Iwan Setiawan Sebut Sepak Bola Indonesia Butuh Revolusi Mental
Starting Timnas Indonesia, yang harus mengubur mimpi ke Piala Dunia 2026 usai mengalami kekalahan kedua kalinya di Grup B ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, kali ini oleh Irak, Minggu (12/10/2025) di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah. (Dokumentasi Instagram Erick Thohir)
21:12
23 Oktober 2025

Iwan Setiawan Sebut Sepak Bola Indonesia Butuh Revolusi Mental

- Masyarakat sepak bola Indonesia masih bertanya-tanya siapa sosok pelatih baru yang akan menakhodai Timnas Indonesia.

Namun, bagi pelatih nasional Iwan Setiawan, kriteria pelatih bukan sekadar soal taktik dan strategi modern.

Ia menegaskan, hal terpenting yang harus dibangun adalah mentalitas pemain Indonesia.

“Kalau kita berbicara sepak bola, itu kita berbicara masalah fisik, skill, dan mentalitas,” kata mantan pelatih Borneo FC itu kepada Kompas.com. 

“Kalau menurut saya, fisik dan skill itu ada di dalam suatu bulatan, itulah mentalitas. Artinya, hal utama yang kita perhatikan dalam sepak bola adalah mentalitas."

"Fisik kuat dan skill hebat kalau tidak dibalut dengan mental hebat, semuanya jadi nothing,” imbuhnya.

Ia menyebut, persoalan mental inilah yang selama ini menjadi titik lemah sepak bola Indonesia.

Sebab, pembangunan pemain tidak bisa berhenti pada latihan fisik dan penguasaan taktik semata.

“Masalah mentalitas harus menjadi fokus utama kita dalam pembangunan individual sepak bola kita,” tegasnya.

Menilai Warisan Shin Tae-yong dan Patrick Kluivert

Selain itu, ia juga menyoroti dua pelatih asing terakhir yang sempat menukangi timnas Indonesia, Shin Tae-yong dan Patrick Kluivert.

“Apa yang sudah dibangun STY itu lebih efektif untuk pembangunan sepak bola Indonesia. Persoalan pesepak bola kita adalah pada mentalitas, dan STY menurut saya sudah sukses untuk masalah itu,” tutur Iwan Setiawan.

Pelatih asal Korea Selatan itu tidak hanya membentuk tim secara fisik dan teknis, tetapi juga memperkuat daya juang pemain.

“Dia bekerja lebih spesifik untuk memperbaiki skill teknis dan kondisi fisik. Makanya masih teringat, besok pemain akan bertanding tapi masih latihan keras. Karena latihan yang berat itu bisa berdampak pada mental,” sambungnya.

Iwan Setiawan (kanan) mulai memimpin latihan skuad Persela Lamongan jelang bergulirnya kompetisi Liga 1 musim ini.KOMPAS.com / HAMZAH Iwan Setiawan (kanan) mulai memimpin latihan skuad Persela Lamongan jelang bergulirnya kompetisi Liga 1 musim ini.

Ia menilai, karakter seperti disiplin, kerja keras, dan pantang menyerah kini mulai melekat pada pemain timnas Indonesia berkat pola kerja Shin Tae-yong.

“Terus berjuang dengan konsisten 90 menit bahkan pertambahan waktu. Itu sudah sukses dibangun STY, dan warna itu kuat sekali,” kata pelatih berlisensi AFC Pro itu.

“Dia sudah membangun fondasi kuat untuk sepak bola Indonesia,” imbuhnya.

Fondasi yang Belum Menyentuh Akar Pembinaan

Meski begitu, Iwan Setiawan juga menilai fondasi yang diletakkan Shin Tae-yong masih terbatas di level Timnas Indonesia dan belum benar-benar mengakar ke bawah.

Timnas Indonesia dalam perjuangan di ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia saat menghadapi Arab Saudi, Kamis (9/10/2025) di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah.Dokumentasi Instagram Erick Thohir Timnas Indonesia dalam perjuangan di ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia saat menghadapi Arab Saudi, Kamis (9/10/2025) di Stadion King Abdullah Sports City, Jeddah.

“Secara menyeluruh belum. Tapi kalau warna itu terus digunakan dan disepakati federasi untuk dibangun ke akar paling bawah, hasilnya akan luar biasa. Tapi itu belum terjadi,” ujar pelatih yang saat ini melatih klub Liga 3 Persibo Bojonegoro.

Ia kemudian mencontohkan keberhasilan Nova Arianto bersama timnas U17 Indonesia yang lolos ke Piala Dunia U17 2025, karena mengadopsi filosofi kerja keras dan disiplin ala Shin Tae-yong.

“Kita juga setuju bahwa dengan memakai filosofinya terbukti di bawah Nova Arianto juga sukses lolos ke Piala Dunia. Pemain latihan keras dan sukses membuat sejarah,” sambungnya.

Revolusi Mental, Pekerjaan Rumah Sepak Bola Indonesia

Sehingga ia menyoroti filosofi pelatih lain seperti Patrick Kluivert atau Luis Milla yang lebih menekankan pada aspek taktik dan prinsip permainan.

Tetapi semua yang telah dilakukan sia-sia tanpa fondasi mental yang kuat.

“Apa yang diterapkan mereka ini adalah pemahaman prinsip permainan. Tapi itu akan terlaksana hebat kalau punya mental yang hebat. Jadi harus memiliki mental dulu,” kata Iwan Setiawan.

“Penekanan masalah mental ini tidak mudah, sangat erat kaitannya dengan lifestyle masyarakat Indonesia,” katanya lagi.

Iwan menilai, ciri khas masyarakat Tanah Air sering kali menjadi kendala utama. Ia berpendapat orang Indonesia perlu perubahan total dari cara berpikir.

“Jadi ini sebenarnya revolusi mental kalau membangun sepak bola Indonesia. Daripada kita dijajah Belanda dan Jepang itu besar, bagaimana nenek moyang kita selalu jadi pecundang, karakteristik itu yang membuat kita sampai sekarang belum merdeka,” tutur pelatih asal Medan itu.

“Apalagi saat ini tambah kacau. Orang tidak bisa berbicara dengan berani, perbedaan pendapat dibilang tidak seide."

"Padahal, Bhineka Tunggal Ika, meskipun berbeda-beda tetap satu. Tapi ketika menyuarakan kebenaran tapi berbeda dengan misinya, kita dianggap begitu. Jadi, revolusi mental,” pungkasnya.

 

Tag:  #iwan #setiawan #sebut #sepak #bola #indonesia #butuh #revolusi #mental

KOMENTAR