Alasan LG Mundur dari Proyek Baterai EV di Indonesia: Kondisi Pasar dan Lingkungan Investasi
Logo LG terpampang di halaman depan kantor pusat LG Twin Towers, yang berlokasi Seoul, Korea Selatan(KOMPAS.com/Yudha Pratomo)
09:28
22 April 2025

Alasan LG Mundur dari Proyek Baterai EV di Indonesia: Kondisi Pasar dan Lingkungan Investasi

LG Energy Solution (LGES) dari Korea Selatan resmi menarik diri dari proyek besar senilai Rp 142 triliun (sekitar 8,45 miliar dolar AS) yang direncanakan untuk mengembangkan pembuatan baterai kendaraan listrik di Indonesia.

Pengumuman tersebut disampaikan perusahaan pada Senin (21/4/2025).

Pada akhir 2020, LGES dan pemerintah Indonesia menandatangani kesepakatan untuk proyek yang dikenal sebagai Indonesia Grand Package.

Proyek ini melibatkan investasi di seluruh rantai pasokan baterai kendaraan listrik di Indonesia, negara Asia Tenggara yang sedang berkembang pesat di sektor kendaraan listrik.

"Dengan mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk kondisi pasar dan lingkungan investasi, kami telah sepakat untuk secara resmi menarik diri dari proyek GP (Grand Package) Indonesia," kata LGES dalam sebuah pernyataan resmi yang dilansir Reuters.

Meskipun mundur dari proyek tersebut, LGES menyatakan tetap berkomitmen untuk menjajaki berbagai bentuk kerja sama dengan pemerintah Indonesia, terutama yang berfokus pada usaha patungan pengembangan baterai, yakni HLI Green Power.

HLI Green Power sendiri adalah usaha patungan yang dipimpin oleh LGES dan Hyundai Motor Group.

Tahun lalu, perusahaan ini meresmikan pabrik produksi sel baterai pertama di Indonesia dengan kapasitas tahunan mencapai 10 gigawatt jam. Pabrik ini direncanakan akan diperluas pada tahap investasi kedua.

Meskipun LGES mundur, pemerintah Indonesia tetap optimistis terhadap masa depan industri baterai kendaraan listrik di Tanah Air.

Direktur Jenderal Mineral dan Batubara (Dirjen Minerba) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Tri Winarno mengatakan, Indonesia akan terus mencari investor asing untuk berkolaborasi dengan perusahaan lokal guna mengembangkan industri baterai, dengan memanfaatkan cadangan nikel yang melimpah di dalam negeri.

"Meskipun LG telah keluar, Indonesia tetap yakin nikel kita lebih kompetitif dibandingkan negara lain," kata Tri kepada wartawan.

Aneka Tambang (Antam), perusahaan tambang milik negara Indonesia yang sebelumnya berencana membentuk usaha patungan dengan LGES untuk menambang nikel, tetap berkomitmen untuk bekerja sama dengan perusahaan lain dalam memasok nikel untuk produksi baterai.

Sementara itu, Indonesia Battery Corporation (IBC), perusahaan negara yang juga sempat berencana bermitra dengan LGES, tidak memberikan komentar terkait perkembangan terbaru ini.

Tag:  #alasan #mundur #dari #proyek #baterai #indonesia #kondisi #pasar #lingkungan #investasi

KOMENTAR