalan(Suparjo Ramalan )
20:20
12 Juni 2025

Bappenas Ungkap Kekurangan Gizi Mikro Berdampak Buruk Bagi Ekonomi Nasional

— Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Bappenas menilai kekurangan gizi mikro berdampak serius. Tak hanya merugikan individu, kondisi ini juga menghambat pertumbuhan ekonomi nasional.

Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas Diah Lenggogeni menyebut fortifikasi pangan sebagai langkah penting. Menurutnya, kebijakan ini menjadi investasi pembangunan sumber daya manusia yang menyentuh semua lapisan masyarakat.

Langkah tersebut dinilai selaras dengan target pembangunan berkelanjutan dan visi Indonesia Emas 2045.

“Forum ini menjadi wadah yang sangat baik untuk koordinasi lintas sektor yang melibatkan berbagai unsur dari pemerintah pusat, daerah, asosiasi produsen pangan, akademisi serta lembaga swadaya masyarakat,” ujar Diah dalam acara Large Scale Food Fortification (LSFF) untuk Kesehatan, Status Gizi, dan Produktivitas di Jakarta, Senin (12/6/2025).

Diah mengapresiasi peluncuran Millers for Nutrition di Indonesia. Ia berharap koalisi ini berkontribusi dalam menyelaraskan kebijakan dan membangun komunikasi dengan pelaku industri untuk memperkuat fortifikasi pangan skala besar.

“Kami juga harapkan partisipasinya dalam ruang dialog sehingga kebijakan yang disiapkan tidak hanya bersifat instruktif tetapi juga partisipatif dan berorientasi pada solusi yang ditopang komitmen nyata pelaku industri dan mitra usaha sebagai ujung tombak fortifikasi pangan,” kata Diah.

Fortifikasi pangan dinilai menjadi intervensi penting. Pengayaan zat gizi pada bahan pokok seperti tepung terigu, minyak goreng, dan beras dibutuhkan untuk menangani kekurangan iodium, zat besi, dan vitamin A. Masalah ini berdampak pada produktivitas masyarakat dan pembangunan ekonomi jangka panjang.

Millers for Nutrition merupakan koalisi global yang mendukung pelaku industri pangan dalam proses fortifikasi. Koalisi ini resmi hadir di Indonesia dan didukung oleh TechnoServe.

Direktur Yayasan Kegizian untuk Pengembangan Fortifikasi Pangan Indonesia (KFI), Nina Sardjunani, menjelaskan kolaborasi antara KFI dan TechnoServe dibangun atas dasar kepentingan bersama. Tujuannya memastikan fortifikasi pangan dilakukan secara berkelanjutan dan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

“KFI dan TechnoServe melalui program Millers for Nutrition akan melakukan upaya berkelanjutan menjaga konsistensi kebijakan fortifikasi pangan wajib dan kualitas implementasinya,” ujar Nina.

Senior Practice Lead TechnoServe & Program Lead Millers for Nutrition Asia, Monojit Indra, menambahkan pendekatan Millers for Nutrition bersifat kolaboratif. Program ini membangun kerja sama dengan pelaku industri tepung terigu, beras, dan minyak goreng.

“Kami ingin membantu memecahkan masalah terkait produksi, terkait regulasi yang dihadapi pelaku usaha dalam hal fortifikasi pangan. Untuk menyelesaikan masalah ini kami melakukan kerja sama strategis dengan para pakar kelas dunia dalam hal fortifikasi pangan,” ujar Monojit.

Program Millers for Nutrition dimulai pada 2023 dan didanai oleh Gates Foundation. Saat ini, program telah berjalan di delapan negara: India, Indonesia, Bangladesh, Pakistan, Kenya, Ethiopia, Tanzania, dan Nigeria.

TechnoServe menargetkan 1 miliar orang mendapatkan makanan pokok yang terfortifikasi secara layak pada 2026.

“Target yang sangat berat tapi kami berharap dengan kemitraan yang tepat, kami dapat mencapai target itu,” ujar Monojit.

Tag:  #bappenas #ungkap #kekurangan #gizi #mikro #berdampak #buruk #bagi #ekonomi #nasional

KOMENTAR