Bos Google Curhat Reaksi Pertama saat ChatGPT Rilis, Akui ''Kecolongan''
OpenAI ChatGPT. OpenAI mencapai valuasi Rp 8.316 triliun setelah transaksi penjualan saham karyawan. Angka ini melampaui valuasi SpaceX milik Elon Musk.(dig.watch)
11:06
21 Oktober 2025

Bos Google Curhat Reaksi Pertama saat ChatGPT Rilis, Akui ''Kecolongan''

Ringkasan berita:

  • Bos Google mengaku terkejut saat OpenAI meluncurkan ChatGPT pada 2022. Pichai menyebut OpenAI layak disebut pionir chatbot AI karena lebih dulu merilis produk publik.
  • Rilis ChatGPT disebut mengguncang internal Google hingga manajemen mengaktifkan status “code red”. 
  • Dua tahun setelah ChatGPT viral, Google berhasil mengejar lewat Gemini yang kini terintegrasi ke produk seperti Search, Gmail, dan Android, serta masuk 5 besar aplikasi terpopuler di App Store dan Play Store.

- CEO Alphabet dan Google, Sundar Pichai mengungkapkan reaksi dan pandangannya ketika OpenAI "tiba-tiba" merilis chatbot AI "fenomenal", ChatGPT pada November 2022.

Tak butuh waktu lama, ChatGPT pun viral dan menjadi topik panas di dunia AI.

Ketika itu, Pichai mengaku terkejut dan kecolongan start (waktu mulai) dari OpenAI. Namun, Pichai mengakui bahwa OpenAI pantas diberikan kredit sebagai pionir chatbot AI karena merilisnya lebih dulu dibanding chatbot AI Google, Gemini (awalnya bernama Bard saat rilis Maret 2023).

Bos Google: OpenAI adalah pionir

Ketika OpenAI meluncurkan ChatGPT pada November 2022, dunia teknologi mendadak berubah.

Hanya dalam hitungan minggu, chatbot yang bisa menjawab pertanyaan, menulis puisi, membuat kode, dan berdialog seperti manusia itu menjadi fenomena global.

Bagi banyak orang mungkin itu adalah kali pertama mereka merasakan langsung "keajaiban" AI secara nyata, langsung, dan gratis.

Di sisi lain, perilisan ChatGPT mungkin menjadi guncangan besar untuk Google. Selama bertahun-tahun, raksasa teknologi asal Mountain View, California ini dikenal sebagai pemimpin dunia AI lewat teknologi, seperti Google Translate, Search, DeepMind, dan sebagainya.

Dalam semalam, tiba-tiba, sebuah startup kecil dari San Francisco muncul dan merebut "panggung".

CEO Alphabet dan Google, Sundar Pichai mengungkapkan reaksi dan pandangannya ketika OpenAI tiba-tiba merilis chatbot AI fenomenal, ChatGPT pada November 2022.

YouTube/ Salesforce CEO Alphabet dan Google, Sundar Pichai mengungkapkan reaksi dan pandangannya ketika OpenAI tiba-tiba merilis chatbot AI fenomenal, ChatGPT pada November 2022.

Dalam sebuah sesi wawancara di ajang Dreamforce, CEO Salesforce Marc Benioff bertanya langsung kepada Sundar Pichai, tentang momen pertama kali mengetahui ChatGPT dirilis.

"Bagaimana rasanya bagi Google, yang selama ini dianggap “pemimpin absolut AI”, melihat “perusahaan kecil di San Francisco” meluncurkan ChatGPT lebih dulu?", tanya Benioff.

Pichai tersenyum saat mendengar pertanyaan tersebut.

“Benar, kredit memang pantas diberikan untuk OpenAI. Mereka yang pertama merilisnya” kata Pichai.

Menurut Pichai, saat itu Google sebenarnya sudah punya versi internal chatbot sendiri, tetapi belum siap untuk publik.

Timnya masih menemukan berbagai masalah dan belum mencapai standar kualitas yang dianggap pantas untuk dilepas dengan nama Google.

"Kami belum sampai di titik di mana orang akan merasa nyaman jika Google merilis produk seperti itu. Saat itu masih banyak hal yang perlu diperbaiki,” lanjut dia.

Bincang-bincang Benioff dan Pichai bisa disaksikan lewat link berikut atau video di bawah ini. Pembahasan seputar reaksi Pichai saat ChatGPT rilis bisa ditonton mulai menit ke-27.

