Selain Mitigasi, Resiliensi Pengaruhi Kesiapan Satu Negara Menghadapi Potensi Bencana
Diskusi terkait mitigasi dan resiliensi kebencanaan di Indonesia di acara ADEXCO 2024 dan Global Forum for Sustainable Resillience (GSFR) di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Kamis (12/9). (Istimewa)
22:20
12 September 2024

Selain Mitigasi, Resiliensi Pengaruhi Kesiapan Satu Negara Menghadapi Potensi Bencana

Bencana alam bisa datang tanpa kabar dan tiba-tiba. Namun demikian, kehadirannya kini bisa diprediksi dengan adanya teknologi Early Warning System atau EWS yang sudah semakin canggih.   Selain teknologi yang bisa membantu dalam peringatan dini, yang juga bisa membantu menekan angka korban jiwa andai bencana terjadi adalah proses mitigasinya yang lebih cepat.   Topik tersebut menjadi salah satu bahasan dalam diskusi kebencanaan di forum Asia Disaster Management & Civil Protection Expo & Conference atau ADEXCO dan Global Forum for Sustainable Resillience (GSFR) di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Kamis (12/9).  

  Badan Nasional Penanggulangan Bencana atau BNPB bersama dengan sejumlah pihak dari negara lain bertemu membahas mitigasi kebencanaan di Indonesia yang saat ini bisa dibilang masih minim. Hal tersebut lah yang membuat setiap bencana tiba, angka korban jiwanya menjadi tinggi.   Dalam pembukaan diskusi tersebut, Direktur Pemetaan dan Evaluasi Resiko Bencana BNPB, Udrekh menerangkan, selain mitigasi, yang perlu diingat dalam penanggulangan bencana adalah resiliensi. Hal tersebut juga dikatakan penting dalam menghadapi potensi bencana di Indonesia.    "Selain mitigasi, resiliensi ini juga penting mengingat kesiapan masyarakat menghadapi bencana, apa lagi Indonesia terletak di wilayah yang rawan terjadi bencana seperti gempa bumi," kata Udrekh, Kamis (12/9).  

  Sebagai informasi, ADEXCO sendiri merupakan pameran internasional yang menampilkan kepemimpinan pemikiran, keahlian, dan produk dalam manajemen bencana. ADEXCO 2024 akan menghadirkan forum global untuk resiliensi berkelanjutan atas bencana melalui forum GSFR.   Di acara tersebut juga dihadiri beberapa tokoh dari negara lain yang ahli dalam bidang kebencanaan, salah satunya dari Jepang, negara yang dikenal sangat siap dalam menghadapi potensi bencana. Jepang sendiri merupakan negara yang terbilang rutin dilanda gempa bumi.   "Melalui forum ini, kita bertujuan untuk memperkuat wacana ketahanan berkelanjutan dalam upaya mengatasi perubahan iklim, ketahanan bencana, dan pembangunan berkelanjutan sebagai satu kesatuan yang utuh," terang Hiroyuki Yamamoto dari Japan International Cooperation Agency (JICA) dalam kesempatan tersebut.  

  Sebelumnya saat membuka ADEXCO, Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto menyampaikan, GSFR ini merupakan forum penting yang menandai komitmen bersama, yang juga memperkuat strategi pengurangan risiko bencana di kawasan.    Suharyanto menyebutkan konsep resiliensi berkelanjutan tersebut didukung dengan empat pilar utama.    “Konsep resiliensi berkelanjutan ini mencakup empat pilar, yakni budaya dan kelembagaan, investasi sains-teknologi, akses pendanaan dan transfer teknologi, infrastruktur tahan bencana dan perubahan iklim, serta komitmen dalam implementasi kesepakatan global terkait pengurangan risiko bencana dan adaptasi perubahan iklim,” papar Suharyanto.  

  Menurut Suharyanto, konsep tersebut telah diterima dan disepakati dalam Deklarasi Pemimpin ASEAN untuk Resiliensi Berkelanjutan pada ASEAN Summit 2023.    Dalam kesempatan tersebut, Suharyanto juga mengingatkan mengenai isu gempa besar Megathrust yang ramai beredar akan melanda Indonesia dalam beberapa waktu ini. Oleh karenanya, dari pada panik, menurut Suharyanto, lebih penting kita mempersiapkan diri menghadapi bencana.   "Menyikapi isu megathrust kita perlu waspada dan siaga, tapi tidak perlu takut berlebihan," ujar Suharyanto.

Editor: Banu Adikara

Tag:  #selain #mitigasi #resiliensi #pengaruhi #kesiapan #satu #negara #menghadapi #potensi #bencana

KOMENTAR