



Pengamat Ungkap Sisi Gelap Rekrutmen, Dorong PSSI Atur Ulang Etika Klub
- Kasus yang menyeret dua pelatih nama besar Malut United, Imran Nahumarury dan Yeyen Tumena, menjadi refleksi betapa rentannya dunia sepak bola terhadap praktik tidak sehat dalam proses rekrutmen pemain.
Tuduhan permainan nilai kontrak dan gratifikasi yang menyeruak ke publik menambah daftar panjang persoalan etika yang membelit dunia olahraga tanah air.
Pengamat sepak bola nasional, Akmal Marhali menilai bahwa peristiwa ini sejatinya bukan hal baru.
Bahkan, praktik serupa disebutnya telah terjadi di berbagai level kompetisi dari Liga 1 hingga Liga 4.
“Kasus di Malut United sejatinya bukan hal baru, dan ini hampir terjadi di semua kompetisi,” katanya kepada Kompas.com.
Menurutnya, keterlibatan personal klub seperti pelatih, direktur teknik, atau manajemen dalam pengurusan fee di luar aturan resmi adalah bentuk pelanggaran etika profesional.
Dalam dunia sepak bola global, sudah ada aturan jelas mengenai fee untuk agen pemain yang disebut intermediate, tetapi praktik di balik layar seperti ‘uang perantara’ atau ‘tips’ kepada pelatih maupun pejabat klub, seringkali luput dari pantauan.
“Kalau agen, itu sudah ada aturannya tapi kalau pelatih, direktur teknik, atau personalia manajemen menerima fee, ini tidak ada aturannya,” ujar Akmal Marhali.
Akmal menegaskan bahwa praktik ini bisa masuk dalam kategori gratifikasi dan merusak integritas profesi.
Ia menyarankan agar PSSI segera merancang batasan jelas terhadap peran dan tugas masing-masing personalia klub.
“Sangat penting agar pelatih ya tetap pelatih. Kalau harus mengurus kontrak, itu sudah masuk ranah manajer-coach. Tapi permintaan fee dalam kontrak itu tidak boleh terjadi,” imbuhnya.
Lebih lanjut, ia menyebut bahwa praktik ini juga bisa berujung pada KKN yang menggerogoti ekosistem sepak bola.
Ia menekankan pentingnya menghindari konflik kepentingan, sebagaimana tercantum dalam statuta FIFA, termasuk larangan rangkap jabatan yang bisa menciptakan ruang abu-abu.
“PSSI harus tegas terhadap hal-hal semacam ini karena ini merupakan sebuah gratifikasi yang mencoreng profesionalisme dari sebuah profesi,” pungkas kordinator Save Our Soccer.
Untuk itu kasus Malut United kini tidak hanya menyita perhatian dari sisi hukum dan etika klub, namun juga menjadi momen penting untuk mengevaluasi keseluruhan sistem perekrutan pemain di sepak bola Indonesia.
Tag: #pengamat #ungkap #sisi #gelap #rekrutmen #dorong #pssi #atur #ulang #etika #klub