LALIGA Pabrik Talenta, Nilai Pasar Pemain Muda Tertinggi di Eropa
- LALIGA seperti pabrik talenta yang terus menerus memproduksi pesepak bola muda berkualitas.
Analisis terbaru menyebut nilai pasar pemain muda binaan akademi klub-klub LALIGA kini mencapai 1.460 juta euro, tertinggi dibanding liga-liga besar Eropa lainnya.
Angka itu mengungguli Premier League (1.070 juta euro), Bundesliga (960), Serie A (890), dan Ligue 1 (760).
Bukan cuma dari sisi valuasi pemain muda, LALIGA juga memimpin dalam aspek menit bermain untuk pemain akademi.
Sepanjang musim 2024-2025, 19,8 persen dari total menit bermain di liga diisi oleh pemain lulusan akademi.
Angka itu jauh lebih tinggi dari Ligue 1 (13,5%), Bundesliga (7%), Premier League (6,4%), dan Serie A (5,5%).
Tren positif ini juga terlihat jelas di bursa transfer musim panas 2025.
Klub-klub Spanyol mencatat pendapatan rekor 289 juta euro dari penjualan pemain lokal, pencapaian yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Laporan itu juga menyebut bahwa dalam lima tahun terakhir, porsi pendapatan dari transfer pemain akademi di LALIGA naik dari 27% menjadi 45%,, jauh lebih tinggi dari liga top Eropa lainnya seperti Bundesliga (31%), Serie A (28%), Ligue 1 (26%), dan Premier League (22%).
Bahkan jika Real Madrid dan Barcelona dikeluarkan dari hitungan, angkanya tetap tinggi, yakni di 43%. Bukti bahwa kekuatan pembinaan di Spanyol merata, bukan cuma soal dua raksasa.
LALIGA bisa dikatakan jadi liga paling ramah untuk pemain akademi, dengan hampir seperlima menit bermain diisi oleh lulusan lokal.
“Data ini menegaskan kepemimpinan LALIGA dalam sepak bola akar rumput global: investasi pada pembinaan pemain muda memberikan hasil nyata, baik dari sisi olahraga maupun ekonomi," ujar Kepala Departemen Proyek Sepak Bola LALIGA, Juan Florit.
"Akademi muda adalah aset strategis bagi klub kami sekaligus ciri khas sepak bola Spanyol. Spanyol melatih lebih baik, mempertahankan lebih banyak, dan menjual dengan nilai lebih tinggi, semuanya secara berkelanjutan."
"Tujuan kami kini adalah memperkuat dan memperluas model ini, serta terus berbagi pengetahuan dengan entitas sepak bola internasional yang ingin mengembangkan sepak bola akar rumput yang lebih kompetitif di seluruh dunia,” ujar Juan Florit dalam keterangan tertulis yang diterima KOMPAS.com.
Bukan hal yang aneh jika LALIGA konsisten memproduksi talenta berkualitas. Sistem kompetisi di sana memungkinkan pemain muda tampil di pertandingan resmi sejak usia belasan, bahkan bisa mengantongi hingga 500 laga di sepak bola kategori usia, sebelum masuk tim utama.
Tak kalah penting, Spanyol punya pelatih-pelatih dengan standar tinggi di semua level, dari akademi kecil sampai klub profesional.
Laporan itu juga mencatat bahwa 91 persen pemain akademi di Spanyol adalah warga negara lokal. Tentu efeknya tim nasional Spanyol memiliki bank talenta yang besar dan prestasi apik.
Dalam kurun 2014–2024, Spanyol mengoleksi 16 gelar internasional dan 14 kali finis sebagai runner-up di semua kategori usia, lebih banyak dari Jerman dan Prancis.
Bahkan dalam penghargaan individu, Spanyol ikut mendominasi. Tercatat empat dari lima edisi terakhir Kopa Trophy (penghargaan pesepak bola terbaik dunia di bawah usia 21 tahun) dimenangi pemain jebolan akademi klub Spanyol.
Pemenang terbaru Kopa Trophy 2025 adalah Lamine Yamal, pemuda 18 tahun, jebolan akademi masyhur Barcelona, La Masia.
Logo baru LALIGA.
Kerja Sama dengan Negara Lain
Di balik semua itu, ada perencanaan matang dan pembinaan berkelanjutan yang diterapkan.
Program seperti Rencana Nasional untuk Peningkatan dan Optimalisasi Akademi Sepak Bola, LALIGA Boost, hingga regulasi ekonomi baru yang memudahkan registrasi pemain muda, jadi fondasi penting dari kesuksesan ini.
Model pembinaan Spanyol pun kini banyak dilirik negara lain.
Liga dan federasi di Eropa, Asia, dan Amerika mulai menjalin kerja sama dengan LALIGA untuk belajar langsung soal manajemen akademi dan pengembangan pemain.
Contohnya di Irak, kerja sama yang baru berjalan dua tahun sudah menghasilkan 174 tim muda resmi dan membentuk struktur kompetisi nasional yang stabil.
Sementara di China, LALIGA menggandeng liga profesional CFL dan federasi nasional CFA untuk membangun sistem pembinaan pemain yang lebih terarah.
Kerja sama itu mencakup pelatihan untuk direktur akademi, pelatih, hingga penunjukan Presiden LALIGA, Javier Tebas, sebagai penasihat internasional pertama CFL.
Tag: #laliga #pabrik #talenta #nilai #pasar #pemain #muda #tertinggi #eropa