Arti Kata Rage Bait yang Jadi Word of The Year
- Oxford Languages resmi menobatkan “rage bait” sebagai Oxford Word of the Year 2025. Istilah ini dipilih setelah melalui proses kurasi pakar bahasa, pertimbangan analisis data linguistik, serta polling publik yang melibatkan lebih dari 30.000 peserta.
“Rage bait” dinilai paling merefleksikan percakapan global sepanjang 2025, terutama di tengah maraknya gejolak sosial, perdebatan regulasi konten digital, hingga kecemasan publik soal kesehatan mental online.
Peningkatan penggunaannya yang melonjak tiga kali lipat dalam setahun terakhir menunjukkan betapa eratnya istilah ini dengan budaya internet saat ini. Lantas apa arti ‘Rage bait’ sebenarnya? Selengkapnya berikut ini ulasannya.
Arti kata ‘Rage bait’
Dilansir dari laman BBC, istilah rage bait menggambarkan sebuah taktik manipulatif di ruang digital yang semakin sering ditemui di media sosial. Meski sebagian pengguna mungkin belum mengenal istilahnya, kemungkinan besar mereka pernah menjadi sasaran praktik ini.
Rage bait merujuk pada konten yang sengaja dibuat provokatif, ofensif, atau memicu frustrasi guna menimbulkan kemarahan warganet. Tujuannya jelas, mendorong lonjakan respons emosional sehingga interaksi meningkat, baik berupa komentar, klik, maupun penyebaran ulang konten.
BBC menegaskan bahwa fenomena ini tidak sekadar soal headline yang “menggoda” perhatian seperti klikbait. Rage bait memiliki agenda lebih spesifik, yakni membangkitkan amarah agar algoritma platform menganggap konten tersebut relevan untuk terus dipromosikan.
Dalam 12 bulan terakhir, penggunaannya meningkat tiga kali lipat, menunjukkan betapa dominannya strategi berbasis kemarahan dalam kultur internet modern. Rage bait pun terpilih sebagai Oxford Word of the Year 2025, mengalahkan dua istilah lain yaitu aura farming dan biohack.
Menurut Oxford University Press, ledakan penggunaan istilah ini merefleksikan meningkatnya kesadaran publik tentang teknik manipulasi emosi di dunia maya. Jika dulu internet hanya mengandalkan rasa penasaran untuk merebut perhatian pengguna, kini algoritma cenderung mengamplifikasi konten yang mempolarisasi opini dan memancing reaksi negatif.
Presiden Oxford Languages, Casper Grathwohl, menyebut fenomena ini sebagai evolusi cara manusia memaknai perhatian, keterlibatan, dan etika digital, di tengah era ketika kedekatan teknologi dan kecerdasan buatan makin membaur dengan kehidupan sehari-hari.
Dalam konteks psikologi digital, ‘rage bait’ juga terlihat sebagai siklus yang saling menguatkan. Konten provokatif memicu respons emosional, engagement tersebut diperbanyak oleh algoritma platform, lalu paparan berulang yang penuh kemarahan meninggalkan jejak kelelahan mental pada penggunanya.
Pola ini juga selaras dengan Word of the Year tahun sebelumnya, ‘brain rot’, yang menggambarkan efek penurunan kualitas mental akibat konsumsi konten tanpa henti. Keduanya menjadi cerminan ekstrem budaya daring, seperti keterlibatan tinggi, tetapi dengan biaya emosional.
BBC juga mencatat bahwa fenomena ini turut memunculkan istilah terkait seperti ‘rage farming’, yakni praktik konsisten “menyemai” konten pemantik konflik dalam jangka panjang.
Biasanya hal ini muncul melalui narasi misinformasi, teori konspirasi, atau isu sensitif yang sengaja dipelintir untuk memecah opini publik.
Dalam konteks politik, strategi ini sering dimanfaatkan untuk membentuk persepsi atau mencari dukungan lewat sentimen emosional. Dengan kata lain, ‘rage bait’ bukan sekadar istilah leksikal, tetapi indikator penting yang menggambarkan iklim percakapan publik sepanjang 2025.
Demikian ulasan mengenai arti rage bait yang menjadi Oxford Word of The Year 2025. Semoga bermanfaat.
Dapatkan update berita teknologi dan gadget pilihan setiap hari. Mari bergabung di Kanal WhatsApp KompasTekno.
Caranya klik link https://whatsapp.com/channel/0029VaCVYKk89ine5YSjZh1a. Anda harus install aplikasi WhatsApp terlebih dulu di ponsel.