Dari “code red” sampai lahir Gemini

Ilustrasi Gemini AIGoogle Ilustrasi Gemini AIBegitu ChatGPT diluncurkan, reaksi di dalam Google tampaknya cukup dramatis. Laporan The New York Times menyebut manajemen Google sampai mengeluarkan “code red”, kemungkinan besar sebagai tanda siaga internal.

Beberapa tim riset dilaporkan langsung dialihkan untuk fokus ke proyek AI generatif, dan Pichai memimpin langsung arah strategi baru perusahaan.

Namun, Pichai mengaku tidak melihat peluncuran ChatGPT sebagai ancaman semata, melainkan sebuah dorongan untuk mempercepat langkah Google memasuki era AI generatif.

"Bagi saya, ketika ChatGPT diluncurkan, berbeda dengan apa yang dirasakan orang lain, saya justru gembira karena saya tahu peluangnya (AI generatif) telah terbuka," ungkap bos Google sejak 2015 itu.

Pichai menjelaskan bahwa alasan utama Google tidak buru-buru meluncurkan chatbot publik pada saat itu adalah karena tingginya risiko reputasi.

Produk Google digunakan miliaran orang setiap hari, dan kesalahan kecil dalam model AI bisa berdampak besar pada kepercayaan publik.

OpenAI dinilai punya ruang eksperimen lebih bebas. Jadi, Sam Altman dan timnya bisa mengambil risiko dan memperbaiki seiring waktu. Google tidak punya "kemewahan" yang sama.

Selang sekitar empat bulan dari perilisan ChatGPT, barulah Google meluncurkan chatbot-nya sendiri bernama Bard, sebagaimana dihimpun KompasTekno dari MSN dan Business Insider, Selasa (21/10/2025).

Gemini dan ChatGPT sama-sama berada di lima besar Top Apps alias aplikasi paling banyak di-download di toko aplikasi iOS/Android. Pantauan KompasTekno, Selasa (21/10/2025), ChatGPT masih menjadi juara bertahan, sedangkan Gemini mengekorinya di posisi ke-4 (App Store) dan ke-3 (Play Store).
Apple App Store Gemini dan ChatGPT sama-sama berada di lima besar Top Apps alias aplikasi paling banyak di-download di toko aplikasi iOS/Android. Pantauan KompasTekno, Selasa (21/10/2025), ChatGPT masih menjadi juara bertahan, sedangkan Gemini mengekorinya di posisi ke-4 (App Store) dan ke-3 (Play Store). Pada Februari 2024, Google me-rebranding Bard menjadi Gemini. Setelah itu, Gemini terus berevolusi dan kini menjadi platform AI terintegrasi dan menjadi pusat ekosistem AI Google.

Ia membandingkan momen perilisan ChatGPT (di saat Google sedang menyiapkan chatbot serupa) itu dengan beberapa kejadian besar di masa lalu.

Misalnya, seperti saat Google tengah mengerjakan fitur pencarian video, lalu YouTube muncul dari nol dan kemudian mendominasi pasar. Atau ketika Facebook berkembang dengan fitur foto, lalu Instagram datang dan mengubah segalanya.

Dunia teknologi seperti punya titik balik di masing-masing era. Nah, OpenAI-ChatGPT boleh jadi menjadi titik balik era AI generatif.

Meski awalnya “dikalahkan di garis start” oleh OpenAI-ChatGPT, langkah Google setelahnya tergolong cepat dan sukses. Perusahaan mempercepat integrasi AI Gemini ke seluruh produk, mulai dari Search Generative Experience (SGE), Gmail, Docs, hingga Android.

Kini, dua tahun setelah ChatGPT mengguncang dunia, Google tampaknya sudah menemukan ritmenya kembali. Gemini mampu mengejar ketinggalan dan menjadi pesaing langsung ChatGPT. 

Popularitas Gemini juga terbilang baik, terutama belakangan Gemini viral dengan AI generatif fotonya di bawah Gemini 2.5 Flash Image "Nano Banana".

Secara posisi, ChatGPT dan Gemini, keduanya sama-sama berada di lima besar Top Apps alias aplikasi paling banyak di-download di toko aplikasi iOS/Android.

Pantauan KompasTekno, Selasa (21/10/2025), ChatGPT masih menjadi juara bertahan, sedangkan Gemini mengekorinya di posisi ke-4 (App Store) dan ke-3 (Play Store).

Tag:  #google #curhat #reaksi #pertama #saat #chatgpt #rilis #akui #kecolongan

KOMENTAR