Skandal Kecurangan Pemakaian AI Guncang Kampus Elite Korea Selatan
Ilustrasi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI). (WIKIMEDIA COMMONS/JERNEJ FURMAN)
19:39
17 November 2025

Skandal Kecurangan Pemakaian AI Guncang Kampus Elite Korea Selatan

– Integritas akademik di era digital kembali terguncang. Skandal kecurangan terkait kecerdasan buatan (AI) melanda sejumlah universitas di Korea Selatan.

Skandal tersebut terjadi di tiga universitas yang bisa dibilang cukup bergengsi, yaitu Seoul National University, Yonsei University, dan Korea University.

Insiden paling mencolok terjadi di Yonsei University. Sekitar 190 mahasiswa tertangkap basah curang saat ujian tengah semester (UTS) untuk mata kuliah pemrosesan bahasa alami.

Mata kuliah daring yang diikuti oleh 600 mahasiswa ini menggunakan sistem ujian pilihan ganda, yang kemudian dimanfaatkan untuk kecurangan massal.

Masalah ini terungkap ketika jajak pendapat di forum online mahasiswa Yonsei menunjukkan 190 dari 353 responden mengaku menggunakan metode tidak sah saat ujian.

Seorang profesor mata kuliah tersebut berjanji mengambil tindakan tegas. Mahasiswa yang menyerahkan diri akan mendapatkan nilai nol di UTS, tetapi terhindar dari sanksi lanjutan. Bagi mereka yang tidak mengaku, bakal kena ancaman skorsing sesuai peraturan kampus.

Kecurangan di SNU dan Korea University

Kasus serupa turut mencuat di Seoul National University (SNU). Dalam UTS mata kuliah statistik pada Oktober lalu, sejumlah mahasiswa juga ketahuan menggunakan tools AI untuk menyelesaikan soal.

Berbeda dengan Yonsei, ujian di SNU dilakukan secara tatap muka di dalam kelas, dan peringatan larangan penggunaan AI telah diberikan secara eksplisit. Pihak universitas kini sedang mempertimbangkan pembatalan hasil UTS dan melakukan ujian ulang.

Kecurangan lain juga terpantau di Korea University. Sekitar 500 dari 1.400 mahasiswa mata kuliah Massive Open Online Class (MOOC) tertangkap bertukar jawaban dalam grup chat saat ujian.

Meskipun banyak mahasiswa yang jujur menuntut sanksi tegas bagi pelaku, mereka mengakui bahwa penggunaan alat digital, seperti AI telah menjadi bagian tak terpisahkan dari lingkungan belajar saat ini.

"AI adalah alat yang sangat diperlukan mahasiswa saat ini," ujar Woo Jung-sik, mahasiswa senior Hanyang University, seperti dikutip KompasTekno dari KoreaTimes.

Namun, banyak mahasiswa di komunitas Korea University mengkritik pihak fakultas karena baru bertindak setelah skandal pecah. Mereka menilai, memberikan hukuman tanpa aturan yang jelas terkait integritas akademik di pembelajaran jarak jauh adalah tidak adil.

Profesor Park Joo-ho dari Hanyang University menekankan bahwa skandal ini menunjukkan tantangan yang lebih dalam, sistem pendidikan tradisional tidak lagi relevan di era AI.

"Pada era AI yang berubah cepat ini, tugas yang dapat diselesaikan dengan mudah menggunakan AI telah kehilangan maknanya," timpal seorang mahasiswa senior bernama Kim.

Para ahli menyimpulkan, universitas Korea Selatan harus segera menetapkan panduan akademik yang jelas mengenai penggunaan AI.

"Mustahil melarang total penggunaan AI," kata profesor Song Ki-chang. Namun, tanpa standar yang jelas, ketergantungan mahasiswa pada AI bisa menjadi masalah serius.

Tag:  #skandal #kecurangan #pemakaian #guncang #kampus #elite #korea #selatan

KOMENTAR