Gagal Total di Metaverse, Bos Facebook Pede Cuan dari AI
Ilustrasi Metaverse. (Pixabay)
11:24
25 April 2024

Gagal Total di Metaverse, Bos Facebook Pede Cuan dari AI

CEO Meta Mark Zuckerberg merasa yakin kalau perusahaan induk Facebook-WhatsApp-Instagram itu bakal untung dari teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

Perusahaan asal Amerika Serikat itu baru saja meluncurkan pesaing chatbot AI ChatGPT bernama Meta AI. Teknologi ini sudah mulai diuji coba di Facebook, Instagram, hingga WhatsApp.

Dalam laporan pendapatan perusahaan, Meta sukses meningkatkan laba bersih lebih dari 12 miliar Dolar AS atau Rp 194 triliun. Sedangkan pendapatan kuartal terakhir Meta berhasil tembus 36,5 miliar Dolar AS atau Rp 591 triliun.

Meski untung banyak, Zuckerberg memprediksi kalau pertumbuhan Meta akan lambat di masa depan. Sebab mereka tak hanya investasi di AI, tapi juga metaverse.

“Secara historis, berinvestasi untuk membangun pengalaman berskala baru dalam aplikasi kami telah menjadi investasi jangka panjang yang sangat baik bagi kami dan bagi investor yang tetap bersama kami,” kata Zuckerberg dalam laporan pendapatan Q1 2024, dikutip dari The Verge, Kamis (25/4/2024).

"Tanda-tanda awalnya juga cukup positif di sini. Namun membangun AI terdepan juga merupakan tugas yang lebih besar dibandingkan pengalaman lain yang telah kami tambahkan ke aplikasi kami, dan hal ini kemungkinan akan memakan waktu beberapa tahun," lanjut dia.

Meta AI sendiri diakuinya sudah dicoba jutaan orang sejak tersedia minggu lalu. Saat ini memang masih gratis, namun Meta bakal memonetisasi produk tersebut.

“Ada beberapa cara untuk membangun bisnis besar-besaran di sini, termasuk meningkatkan perpesanan bisnis, memperkenalkan iklan atau konten berbayar ke dalam interaksi AI, dan memungkinkan orang membayar untuk menggunakan model AI yang lebih besar dan mengakses lebih banyak komputasi,” kata Zuckerberg.

“Dan yang lebih penting lagi, AI telah membantu kami meningkatkan keterlibatan aplikasi, yang secara alami akan menghasilkan lebih banyak iklan dan meningkatkan kualitas iklan secara langsung untuk memberikan lebih banyak nilai," beber dia.

Rencananya, Zuckerberg bakal menampilkan iklan lewat aplikasi Meta AI tersebut. Pendekatan ini sedikit berbeda dengan ChatGPT OpenAI yang lebih fokus pada langganan, tapi tanpa iklan.

Metaverse gagal total

Sebelumnya Meta rela menghabiskan miliaran Dolar AS untuk membuat proyek metaverse, dunia virtual tiga dimensi. Namun sepertinya impian CEO Meta Mark Zuckerberg itu tidak sesuai ekspektasi.

Pasalnya, saat ini dunia virtual reality (VR) tengah anjlok. Perangkat seperti headset VR hingga kacamata augmented reality (AR) di Amerika Serikat justru menurun drastis.

Penjualan headset VR dan kacamata AR jeblok hingga 40 persen menjadi 664 juta Dolar AS atau Rp 10,2 triliun selama tahun 2023, sebagaimana dilaporkan CNBC International, Kamis (21/12/2023).

Angka tersebut jauh apabila dibandingkan dengan tahun 2022 lalu, ketika perangkat VR dan AR menurun 2 persen dengan nilai 1,1 miliar Dolar AS atau sekitar Rp 17 triliun.

Penurunan dua tahun ini mengisyaratkan tantangan untuk Meta yang amat vokal menggemborkan metaverse. Lebih lagi, Zuckerberg rela mengganti nama perusahaan menjadi Meta untuk mengimplementasikan rencana tersebut.

Zuckerberg sendiri mengakui kalau pengembangan teknologi metaverse kira-kira memerlukan waktu hingga satu dekade. Namun Meta diperingatkan untuk realistis karena sudah habis jutaan Dolar AS.

Divisi Reality Labs Meta misalnya, yang mengembangkan teknologi VR dan AR, kehilangan 3,7 miliar Dolar AS (Rp 57 triliun) pada kuartal tiga (Q3 2023) dengan penjualan hanya 210 juta Dolar AS (Rp 3,2 triliun).

Secara total, divisi tersebut telah merugi sekitar 25 miliar Dolar AS (Rp 387 triliun) sejak awal tahun 2022, tak lama setelah Zuckerberg mengganti nama perusahaannya menjadi Meta.

Meta menolak mengomentari fenomena anjloknya pasar perangkat VR dan AR ini. Namun Chief Technology Officer Andrew Bosworth sempat menyebut kalau teknologi metaverse memang memerlukan taruhan jangka panjang.

“Membuat taruhan jangka panjang pada teknologi baru tidaklah mudah. Tidak ada jaminan berhasil, dan tentunya tidak murah. Ini juga merupakan salah satu hal paling berharga yang dapat dilakukan oleh perusahaan teknologi, dan satu-satunya cara untuk tetap relevan dalam jangka panjang," tulis Bosworth dalam blog resmi Meta.

Editor: Dicky Prastya

Tag:  #gagal #total #metaverse #facebook #pede #cuan #dari

KOMENTAR