![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/view.png)
![Museum Sangiran, Lorong Waktu Jejak Peradaban Nenek Moyang Bangsa Indonesia](https://jakarta365.net/uploads/2025/02/09/kompas/museum-sangiran-lorong-waktu-jejak-peradaban-nenek-moyang-bangsa-indonesia-1168516.jpg)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/clock-d.png)
![](https://jakarta365.net/public/assets/img/icon/calendar-d.png)
Museum Sangiran, Lorong Waktu Jejak Peradaban Nenek Moyang Bangsa Indonesia
- Situs Manusia Purba Sangiran, yang dikenal sebagai Homeland of Java Man, merupakan salah satu situs arkeologi paling penting di dunia yang berlokasi di Kabupaten Sragen dan Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.
Situs ini menyimpan sejarah panjang mengenai evolusi manusia, fauna, dan budaya dalam kurun waktu 2,4 juta tahun terakhir.
Dengan lima klaster utama, Bukuran, Krikilan, Manyarejo, Ngebung, dan Dayu, Sangiran menawarkan wawasan mendalam tentang kehidupan masa lalu melalui berbagai temuan arkeologi yang berharga.
Jejak evolusi manusia di Sangiran
Sangiran menjadi saksi bisu perjalanan panjang peradaban manusia. Berbagai temuan penting telah ditemukan di situs ini.
Salah satunya adalah Sangiran 17 (S17), fosil Homo erectus terlengkap di Asia Tenggara yang berusia sekitar 1,5 juta tahun. Penemuan ini memperkuat posisi Indonesia dalam sejarah evolusi manusia dunia.
Lihat postingan ini di Instagram
Klaster Bukuran, sebagai situs pertama, merupakan lokasi utama penemuan Homo erectus. Fosil-fosil yang ditemukan di sini tidak hanya berasal dari Sangiran, tetapi juga dari berbagai situs paleoantropologi dunia.
Selain itu, pengunjung dapat menikmati narasi audio-visual dan diorama yang merekonstruksi tiga tipe Homo erectus, yakni Arkaik, Tipik, dan Progresif.
Koleksi fosil dan rekonstruksi kehidupan purba
Klaster Krikilan menampilkan koleksi luar biasa, termasuk rekonstruksi Homo erectus dari fosil Sangiran 17 dan berbagai artefak purba lainnya.
Di klaster ini, pengunjung juga dapat melihat diorama yang menggambarkan hewan-hewan purba seperti gajah (Mastodon, Stegodon, dan Elephas), kerbau, banteng, rusa, serta kuda sungai.
Sementara itu, Museum Lapangan Manyarejo menjadi contoh kolaborasi antara pengetahuan ilmiah dan tradisi lokal dalam penggalian fosil.
Koleksi museum ini mencakup berbagai fragmen tulang rusuk dan panggul gajah serta tengkorak banteng, yang memberikan wawasan mengenai kehidupan fauna purba di kawasan Sangiran.
Di klaster Ngebung, pengunjung dapat menjelajahi artefak budaya serta fosil binatang dari Pleistosen Bawah hingga Tengah. Koleksi ini merepresentasikan kehidupan dan kebudayaan manusia purba di Sangiran yang telah ada sejak jutaan tahun lalu.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon saat berkunjung ke Museum Sangiran, Sabtu (8/2/2025).
Berbeda dengan klaster lainnya, Museum Dayu yang terletak di Karanganyar menampilkan sejarah evolusi lingkungan Sangiran.
Museum ini menggambarkan bagaimana wilayah ini mengalami perubahan dari rawa hingga daratan akibat erupsi gunung api purba, melalui lima lapisan geologi utama: Formasi Kalibeng, Pucangan, Grenzbenk, Kabuh, dan Notopuro.
Warisan dunia yang menjadi kebanggaan bangsa
Dengan berbagai penemuan penting yang tersimpan di lima klaster tersebut, Sangiran menjadi bukti bahwa nenek moyang bangsa Indonesia memiliki peran besar dalam peradaban dunia.
Keunikan dan nilai ilmiahnya menjadikan Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO sejak 5 Desember 1996. Situs ini bahkan menjadi lokasi ditemukannya lebih dari 50 persen fosil Homo erectus dunia, termasuk Meganthropus paleojavanicus.
Menteri Kebudayaan Indonesia Fadli Zon menegaskan bahwa jelajah museum di Sangiran bukan hanya menjadi sarana edukasi.
"Tetapi juga memperkuat pemahaman bahwa Indonesia adalah salah satu pusat peradaban tertua di dunia," kata dia dalam rilis Kementerian Kebudayaan yang Kompascom terima, Sabtu (8/2/2025).
Fadli Zon juga menekankan pentingnya upaya pemerintah dalam memperkuat literasi sejarah bagi masyarakat dan generasi muda, guna menumbuhkan rasa bangga terhadap warisan peradaban bangsa.
Tag: #museum #sangiran #lorong #waktu #jejak #peradaban #nenek #moyang #bangsa #indonesia