Misi PBSI di SEA Games 2025: Antara Lanjutkan Tradisi Regenerasi Atau Penuhi Ambisi Pemerintah
Sabar/Reza resmi masuk skuad SEA Games 2025 dan bertekad untuk meraih medali emas. (Dimas Ramadhan/JawaPos.com)
10:02
7 Desember 2025

Misi PBSI di SEA Games 2025: Antara Lanjutkan Tradisi Regenerasi Atau Penuhi Ambisi Pemerintah

- Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) melakukan perubahan misi dalam menatap SEA Games 2025. Regenerasi yang awalnya jadi tujuan yang ingin dicapai federasi seketika berubah karena ambisi pemerintah agar bulu tangkis menyumbang banyak emas.

PBSI akhirnya telah menetapkan skuad fix untuk SEA Games 2025. Ada dua pemain/pasangan yang didaftarkan untuk menambah kekuatan tim bulu tangkis Indonesia, yakni Gregoria Mariska Tunjung (tunggal putri) dan Sabar Karyaman Gutama/Moh Reza Pahlevi Isfahani (ganda putra). Kehadiran mereka menggantikan dua wakil muda, Thalita Ramadhani Wiryawan dan Raymond Indra/Nikolaus Joaquin.

Penambahan kekuatan itu ditujukan PBSI agar mampu lebih bersaing dalam perebutan medali emas SEA Games 2025. Pasalnya, dua negara bulu tangkis di ASEAN, Malaysia dan tuan rumah Thailand menurunkan kekuatan penuh.

Selain mengumumkan skuad resmi, PBSI juga telah menetapkan target tim bulu tangkis Indonesia untuk SEA Games 2025. Yakni menjadi dua emas, dari yang sebelumnya hanya satu emas.

Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi (Kabid Binpres) PP PBSI, Eng Hian menjelaskan bahwa perubahan penetapan target dikarenakan ada masukan dari pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) RI. 

Sebab, sebelumnya PBSI memang ingin menjadikan SEA Games 2025 sebagai ajang untuk regenerasi, seperti edisi-edisi sebelumnya. Langkah ini sudah membuahkan hasil di mana ada beberapa pemain muda yang mampu unjuk gigi saat diberi kesempatan.

Contohnya adalah Jonatan Christie yang dapat emas di SEA Games 2017 saat usianya masih 20 tahun. Lalu duet Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin saat menyabet emas pada SEA Games 2021, yang kala itu umurnya juga 20 tahun.

Karena itu, PBSI sempat mendaftarkan Thalita dan Raymond/Joaquin untuk masuk ke skuad. Thalita baru saja menyelesaikan kariernya di level junior, sementara Raymond/Joaquin baru naik ke level senior pada tahun ini.

"Awalnya kan juga kita juga, PBSI, awalnya kan tetap mau menurunkan untuk yang pemain potensi ya, pemain muda, untuk regenerasi karena memang SEA Games selalu menjadi seperti itu," kata Eng Hian di Pelatnas PBSI, Rabu (3/12).

"Tapi karena ada masukan dari beberapa pihak, termasuk dari Kemenpora maupun dari pimpinan untuk mempertimbangkan itu. Jadi mengenai target, sesuai dengan apa yang menjadi harapan dan disampaikan oleh Bapak Menpora (Erick Thohir) ya, menargetkan dua medali emas," tambahnya.

Jika melihat ke belakang, target dua emas sebenarnya sangat jomplang bila dibandingkan dengan edisi sebelumnya. Pasalnya pada SEA Games 2023 di Kamboja, tim bulu tangkis Indonesia cukup digdaya dengan mampu menyabet lima medali emas.

Yakni dari beregu putra, tunggal putra atas nama Christian Adinata, Pramudya Kusuma Wardana/Yeremia Erich Yoche Yacob Rambitan (ganda putra), Amallia Cahaya Pratiwi/Febriana Dwipuji Kusuma (ganda putri), dan Rehan Naufal Kusharjanto/Lisa Ayu Kusumawati (ganda campuran).

Namun bila melihat persaingan di SEA Games 2025 berdasarkan komposisi skuad negara-negara tetangga, khususnya Thailand dan Malaysia sebagai rival, target dua emas cukup masuk akal.

Pasalnya, kedua negara tersebut menurunkan kekuatan penuh. Thailand ada pemilik medali perak Olimpiade Paris 2024 Kunlavut Vitidsat, hingga mantan tunggal putri nomor satu dunia Ratchanok Intanon.

Kemudian Malaysia akan mengandalkan ganda putra pemilik dua perunggu Olimpiade, Aaron Chia/Soh Wooi Yik dan juara dunia ganda campuran Chen Tang Jie/Toh Ee Wei. Ada juga Pearly Tan/Thinaah Muralitharan, duet ganda putri nomor dua dunia.

