Tiongkok Pimpin Penggunaan dan Produksi Mobil Listrik, Jepang Unggul Jualan hibrida,
- Dalam beberapa tahun terakhir, industri kendaraan listrik (electric vehicle/EV) di Asia Pasifik telah melonjak. Tiongkok memimpin dalam penggunaan dan produksi.
Sementara Jepang unggul dalam penjualan hibrida, dan pasar India mulai menyusul. Di Indonesia, peralihan ke EV telah menunjukkan perkembangan positif.
Secara global, pasar EV mengalami pertumbuhan yang didorong meningkatnya kepedulian lingkungan, insentif pemerintah, dan kemajuan teknologi. Pasar utama, seperti Tiongkok, Eropa, dan Amerika Serikat, memimpin dalam adopsi EV, dengan kebijakan kuat yang mendukung transisi ke mobilitas listrik.
Pada tahun 2030, banyak negara telah menetapkan target ambisius untuk menghapus Mesin Pembakaran Dalam (Internal Combustion Engines/ICE), yang semakin mendorong industri EV.
Menurut PwC Indonesia yang telah melakukan studi mengenai kesiapan kendaraan listrik Indonesia di 2024 untuk mempresentasikan kondisi adopsi EV saat ini, pendorong transformasi, tantangan, dan perspektif konsumen di berbagai segmen.
Sebagai bagian dari studi global di 27 wilayah, ini memungkinkan perbandingan antara Indonesia dan pasar lain di Asia Pasifik (APAC), Amerika Latin (LATAM), Amerika Utara (NA), Eropa, Timur Tengah dan Afrika (EMEA)
Studi ini mengidentifikasi tiga segmen responden di pasar: pemilik EV, prospek EV, dan skeptis EV. Dengan hanya 7% responden yang sudah memiliki EV, 93% sisanya terbagi antara 78% yang berniat membeli satu dalam lima tahun ke depan dan 15% yang tetap skeptis.
Selain itu, 60% responden pemilik EV adalah perempuan, 51% prospek EV adalah perempuan, dan 55% skeptis EV adalah laki-laki.
Dinamika ini menyoroti potensi pasar Indonesia yang belum terjamah, yang jika dimanfaatkan secara efektif, dapat menempatkan negara ini sebagai salah satu pemimpin di kawasan ini.
Selain itu, dengan sumber daya nikel melimpah yang merupakan bahan baku penting untuk baterai, Indonesia siap menjadi pemain kunci di pasar baterai EV, sehingga dapat menarik investasi dan pengembangan yang signifikan.
Hendra Lie, PwC Indonesia Automotive Leader, menyampaikan, Kamis (14/11) dengan menerapkan kebijakan strategis dan menawarkan insentif yang menarik.
Indonesia tidak hanya dapat meningkatkan kemampuan pengolahan nikel tetapi juga mendorong pertumbuhan manufaktur EV dan baterai domestik.
"Ini menempatkan Indonesia sebagai kontributor utama dalam pergeseran global menuju transportasi berkelanjutan," ujarnya.
Mobil EV Bekas
Temuan signifikan lainnya adalah bahwa pasar EV bekas di Indonesia masih dalam tahap awal. Berbeda dengan wilayah yang lebih berkembang, di mana EV bekas populer, hanya 20% pemilik saat ini di Indonesia yang tertarik membeli EV bekas.
Pemilik EV khawatir tentang degradasi baterai (55%) dan kerusakan tersembunyi yang mungkin muncul di masa depan (53%), serta kurangnya garansi (45%).
Di pasar EV bekas, peluang meliputi peningkatan pasokan, pengalaman konsumen, jaminan after sales, dan kemajuan teknologi.
Namun, tantangan seperti kekhawatiran tentang masa pakai baterai dan biaya penggantian, kesadaran yang terbatas, kurangnya stasiun pengisian, dan tingkat depresiasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan kendaraan tradisional masih ada.
Tag: #tiongkok #pimpin #penggunaan #produksi #mobil #listrik #jepang #unggul #jualan #hibrida