Di sisi lain, performa dan pencapaian tim bulu tangkis Indonesia tengah menurun. Per tahun ini saja, hanya ada sepuluh gelar yang berhasil dibawa pulang skuad Merah Putih dalam rangkaian BWF World Tour 2025 level Super 300 ke atas. 

Pencapaian ini sangat mengkhawatirkan mengingat jumlah 10 gelar jadi yang terendah dalam empat tahun terakhir. Ya pada tiga tahun sebelumnya, Indonesia selalu mampu meraih setidaknya 12 gelar seperti pada 2024. Sementara 2022 dan 2023 masing-masing ada 13 gelar yang diboyong.

Mengenaskannya lagi, dua wakil Indonesia yang bisa dibilang punya pencapaian paling bagus pada tahun ini, Jonatan Christie dan Fajar Alfian/Muhammad Shohibul Fikri tak ambil bagian dalam tim Indonesia.

Jonatan pada tahun ini mampu memenangkan Denmark Open (S750), Korea Open dan Hylo Open (S500), serta runner-up Indonesia Masters (S500). Sementara Fajar/Fikri, adalah juara China Open (S1000) dan runner-up di Korea Open, Australian Open (S500), Denmark Open, dan French Open (S750).

Eng Hian mengatkan bahwa PBSI sebenarnya sudah berupaya mengajak keduanya untuk masuk dalam tim. Federasi juga ingin menurunkan kekuatan penuh pada SEA Games 2025 sesuai permintaan Kemenpora. Tapi, Jonatan dan Fajar/Fikri tak bisa bergabung karena satu dan lain hal.

"Ya kita awalnya juga maunya full team. Kita juga sudah berdiskusi dengan Jojo (Jonatan). Tapi karena ada satu hal dan dia mempertimbangkan kondisi dia ya, jadi Jojo tidak bisa bergabung," ungkap Didi, sapaan akrab Eng Hian.

"Terus ganda putra terkuat kita, Fajar/Fikri. Fajar yang baru melangsungkan pernikahan dan ada hal-hal lain yang harus ia lakukan. Itu kan tentunya kan enggak bisa diganggu gugat, dia melakukan persiapan itu kan udah setahun sebelumnya. Sedangkan permintaan perubahan ini kan kira-kira baru dua, tiga bulan yang lalu," tambahnya.

Karena itu, Eng Hian sadar diri bahwa target dua emas adalah bidikan yang paling realistis. Sebab hanya ada dua wakil yang punya kans paling besar untuk dapat medali terbaik, berdasarkan perhitungan dan rekam jejak saat ini.

Pertama adalah Putri Kusuma Wardani, tunggal putri Indonesia yang lagi gacor. Dia menjadi runner-up dua kali pada tahun ini di Hylo Open dan Australian Open.

"Di perorangan, kalau kita melihat dari peta ranking dunia, tentunya di tunggal putri kemungkinannya lebih besar dibanding sektor-sektor yang lain ya. Kita melihat kan punya Putri KW, kemungkinan di unggulan dua ya, unggulan pertamanya mungkin Thailand ya (Ratchanok Intanon," kata Eng Hian.

"Tapi kita melihat head to head terakhir, terus penampilan terakhir juga kemungkinan lebih besar di tunggal putri. Tapi ya kita melihat dan bisa kita harapkan atlet-atlet juga bisa, memanfaatkan peluang, kesempatan," tambah dia.

Sementara nomor lain yang diharapkan dapat emas adalah beregu putra. Apalagi PBSI kini sudah memasukkan Sabar/Reza, duet non Pelatnas PBSI yang saat ini menempati nomor 8 dunia dan pada tahun ini menjadi runner-up di Indonesia Open (S100), Macau Open (S300), dan Hylo Open (S500). 

"Tentunya beregu juga menjadi salah satu kekuatan kami untuk bisa mendapatkan medali emas," jelasnya.

Tapi lebih lanjut Eng Hian mengatakan bukan berarti nomor lain tak bisa diandalkan. Ia menyebut tetap berharap pemain-pemain lainnya bisa unjuk gigi di SEA Games 2025 dan membuat kejutan.

"Tapi ya kita melihat dan bisa kita harapkan atlet-atlet juga bisa, memanfaatkan peluang, kesempatan. Ranking itu kan hanya just by number harusnya seperti itu," kata dia.

"Ya kita harapkan dari sektor lainnya bisa membuat satu prestasi yang lebih baik, jadi membuktikan kalau ranking itu bukan menjadi patokan utama, gitu," imbuh mantan pelatih kepala ganda putri utama Pelatnas PBSI ini.

Editor: Banu Adikara

Tag:  #misi #pbsi #games #2025 #antara #lanjutkan #tradisi #regenerasi #atau #penuhi #ambisi #pemerintah

KOMENTAR